4


Kedatangan Earl of Blackwater yang lebih cepat dari waktu kedatangan yang sebelumnya sudah di kabarkan ke Stannage Park, berhasil membuat keadaan begitu hening di ruang makan.

Pruistine Asley tampak hanya bisa duduk mematung di kursinya, menatap sosok yang saat ini sedang berdiri di depan pintu, sosok seorang pria dewasa, dengan postur tubuh tegap dan terlihat kekar dengan sorot mata tajam, mata yang berwarna abu-abu indah.
Pria itu terlihat berpakaian santai, dengan rambut coklat acak-acakan, seperti habis menempuh perjalanan jauh.

Perjalanan jauh? diakah Earl of Blackwater? fikir Pruistine. Tidak mungkin bukan?

Kabar mengatakan sang Earl baru akan tiba di Stannage Park malam ini, dan sekarang masih pagi hari.

Terlihat Peregrine, kepala pelayan nya, membisikan sesuatu kepada pria tersebut.

Samar-samar Pruistine mendengar Peregrine memanggilnya My Lord, lalu dengan perlahan pria itu mulai melangkahkan kaki masuk ke ruang makan, dan tubuh Pruistine terasa membeku seketika itu juga.

Jadi inilah dia Earl of Blackwater, Lord baru untuk Stannage Park nya??

Dia tidak terlihat seperti sosok ayahnya, seperti yang Pruistine fikirkan sejak ia mendapat kabar tentang pengganti ayahnya.

Setiap langkah pria ini terlihat begitu mantab, langkah seseorang yang tau akan tujuan nya.
Dan ekspresi pria itu, Pruistine merasa baru kali ini melihat ekspresi paling aneh yang pernah Ia temui.

Tampak ekspresi lembut yang di paksakan untuk menutupi ekspresi keras dan dingin yang sebenarnya dimiliki pria itu, Pruistine sangat yakin akan pemikiran nya ini.

Saat sang Lord sudah sampai di dekat kursinya, Peregrine sudah bersiap mempersilahkan sang Lord untuk duduk, tapi segera di hentikan olehnya.

"Belum Peregrine, alangkah baiknya aku menyapa anak perwalianku terlebih dahulu," ujar Edward dengan nada seriang yang dia bisa.

Sejujurnya, Edward masih begitu terkejut melihat sosok anak perwalian nya, dirinya sudah memperisapkan diri untuk bertemu dengan sosok buruk rupa sang Lady, alih-alih bertemu dengan sosok yang seperti bayangan hitam, gelap dari ujung ke ujung.

Astaga, seburuk apa rupamu hingga di dalam rumah sendiripun kau tutupi dirimu seperti itu nak, batin Edward.

Edward tiba di sisi Pruistine, dia berdiri tegap sejenak, menunggu reaksi dari Pruistine yang masih duduk dengan postur sekaku papan.

Ehem..Edward berdeham.

Pruistine sadar Ia harus menyapa sang Lord, tidak ada pilihan lain baginya.

Dan tidak ada alasan belum siap yang bisa dia gunakan untuk menghindarinya , dia sudah terjebak dalam pertemuan di pagi hari yang tidak direncanakan ini.

Dengan gerakan kikuk Pruistin berdiri, terdengar bunyi nyaring kursi yang di geser secara tiba-tiba.

Sekarang Pruistine sudah berdiri berhadapan dengan sang Lord, dia menekuk sedikit kakinya sebagai tanda hormat kepada sang Lord, "selamat pagi, My Lord, anda tiba lebih cepat dari waktu yang sudah di kabarkan," ucap Pruistine dengan suara semerdu harpa.

Edward terperangah mendengarnya, suara yang langsung menggetarkan dirinya, membuat bulu kuduk di tengkuknya meremang.

"Senang rasanya bisa sampai lebih awal," Edward tersenyum dengan ramah, "dan mendapatkan kesempatan bertemu langsung dengan mu My dear," ucap nya. "Edward Jhonson, My Lady." Edward memperkenalkan dirinya.

"Ya, My Lord," jawab Pruistine. Pruistine bingung harus apa lagi sekarang, apakah perlu baginya untuk mengulurkan tangan nya untuk dikecup  Edward? dengan mengumpulkan keberanian nya, perlahan Pruistine mengulurkan tangan nya ke arah Edward, "Pruistine Atsley, My Lord."

Edward tersenyum melihat tingkah anak perwalian nya yang berusaha sebaik mungkin menampilkan kesan baik padanya. Sekilas pengamatan, Edward bisa melihat keraguan dari sang Lady, dan Ia juga melihat tangan sang Lady yang gemetar. Pada saat Edward menerima uluran tangan Pruistine,Edward merasakan telapak tangannya yang terasa begitu dingin, dan telapak tangan itu terasa sedikit gemetar di tangan nya. Edward menggenggamnya lembut, mengusapkan ibu jarinya pada tangan Pruistine yang gemetar, untuk menenangkan nya.

Lalu mengecup tangan itu. Sambil mengecup tangan Pruistine, Ia mencoba memerhatikan wajah Pruistine yang tertutup tudung, berharap bisa menemukan celah yang ada dan bisa mengintip sedikit wajah anak perwalian nya.
Akan tetapi, tentu saja, celah itu tidak ada.

Pruistine melepaskan genggaman tangan Edward begitu Edward selesai mengecup tangan nya, Ia tidak bisa memutuskan apakah ia menyukai sentuhan itu atau tidak.
Seumur hidupnya, hanya kedua orang tua nya dan Mary, pelayan pribadi nya, sajalah yang pernah bersinggungan langsung dengan nya.

"Bagaimana perjalan anda, My Lord? Apakah menyenangkan?" Tanya Pruistin sekedar untuk berbasa-basi.

Walaupun Ia tidak pernah bersosialisasi di dunia luar, tapi Ia mendapatkan pendidikan tata krama yang baik dari ayah dan ibu nya, dan pada saat ini merupakan pengalaman pertama bagi nya, untuk mempraktekan pelajaran yang sudah Ia dapatkan.

Pruistine merasa begitu gugup nya, kegugupan yang sangat mudah di rasakan oleh Edwar.

Edward tersenyum menenangkan ke arah Pruistine, ekspresi wajahnya terlihat benar-benar tulus saat ini, Ia tidak lagi merasa terpaksa berekspresi lembut, hatinya begitu tersentuh melihat sikap anak perwalian nya yang terlihat jelas sangat gugup, cemas, dan tampak sedikit takut, tapi gadis itu terlihat mampu untuk menguasai diri dan mencoba bersikap berani dengan tetap berada di ruangan ini.

Bagus, fikirnya.

Setidaknya gadis ini mempunyai keberanian, hal ini akan membantu Edward untuk mencarikan Pruistine seorang suami, walaupun tetap ada halangan jika penampilan fisik anak perwalian nya ternyata benar seperti rumor yang beredar.

"Tidak begitu menyenangkan, My Lady," jawab Edward menanggapi pertanyaan Pruistine.

"Itulah sebabnya aku memutuskan melanjutkan perjalanan seorang diri dengan kuda pagi ini," lanjut Edward dengan ceria, Ia berharap nada ceria nya bisa membuat Pruistine sedikit mengendurkan rasa gugupnya, "meninggalkan pelayan dan pengawalku untuk melanjutkan perjalanan dengan kereta kuda."

"Sore nanti mereka baru akan tiba My Lady, persis sama dengan waktu kedatangan yang sebelumnya sudah di kabarkan ke sini," Edward tersenyum ke arah Pruistine, walau Ia tidak melihat sedikitpun gadis itu, tapi Edward yakin Pruistine pasti dapat melihatnya, entah bagaimana caranya.

Pruistine tersenyum mendengar penuturan Edward, perasaan nyaman perlahan-lahan menyusupi hatinya, dan itu membuatnya merasa lebih santai dari beberapa menit yang lalu.

"Anda pasti merasa lelah My Lord, sebaiknya kita segera menikmati hidangan sarapan pagi hari ini," nada gugup dalam suara Pruistine sudah tidak terdengar lagi, dan Edward merasa senang mendengarnya.

"Tentu saja My Lady, kita tidak boleh terlalu lama menunda waktu sarapan," jawab Edward.

"Tolong siapkan hidangan untuk Earl of Blackwater, Mary." Perintah Pruistine kepada pelayan nya yang saat ini sedang berdiri kaku di belakang nya.

"Cukup siapkan piring saja untuk ku My Lady, jika anda tidak keberatan aku duduk di sini," seru Edward sambil menarik kursi pertama di sisi kanan meja, posisi yang sangat dekat dengan tempat duduk Pruistine, "kita bisa berbagi hidangan, tanpa perlu merepotkan para pelayan lagi."

Pruistine ragu sejenak, lalu Ia mengangguk kan kepalanya ke arah Mary, memberi Isyarat kepada Mary untuk memenuhi permintaan Edward.

"Tentu saja aku tidak keberatan My Lord,silahkan..." ucap Pruistine mempersilahkan.

Setelah Lord dan Lady nya duduk, Mary segera menyiapkan sarapan untuk kedua nya.

Setelah itu Mary bergabung dengan Peregrine yang sejak tadi berdiri di sisi kiri meja makan.

"Maaf aku masih memanggilmu Earl of Blackwater, sulit bagiku untuk memanggilmu Lord Stannage, My Lord," Pruistine membuka pembicaraan di sela-sela kegiatan bersantap mereka.

"Edward, panggil saja aku Edward," jawab nya, " dan aku akan memanggimu Pruistine."

"Kita harus secepat mungkin mengakrabkan diri my dear, mengingat aku adalah wali mu sekarang." Kali ini Edward berkata dengan serius.

Pruistine mengangguk kan kepala, " iya, Edward."

"Mengenai permintaan maafmu tadi, aku benar- benar tidak keberatan kau memanggilku dengan sebutan itu, karna gelar itu merupakan gelar yang juga ku sandang, dan yang lebih dulu tersemat di namaku," Edward tersenyum. "Gelar Lord Stannage tetap akan menjadi milik ayahmu Pruistine, sepanjang yang kau mau bagu dirimu sendiri, di hatimu." ujar Edward, "aku disini hanya ingin membantumu melalui masa sulit, dan mengawalmu untuk mendapatkan suami yang baik Pruistine, akan kupastikan kau mendapatkan yang terbaik dan tidak salah pilih, mengingat harta yang begitu banyak yang kau dapat dari mendiang ayahmu." Ucap Edward panjang lebar kepada Pruistine.

Lagi pula memang diri nya tidak terlalu memikirkan penambahan sebuah gelar lagi di nama nya, Edward merasa sudah lebih dari cukup apa yang dimilikinya selama ini.

Pruistine terperangah, dia begitu tersentuh dengan sikap sentimentil Edward, dan saat itu juga hatinya memutuskan untuk mempercayai Edward sepenuh nya.
Ia yakin Edward bisa menerimanya dan akan menjaga nya.

"Terimakasih, Edward," Pruistine berkata tanpa bisa menyembunyikan nada haru di suaranya.

"My pleasure, sweet heart."

Begitulah percakapan mereka pagi ini, pertemuan pertama yang sesuai dengan keinginan Edward berjalan dengan cukup baik.

Edward merasa optimis bisa mendekati gadis itu dan membuatnya nyaman di dekatnya, untuk kemudian segera melepaskan nya kepada pria lain yang akan  mengambil alih tanggung jawab nya, dan membebaskan nya dari tugas sebagai wali seorang gadis muda.

Tugas yang sebenarnya aneh, karna selama ini dia adalah seorang playboy yang sering bergonta-ganti pasangan, dan memiliki banyak kekasih.

Keheningan terjadi setelah pembicaraan sekilas itu, dan pertemuan pagi itu berlanjut dengan keduanya yang terdiam untuk menikmati santap pagi sampai selesai.

Dan Pruistine segera berpamitan, begitu Ia selesai.
Meninggalkan Edward di ruang makan, kembali ke kamar pribadinya yang terletak di menara nya.

Edward terpaku melihat sosok Pruistine yang tengah berjalan di luar rumah melalui jendela, gadis itu berjalan menuju ke menara di belakang kastil.

Ternyata benar yang di katakan rumor, Lady Pruistine Astley terkurung di menaranya.

Ia merasa harus cepat mengetahui kebenaran rumor selanjutnya, yang mengatakan sang Lady mempunyai wajah yang sangat buruk.

Semoga momen itu cepat terwujut, Edward berharap dengan sungguh-sungguh.

Tbc.

------------------------------------------------------

Rencana part ini akan dakuh publish hari Minggu, tapi ternyata bersamaan dengan posting perdana cerita lain di HAI2017 , jadi ngebut selesai in hari ini...

Sampaikan saran, masukan dan kritik nya ya teman-teman...

Salam sayang darikuh...Soetba

Terimakasih <3 <3 <3

Noted: di tunggu kelanjutan ceritanya paling cepat 3 hari lagi, okheeee.... ^^ ,semoga kalian menikmati karya ku...

Update revisi

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top