37

Di tengah malam keringat dingin membasahi punggung Pruistine, Ia gelisah di dalam tidurnya. Beberapa kilasan mimpi buruk hadir dalam tidurnya.
Dalam mimpi itu, Pruistine melihat Edmunt tengah berdiri di depan rumah dan memandangnya denga tatapan mengejek, Ia terus menerus mengatakan bahwa cintamu akan sia-sia, lalu Ia tertawa terbahak-bahak. Kilasan lain muncul di mimpinya, kali ini Ia melihat segerombolan wanita, dan ada sesosok wanita yang tak begitu jelas yang menjadi pusat gerombolan mereka. Wanita di pusat gerombolan itu tampak tengah mencibirnya, lalu gerombolan itupun tertawa terbahak-bahak. Kilasan lain muncul dalam mimpi Pruistine, di mimpi itu Pruistine berada di sebuah kamar, dan dia melihat sepasang pria dan wanita tengah bergumul di ranjang. Dalam mimpi, Pruistine melangkah mendekati pasangan itu, dan alangkah terkejutnya Pruistine Ia melihat pasangan itu adalah Edward dengan seorang wanita yang tampak buram. Tidak tahan melihat hal itu, Pruistine berlari sambil menangis sesegukan. Dalam kekacauan emosinya, kembali Pruistime di tarik ke dalam kilasan mimpi lainnya. Kali ini berbeda, Pruistine melihat seorang pendeta dan beberapa saksi berdiri diam di sudut kapel saat terjadi perkelahian di dalam kapel tersebut. Dua orang Pria dewasa tengah berkelahi hingga berlumuran darah sampai salah satunya berhasil di lumpuhkan, lalu setelah melumpuhkan lawannya, Pria itu menyambar kerah leher seorang remaja yang sudah dilumpuhkam oleh pria lainnya. Ia berteriak-teriak, mengumpat dan memukul remaja itu.

Papa... hentikan, jangan sakiti paman...

Tiba-tiba saja muncul gadis kecil berpakaian putih sederhana membawa buket bunga, mendengar panggilan gadis kecil itu, Pria dewasa yang tengah memukuli remaja pria itu seketika melepaskan remaja pria dan membantingnya kelantai, Ia langung merengkuh gadis kecil itu kepelukannya.

Putriku...

Keduanya berpelukan erat dan saling menangis. Tiba-tiba saja, remaja Pria yang sudah babak belur bangun dan menerkam ke arah Pria dewasa itu, Ia menggenggam sebilah pisau, berniat menghunuskannya ke punggung pria dewasa yang telah memukulinya

Ahhhhhhhh

Jeritan gadis kecil nyaring terdengar.

Lalu yang terlihat hanya darah dimana-mana.

"My Love... bangun... bangunlah kumohon," Edward memeluk Puistine dengan erat sambil mengguncang tubuh gadis itu, berusaha membangunkannya. Ia begitu panik saat melihat Puistine menangis sesegukan dan berteriak-teriak dalam tidurnya.

"Pruistine... bangun sayang," untuk kesekian kalinya Edward memanggil nama Puistine. Terkesiap, Pruistine membuka matanya, Ia menjerit dan terisak sedih, masih belum sepenuhnya tersadar dari mimpinya.

"Tidak apa-apa, semua baik-baik saja, kau bersamaku," ujar Edward menenangkan Pruistine. Mendengar suara Edward, lantas Pruistine memandang Pria itu dan tersadar semua hanya mimpi. "Oh Edward..." ratap Pruistine, Ia memeluk Edward semakin kuat dan kembali menangis sesegukan.

Ia lega... sangat lega semua hanya mimpi. Setelah beberapa saat berlalu, akhirnya Edward berhasil menenangkan Pruistine. Gadis itu sudah tidak menangis dan hanya tertunduk lesu, dengan setia Edward menemani Pruistine sambil mengelus lembut punggung mulus gadis itu yang tidak tertutup sehelai benangpun. Praktis Ia dan Pruistine tidak mengenakan sehelai benangpun di tubuh mereka setelah cumbuan panas yang mereka lakukan malam ini, keduanya begitu berapi-api menyalurkan hasrat kerinduan, seakan-akan malam ini menjadi cumbuan terakhir sebelum perpisahan mereka. Bukan perpisahan sebenarnya, hanya perpisahan sementara selama di London sesuai dengan yang sudab di rencanakan.

Masih terdiam, beberapa kali Puistine menarik nafas dalam-dalam. Kini Ia tengah mencerna kembali kilasan-kilasan mimpi buruknya, tiga kilasan mimpi di awal Pruistine mencoba menghalau mimpi itu, Ia menolak mengingat mimpi itu. Tidak mungkin, mimpi itu terjadi hanya karna aku terlalu memikirkan tentang hal itu, sanggahnya. Sedangkan untuk kilasan mimpinya yang terakhir, Pruistine bertanya-tanya, apakah itu hanya mimpi, atau itu adalah sebagian ingatan masa lalu nya yang Ia ingat kembali, hanya saja kali ini, Ia mendapatkan ingatannya lewat mimpi. Jika benar itu adalah ingatan masa lalunya, sebenarnya apa yang terjadi saat itu? Apakah aku harus mencari tahu hal ini dan menanyakannya langsung kepada Edmunt? benak Pruistine.

Masih berputar-putar dalam pikirannya sendiri, perlahan pruistine merasakan usapan-usapan lembut di punggungnya. Menarik diri dari pikiran-pikiran yang membebaninya, Pruistine menolehkan pandangannya ke Edward yang tengah mengelus punggungnya. Melihat sorot prihatin di mata Pria itu, dan merasakan tulusnya perhatian dari Edward, mengingat pergumulan panas yang rutin mereka lakukan, Pruistine teringat setiap sentuhan dan kenikmatan yang diberikan Edward kepadanya, entah mengapa hati Pruistine merasa sedikit sakit. Ia kembali teringat mimpi dimana Edward tengah bersama wanita lain, melakukan hal yang sama seperti yang mereka lakukan. Apakah semua perhatianmu palsu? Apakaj semua sentuhan itu juga kau berikan kepada wanita lain? dengan perih Pruistine bertanya dalam hati. Tidak, itu tidak mungkin, bantah sisi lain dari hatinya. Ingatlah setiap sentuhan dan setiap kehangatan yang kalian lewati bersama, hal itu tidak akan bisa kalian rasakan jika tidak ada ketulusan di dalamnya, batinnya lagi.

"Ada apa sayang? apa kau ingin menceritakannya kepadaku?" tanya Edward saat melihat Pruistine yang hanya terdiam memandangnya dengan mata berkaca-kaca. Hanya gelengan lemah dari Pruistine sebagai jawaban yang Edward dapat dari pertanyaannya.

Melihat kurangnya respon dari Puistine dan keengganannya bercerita, Edward akhirnya memilih diam dan setia menemani Pruistine. Walau dalam hatinya Ia sedikit sedih karna Pruistine tidak bersedia berbagi kesedihan bersamanya. Mimpi buruk apa yang didapatkan Pruistine nya hingga Ia tidak ingin berbagi cerita dengannya?

"Apakah aku bisa mempercayaimu Edward..." akhirnya sebuah kalimat tanya terlontar dari bibir Pruistine. Sedikit bingung dengan kalimat pertama yang diucapkan Puistine karna mempertanyakan tentang kepercayaan, Edward mencoba bersikap sepantas mungkin untuk menjawab pertanyaan Pruistine, dan menyingkirkan pertanyaan-pertanyaan di hatinya tentang hal apa yang membuat Puistine bertanya tentang pertanyaan itu.

"Tentu saja sayang, kau bisa mempercayaiku," Edward meyakinkan Puistine, "kita akan menikah setelah season berlalu, jadi kita harus saling jujur dan menjaga kepercayaan, apalagi dengan apa yang akan kita lalui di London nanti," pungkas Edward. Tiba-tiba Edward berpikir, mungkin yang dimaksud Pruistine tentang 'bisakah Ia mempercayai Edward' berhubungan dengan apa yang akan mereka lalui di London nanti, tentang kesepakatan mereka untuk menjaga jarak agar tidak menimbulkan gosip.

"Kita hanya akan sedikit menjauh dan dibatasi selama season, bukan berarti kita sudah tidak lagi dekat, hati kita masih sangat dekat dan saling memiliki," lanjut Edward meyakinkan Puistine, "hanya sementara sayang, kita menjaga jarak hanya untuk sementara, jadi jangan pernah meragukanku, oke?"

Mengangguk kecil sambil memaksakan senyum, Pruistine membiarkan Edward salah paham dengan maksud dari pertanyaannya.

Jangan pernah meragukanku...

Baiklah Edward, aku akan mencoba untuk tidak akan pernah meragukanmu.

"Kalau begitu, kau juga Edward, jangan pernah meragukanku... " ucap Pruistine kemudian, Ia mengucapkan kembali perkataan Edward.

"Ya... tentu saja sayangku... Pruistineku... ," dikecupnya lembut kening Pruistine, "well, ayo tidurlah kembali, besok kita akan memulai perjalanan ke London, kau harus dalam keadaan bugar sayang," ucap Edward.

Kembali merebahkan tubuh berdampingan di tempat tidur, Edward merangkul Puistine masuk ke dalam pelukannya. "Tidurlah... Pruistinku... jangan risaukan segala hal yang belum tentu terjadi... " bisiknya ditelinga Pruistine.

Jangan risaukan segala hal yang belum tentu terjadi...

Jika saja hal itu mudah di lakukan semudah mengucapkannya...

Perlahan kelopak mata Pruistine kembali tertutup, dan dalam kegelapan alam mimpinya, Pruistine melupakan sejenak segala kerisauan hatinya.

TBC

___________________________________

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top