31
Ke esokan harinya, dengan kondisi yang darurat, Edward memaksakan diri melanjutkan pembahasan tentang penyerangan semalam yang terjadi kepadanya dan Pruistine. Walaupun terus di peringatkan oleh dokter Milles agar tetap berisirahat demi menghindari luka di tubuhnya tidak kembali berdarah, namun Edward mengabaikannya dan tetap bersikukuh untuk berkumpul di ruang tengah untuk membahas semua problem yang terjadi, termasuk di dalamnya tentang perkembangan lanjutan pengobatan Peregrine.
Semua orang yang semalam berada di rumah Ia kumpulkan. Lalu Ia mengumumkan bahwa terjadi penyerangan kepada dirinya dan Pruistine, sontak hal itu mengagetkan semua penghuni Stannage Park, mereka merasa marah ada seseorang yang berani-beraninya meyentuh Lord dan Lady mereka di kediaman mereka yang damai ini.
Menenangkan para pelayan dan pekerja di Stannage Park, Edward kemudian meminta masing-masing orang untuk mengingat apakah ada hal yang mencurigakan sepanjang hari kemarin sebelum malam kejadian? apakah ada yang melihat seseorang yang mencurigakan? Edward menghimbau kesedian masing-masing orang untuk memberikan kesaksian apapun jika mereka menemukan hal yang aneh demi lancarnya proses penyelidikan. Hampir semua menjawab mereka tidak melihat apapun dan tidak ada hal mencurigakan sepanjang hari sebelum malam kejadian, kecuali si penjaga istal yang berkata bahwa kuda-kuda di istal sempat bertingkah tidak tenang di sore hari bersamaan dengan waktu dokter Milles sedang merawat Peregrine. Setelah dirasa cukup penyelidikan kepada semua pekerja dan pelayan, Edward mengijinkan mereka untuk kembali beraktifitas.
Akhirnya tinggal beberapa orang saja di ruangan, Edward, Pruistine, David, Thomas dan satu-satunya orang luar, Edmunt. Mengingat dia adalah tamu di rumah ini, dan dulu dia adalah teman masa remajanya, Edward sengaja menanyai Edmunt setelah Ia selesai menanyai semua pekerja dan pelayannya. Bagaimanapun Edmunt adalah tamunya, jadi Ia harus memperlakukanya dengan hormat. Jeda sesaat saat pelayan menyajikan lagi teh dan biskuit, orang-orang yang ada di ruangan sedikit mengendurkan saraf mereka dengan obrolan ringan sambil meminum teh dan memakan camilan.
"Jadi bagaimana denganmu Edmunt? apa kau melihat hal yang mencurigakan kemarin sore?" Tanya Edward akhirnya.
"Saya merasa menyesal harus mengatakan tidak ada hal aneh apapun yang saya lihat," ucap Edmunt sedih, "maaf tidak bisa membantu kalian," lanjut Edmunt sambil terus sedikit menundukkan kepala, Ia tampak tidak berani menegakkan wajahnya.
"Owh, kenapa dengan wajahmu Edmunt?" Tanya Thomas tiba-tiba saat Ia melihat keganjilan sikap Edmunt. Pertanyaan itu membuat semua orang terfokus pada wajah Edmunt. Benar saja mereka melihat dagu bagian bawah Edmunt yang terlihat sedikit bengkak dan samar-samar berwarna kebiruan.
Tergagap Edmunt menjawab bahwa karna terlalu lelah hingga mengakibatkan Ia ceroboh dan terjatuh di dalam kamar, dagunya mengalami cedera karna terbentur ujung meja.
"Jadi kau menutupi memar wajahmu dengan bedak Edmunt?" Seloroh David menemukan hal lucu pada cerita Edmunt, "ayolah, kau bukan wanita yang harus menutupi lukamu dengan sesuatu yang palsu."
"Haha, ya... aku malu wajahku terlihat bengkak," jawab Edmunt sambil tertawa canggung.
Sepanjang percakapan tentang luka di wajah Edmunt, entah bagaimana Edward dan Pruistine teringat tentang penguntit yang berhasil beberapa kali terkena pukulan Edward di wajahnya. Edward dan Pruistine, keduanya saling berpandangan dan setelah beberapa detik Edward menggelengkan kepalanya ke arah Pruistine, mengisyaratkan bahwa apa yang ada di fikiran mereka tidaklah benar dan tidaklah masuk akal.
Mencoba untuk setuju dengan perkataan Edward, Pruistine segera menyingkirkan pikiran buruknya sesaat lalu dan mencoba fokus pada obrolan yang tengah terjadi. Akan tetapi dorongan hatinya terus menerus memaksa Pruistine untuk mengamati segala tingkah Edmunt, di sini Ia merasakan sedikit perasaan tidak nyaman merayap di hatinya saat Ia semakin lama mengamati Edmunt. Semakin Ia merenung, Pruistine merasa sejak pertama kali bertemu Edmunt, dia tidak pernah merasa benar-benar nyaman berada di sekitarnya.
Tiba-tiba saja tatapan mata Pruistine bertemu dengan tatapan Edmunt saat Ia tengah mengamati pria itu diam-diam. Hanya sedetik, tetapi kejadian itu mengagetkan Pruistine bagaikan badai di siang bolong.
Tatapan itu, aku mengenalnya, batin Pruistine. Perasaan yang Ia dapatkan saat bersitatap dengan Edmunt sesaat yang lalu terasa sangat familier, tatapannya terasa sama seperti tatapan si penguntit. Tapi apakah mungkin? tidak, pasti itu tidak mungkin, sepertinya aku terlalu melantur, batin Pruistine mencoba menyangkal pikirannya.
Mengambil teh di meja , Pruistine mencoba menenangkan kembali pikirannya dengan menyesap teh pelan-pelan, sambil berkonsentrasi memandangi cangkir teh yang ada di genggamannya, mencoba mencari suatu hal yang bisa mengalihkan pikiran-pikiran buruknya.
Obrolan terus berlanjut hingga Pruistine teringat akan kilasan kenangan masa lalu nya yang ia dapatkan kemarin malam. Memutuskan untuk tidak menahan informasi apapun, bahkan termasuk dari Edmunt yang tergolong orang asing, Pruistine mengutarakan hal itu kepada Edward.
"Aku mendapatkan penglihatan lagi kemarin malam Edward," ucap Pruistine. "Aku melihat paman masa kecilku tengah menyeretku ke arah pintu rahasia itu lalu bayangan itu memudar," lanjutnya. "Mungkinkah... mungkinkah penguntit itu ada hubunganya dengan paman dari ingatanku itu?" pungkas Pruistine.
Belum sempat Edward dan teman-temannya bereaksi, mereka mendapati Edmunt tengah tersedak teh yang sedang di minumnya. "Oh maaf, tidak apa-apa, tolong di lanjutkan saja," ucapnya saat Ia bisa berbicara lagi, "kurasa sudah saatnya aku undur diri, kalian lanjutkan lagi pembahasan pribadi ini, saya tidak punya hak untuk mendengarkan," lanjut Edmunt. Kemudian Ia pamit meninggalkan ruangan.
Baik Edward ataupun Thomas dan David, mereka menaruh sedikit rasa hormat kepada Edmunt yang bersikap cukup bijaksana dengan menarik diri saat Pruistine mengungkapkan hal pribadi tentang dirinya, padahal tanpa dia mengundurkan diri dari pembicaraanpun mereka semua merasa tidak masalah jika Edmunt mendengar tentang apapun yang di ucapkan Pruistine, mengingat kondisi yang sudah sangat kacau.
Berbeda dengan pemikiran ketiga gentleman, Pruistine merasa sedikit remasan di hatinya saat melihat sikap Edmunt, sikap dan tingkah laku Edmunt entah bagaimana semakin menguatkan kecurigaannya.
"Bisa kau ceritakan lagi my dear apa yang baru saja kau sampaikan?" tanya Edward yang membuat Pruistine sejenak teralihkan dari kecurigaan-kecurigaannya kepada Edmunt. Lalu Ia menceritakan lagi dari awal tentang penglihatan yang di dapatkannya. "Apakah kau sudah menemukan informasi tentang siapa paman masalalu ku itu, Edward?" tanya Pruistine, "aku rasa ini semua ada hubungannya dengannya," lanjutnya mencurahkan semua kerisauan hatinya.
Sunyi sesaat saat diam-diam Edward dan teman-temannya berfikir dan mencoba menganalisa pemikiran Pruistine, dan mereka sepakat, tidak ada salahnya mencoba fokus menyelidiki tentang siapa si paman masa lalu. "Sayang sekali belum ada informasi apapun sayang," jawab Edward, "tapi tenang saja, analisamu cukup masuk akal, kedepan kita akan fokus meyelidiki siapa paman masalalumu itu dan kita akan mengungkapkan kebenaran secepatnya," ucap Edward sambil mengelus rambut Pruistine, mencoba menenangkan gadis itu.
"Ya Edward... kau pasti bisa," ucap Pruistine sambil tersenyum lembut.
Tanpa terasa menit semakin berlalu dan beberapa keputusan telah diambil dalam pembahasan panjang itu, mereka memutuskan untuk membawa Peregrine ke London demi melanjutkan perawatan pengobatannya akhir pekan ini jika kondisinya memungkinkan, dan mereka juga memutuskan untuk menyegerakan keberangkatan Pruistine ke London untuk mempersiapkan debutnya di season tahun ini jika pelaku penguntit tidak segera berhasil di tangkap, setidaknya mereka berharap menjauhkan Pruistine dari pelaku. Pruistine hanya bisa mengiayakan apapun yang di putuskan dalam pembicaraan itu, karna sesungguhnya pikirannya saat ini hanya di penuhi oleh kecurigaan-kecurigaannya kepada Edmund.
Kaukah itu paman?
Tapi kenapa? Jika kau benar-benar paman dari masa laluku... kenapa kau tidak langsung saja menunjukkan dirimu...
Kenapa kau tidak langsung mengenalkan dirimu kepadaku...
Kenapa kau menakutiku...
Dan kenapa kau menyakiti Edward...
Berulangkali pertanyaan itu berputar-putar di benak Pruistine.
Apa yang harus aku lakukan?
Haruskah aku memberitahu kecurigaanku kepada Edward?
Tidak, belum saatnya...
Aku akan mencoba mencari tahu kebenarannya sendiri terlebih dahulu...
Tbc
_________________________________
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top