27

Edward berlari kencang menuju ke arah rombongan pekerja tambang, begitu terkejutnya Ia setibanya di tengah-tengah rombongan pekerja. Edward melihat Peregrine yang bersimbah darah terbujur lemas tidak sadarkan diri di dalam gerobak yang di bawa oleh rombongan pekerja tersebut.
Dia sontak langsung menanyakan apa yang menimpa Peregrine yang langsung di jawab oleh salah satu pekerja bahwa Peregrine mendapat kecelakaan saat sedang berjalan keluar dari tambang, entah bagaimana dia ditemukan di sebuah lubang galian tambang yang sudah lama di tinggalkan dan beruntungnya, secara kebetulan, ada seorang pegawai tambang melewati tempat galian yang di tinggalkan itu, dan pegawai itulah yang menemukan Peregrine di sana.

"Apakah dia selamat?maksudku apakah nyawanya tertolong?" Tanya Edward panik, entah kenapa hatinya merasakan perasaan tidak nyaman.

"Puji tuhan, walau terluka sangat parah dan nyaris tidak terselamatkan, berkat pertolongan pertama dokter yang bertugas di tambang, nyawanya tertolong, My Lord," jawab salah satu pekerja yang tampak berperan sebagai pemimpin dalam rombongan tersebut. "Akan tetapi kondisinya masih kritis, My Lord," lanjutnya dengan nada menyesal.

"Syukurlah... " bisik Edward lirih, dia segera memegang tangan Peregrine yang terbujur lemas guna memastikam denyut nadi nya, dan disana terasa denyut nadi yang sangat lemah. Mencoba bersikap tetap tenang, Edward segera memberi perintah kepada salah satu pekerja untuk kembali ke tambang dan meminta dokter yang bekerja di tambang untuk segera menghubungi dokter kenalannya yang ada di Truro, salah satu kota terbesar di Cornwall, setidaknya dokter di sana pasti sedikit lebih baik dari dokter yang ada di desa. Lalu Ia memperingatkan dengan tegas kepada semua pekerja yang mengantar Peregrine untuk bersikap tenang dan berjalan dengan tidak tergesa-gesa, agar tidak menimbulkan kepanikan di Stannage Park.
"Baiklah, mari kita bawa kembali Peregrine ke Stannage Park," perintah Edward tegas, " dan ingat, jangan panik, kalian berhasil mengatasi kecelakaan ini dengan sangat baik," lanjut Edward memuji sikap para pekerja yang cekatan hingga berhasil meyelamatkan nyawa Peregrine.
Setelah mengucapkan kata-kata motivasi untuk menenangkan pekerja, Edward berjalan pelan mendampingi para pekerja ke Stannage Park.
Baru beberapa saat dia merasa lega, jantungnya di buat berdetak dua kali lebih cepat saat melihat Pruistine berdiri mematung di depan pintu gerbang. Dia mengumpat sepenuh hati saat melihat gadis itu tidak menuruti perintahnya untuk diam saja di taman bunga dan menunggu dia kembali. Sambil berjalan dengan pelan, Edward memikirkan berbagai macam kata penghiburan untuk menenangkan Pruistine, dan jika bisa jujur, semua perkataan yang Ia susun terdengar sangat membosankan dan biasa saja. Akhirnya Edward hanya bisa pasrah dan menantikan saja bagaimana reaksi Pruistine menanggapi hal yang sedang terjadi, baru dia bisa bertindak sesuai keadaan.

Begitu rombongan tiba tepat di depan gerbang Stannage Park, mereka terpaksa berhenti sejenak karna jalan mereka terhalang oleh Pruistine yang tengah berdiri kaku. Dengan sorot mata nanar dan sarat pertanyaan yang tak terucap, Pruistine menatap Edward dengan intens. Melihat tatapan itu, hati Edward kembali bagaikan diremas oleh tangan jahat yang tak kasat mata. Ia merasa gagal untuk selalu membahagiakan Pruistine. Begitu tidak tahannya Edward merasakan perasaan itu, dia dengan cepat merengkuh Pruistine dalam dekapannya, bukan untuk menghibur Pruistine, tapi lebih untuk menghibur dirinya sendiri yang sekarang merasa sangat sedih melebihi kesedihan yang dirasakan Pruistine.

"Tabahkan hatimu, my dear... " bisik Edward lembut di telinga Pruistine. Walau Ia mengucapkannya untuk Pruistine, sesungguhnya perkataan itu berlaku juga untuk dirinya sendiri.
Dengan memberanikan diri, Pruistine mencoba mengintip ke arah gerobak yang di bawa para pekerja lewat sela leher Edward. Ia begitu terpukul melihat kondisi Peregrine yang berlumuran darah. Tubuhnya berguncang dalam pelukan Edward, menahan isakan tangis tiba-tiba yang membuncah di dadanya. Merasakan hal itu, Edward memeluk Pruistine lebih erat.

"Tidak apa-apa, semua baik-baik saja sayang..." hibur Edward. "Peregrine selamat, dia baik-baik saja, saat ini dokter tengah dalam perjalanan untuk merawat luka-lukanya."

"Yakinlah my dear, dia akan segera sembuh... " lanjut Edward saat tidak ada respon apapun dari Pruistine.

Mendengar penjelasan Edward yang mengatakan bahwa Peregrine akan baik-baik saja membuat hati Pruistine lega seketika, Ia mempercayai Edward. Sangat, Ia sangat mempercayai Edward.
Tanpa terbendung karna perubahan emosi yang Ia rasakan, dimana sesaat lalu Ia begitu terpukul atas kecelakaan yang menimpa Peregrine, dan Ia takut karna kecelakaan itu Ia akan kehilangan satu-satunya pelayan yang paling dekat dengan mendiang kedua orangtua nya. Jadi begitu mendengar bahwa Peregrine selamat dari kecelakaan itu, air mata lega tumpah tanpa bisa di tahan dari kedua matanya, Ia menangis sekeras mungkin hingga nyaris histeris, benar-benar melepaskan semua emosi yang ada di dadanya.
Edward hanya bisa mendekap erat Pruistine dan menerima semua air mata yang tercurah di dadanya. Sesekali dia mengusap dan mengecup puncak kepala Pruistine, untuk menenangkannya. Setelah beberapa saat tangisan Pruistine tak kunjung mereda, Edward memutuskan memberi perintah kepada para pekerja untuk melanjutkan perjalann mengantarkan Peregrine ke rumah terlebih dahulu, agar bisa segera di tangani oleh orang rumah. Edward akan menemani Pruistine tetap di tempat ini, sampai gadis itu siap menghadapi keyataan dan tenang dengan sendirinya. Lagi pula, tanpa kehadirannya di rumah, Edward yakin, baik itu Thomas, David, Robert, atau mungkin Edmunt. Siapapun itu di rumah, mereka lebih dari mampu untuk mengambil sikap dalam menangani keadaan darurat. Jadi prioritasnya saat ini adalah tetap di sisi Pruistine, dan mendukungnya dengan sepenuh jiwa raga.

Berdua saja di depan gerbang Stannage Park sambil berpelukan erat, keduanya berbagi kesedihan dan perasaan terdalam dari masing-masing pihak lewat pelukan itu. Tanpa mereka sadari ikatan emosi yang kuat tengah terjalin dan tumbuh subur dalam hati keduanya. Satu untuk dua dan dua untuk satu, sudah terlambat untuk mundur dalam kondisi ini, karna yang ada hanyalah kekosongan  yang menyakitkan jika sepasang puzle itu tidak bisa disandingkan.
Akan tertapi, sekuat apapun cinta yang telah bersemi, saat takdir berkata lain, mungkinkah mereka bisa melawan takdir?

Puistinku... andai saja, andai saja kau bukanlah anak perwalianku...

Dan andai saja kau tidak memiliki impian melihat dunia dengan normal...

Aku ingin mengurung dirimu kembali ke dalam menara dan mengunci diriku bersama dirimu di dalamnya dan tak pernah keluar lagi, agar kau tidak perlu melihat dunia yang menyakitkan, dan hanya ada aku bagimu, yang akan selalu membahagiakanmu... "

Kini aku sedikit bisa merasakan apa yang kedua orang tuamu rasakan saat memutuskan mengurungmu di menara...

Maafkan aku...


Tbc

___________________________________

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top