24

Temaram cahaya jingga matahari menjadi latar belakang indah yang menemani langkah Pruistine dan Edward  petang itu saat keduanya tengah berjalan bersisian dengan perlahan meninggalkan padang rumput menuju kembali ke kastil dimana mereka tinggal.
Sesekali senyum malu-malu Pruistine terukir indah karna obrolan mereka berdua.
Hari yang indah, itulah kata yang terukir di benak Pruistine untuk apa yang dia alami hari ini. Walau awalnya Pruistine sangat cemas dan gugup karna pada dasarnya apa yang akan mereka lakukan hari ini adalah langkah awal percobaan untuk menjebak pelaku penguntitan yang tengah megganggu dirinya, tetapi berkat dukungan dari semua orang terdekatnya, Mary, Edward, David, Peregrine. Bahkan ajaibnya, Thomas William yang sejak awal pertemuan dengannya selalu nampak dingin dan bermusuhan, pagi ini masih dengan sikap dinginnya yang entah bagaimana Pruistine merasakan dukungan moril darinya, semua dukungan itu telah membuatnya berhasil menyingkirkan semua kecemasannya.

Kegiatan pagi itu diawali dengan kunjungan Pruistine dan Mary berdua saja ke desa terdekat dengan berjalan kaki, yang dari jauh di dampingi oleh David dan Thomas. Tidak ada yang terjadi sepanjang pagi hari itu, hanya sekilas perasaan yang seperti  di awasi oleh sepasang mata gila dari kegelapan yang muncul sesaat setelah Pruistine melangkahkan kaki keluar dari batas pintu gerbang Stannage Park, akan tetapi perasaan itu lenyap seketika begitu Pruistine berusaha memberikan aba-aba kepada kedua teman Edward yang saat ini Ia tahu tengah menjaganya dari belakang.
Setelah pemeriksaan yang tiada hasil, dengan sedikit gerutuan dan hardikan dari Thomas atas kebodohan Pruistine yang menurutnya terlalu mencolok dalam memberikan kode, hingga membuat mangsa lenyap. Gerutuan dan hardikan yang langsung di sela oleh banyolan konyol David, dan tentunya banyolan konyol itu berhasil membungkam mulut pedas Thomas, mereka akhirnya melanjutkan perjalanan sesuai dengan rencana awal yang sudah di susun.

Tidak ada hal aneh lagi yang terjadi selama kunjungan Pruistine di desa, hingga tiba saat waktu matahari tepat di atas kepala dan kereta kuda dari Stannage Park tiba menjemput Pruistine dan Mary untuk mengantarkan mereka kembali ke rumah.
Setibanya di rumah, bersamaan dengan waktu makan siang yang santai, mereka melakukan evaluasi hasil kerja pagi ini. Thomas yang menggebu, David yang konyol menggoda Thomas, Pruistine yang merasa malu karna sadar akan kebodohannya, dan Edward yang tampak serius sambil sesekali menyela ucapan-ucapan yang tidak penting yang melenceng dari topik diskusi.

Waktu terus berlanjut melaksanakan tugasnya, begitu pula dengan Pruistine dan ketiga gentleman. Setelah beristirahat sejenak, mereka melanjutkan planing kedua. Kali ini Pruistine bersama Edward sengaja menghabiskan sepanjang waktu siang sampai dengan sore di sekitaran Stannage Park.

Menatap dari kejauhan ke arah lonceng menara yang ada di pertambangan batu bara di utara Stannage Park, Edward dan Pruistine bercerita banyak tentang segala topik. Tanpa sadar sesekali Edward mengelus lembut rambut Pruistine, menggenggam tangannya saat berjalan dan bahkan menyibakkan rumput-rumput liar yang  mengahalangi langkah Pruistine saat mereka berjalan di tengah padang rumput.
Duduk berdua di tengah-tengah padang rumput di sore hari, tak pelak mengingatkam Edward pada kejadian manis yang memalukan yang pernah di lakukannya kepada Pruistine karna Ia kehilangan kendali diri.
Tak pelak ingatan itu membuat hasrat jahanam yang dirasakannya kepada Pruistine kembali membuncah, dorongan untuk mengutarakan perasaan yang tengah di rasakannya kepada Pruistine seketika membulatkan tekatnya untuk melamar Pruistine saat itu juga. Ia tidak peduli apa kata orang lain, dan yang lebih penting, Ia ingin agar kedua sahabat brengseknya tahu lebih awal bahwa Pruistine miliknya. Titik!
Sesekali bertindak ceroboh dan egois tidak masalah, pikir Edward pada saat itu.

"Edward... aku ingin jujur kepadamu" sayup terdengar bisikan lirih Pruistine mengusik
Edward yang tengah berkutat dengan pikiran ingin melamar Pruistine akan tertapi tidak mengejutkam gadis itu.

"Ya my sweet heart?" Katakan saja... "

Sambil menggenggam kedua tangan Pruistine Edward memusatkan perhatian dengan apa yang akan di sampaikan Pruistine.

"Aku mengingat sedikit kenangan masa kecilku yang hilang saat aku berusia enam tahun... " tutur Pruistine sambil terlihat sedikit ragu di raut wajahnya.

Terkejut, respon pertama yang di rasakan Edward. Kenangan masa kecilnya yang hilang? Kenangan yang hilang yang konon terjadi karna hal buruk yang menimpanya?. "Kenangan seperti apa sweet heart?", tanpa sadar terlontar pertanyaan dari bibir Edward dikarnakan kecemasan yang ia rasakan.

Pruistine menceritakan dari awal kapan tepatnya kenangan masa kecilnya muncul dalam penglihatannya. Sekuat yang Edward mampu, Ia berusaha tetap terlihat tidak terkejut dan terlihat tenang. Yang membuat ekspresinya tampak datar dan menerawang jauh. "Sungguh, aku tidak gila... " ucapan Pruistine kembali menghentak diri Edward, "aku benar-benar melihat semua kenangan itu, kumohon percayalah Edward."

"Ya tentu saja aku percaya, hal baik seperti ini harus kita syukuri, "  jawan Edward cepat saat Ia kembali sadar akan kesalahan,  yang membuat Pruistine berfikiran buruk. "Bagaimana perasaanmu, sweet heart? Apakah perlu kita mengundang dokter untuk berkonsultasi?" , dengan bodohnya Edward melanjutkan bertanya kepada Pruistine.

Bagaimana perasaanmu? Apakah perlu memanggil dokter? Hey man, tidak bisakah kau menanyakan pertanyaan yang lebih bodoh lagi?, rutuk Edward pada diri sendiri akan kebodohan pertanyaannya di karnakan kelumpuhan otak yang Ia rasakan karna perubahan tiba-tiba dari memikirkan tentang melamar Pruistine, menjadi kacau total karna cerita yang di sampaikan oleh Pruistine.

"Aku rasa aku senang mendapatkan kembali ingatan masa kecilku, dan aku rasa aku tidak membutuhkan dokter," jawab Pruistine sambil tersenyum lucu melihat reaksi Edward yang langsung di balas Edward dengan cengiran khas anak-anak .

"Tetapi jika kamu tidak keberatan Edward, bolehkan aku meminta satu permohonan?"

"Tentu saja sayang, apapun untukmu," ucap Edward dengan tangkasnya. "Apa permohonan itu?".

"Bisakah kita mencari pria muda dalam penglihatanku yg ku ingat sebagai pamanku?", pinta Pruistine dengan penuh harap.

Sedikit rasa cemburu muncul di hati Edward, paman di masa kecil Pruistine? paman dari jalur saudara? atau paman karna hubungan persahabatan anak kecil tersebut dengan mendiang Lord Stannage?. Persahabatan dengan mendiang Lord Stannage? Omong kosong macam apa itu seorang pria dewasa bersahabat dengan seorang anak kecil. Hey bung, pikiranmu harus segera kamu sandingkan kembali dengan hatimu! rutuk Edward kepada dirinya sendiri untuk yang kesekian kalinya. "Tentu saja manis, aku akan mengusahakannya untukmu," dengan tegas Edward berjanji kepada Pruistine untuk menutupi suasana hatinya yang sesungguhnya. Bahwa sebenarnya dia sedikit tidak rela mencari dan mendatangkan lagi paman dari masa lalu Pruistine yang pernah sangat dekat dengannya.

"Maukah kau berjanji? Kau akan sungguh-sungguh mencari nya?", ucap Pruistine dengan manisnya. "Aku sungguh ingin bertemu kembali dengan paman kecil dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi kepadaku di usia 6 tahun," lanjut Pruistine dengan menggebu-gebu, "Aku ingin melihat dunia dengan normal Edward."

seember air es jatuh entah dari mana mengguyur hati Edward saat Ia mendengan perkataan terakhir Pruistine. Melihat dan mendengar gadis itu mengucapkan kata ingin melihat dunia dengan normal mau tidak mau menampar keinginan egois Edward sesaat lalu yang ingin melamar Pruistine dan memilikinya hanya untuk diri sendiri tanpa mempedulikan hidup gadis itu sedikitpun. Bagaimana norma masyarakat yang akan menggunjingkan pernikahan mereka dengan status Pruistine sebagai anak perwaliannya? Hidup seperti itu tentu saja bukanlah hidup yang normal.

"Edward...", panggil Pruistine kembali karna tidak kunjung mendapatkan jawaban darinya.

"Ya, ya, aku berjanji sayang," jawab Edward begitu sadar dari lamunannya.

Senyum bahagia muncul membingkai wajah menawan Pruistine yang semakin menambah pesonanya. Melihat itu seketika membuat hati Edward yang kacau kembali menjadi tenang, Ia merasa sanggup melakukan apapun demi Pruistine hanya untuk melihat senyum itu di wajah menawannya. Satu senyum merubah dirinya, satu hal yang sangat di sadari Edward bahwa dia sudah bertekuk lutut kepada seseorang yang tidak seharusnya.
Miris, sungguh miris baginya.

""Terimakasih Edward," ucap Pruistine lembut, Ia beringsut memeluk lembut Edward dan menyandarkan kepalanya di dada Edward.

"My pleasure, sweet heart... "

Sepoi-sepoi angin menemani momen sunyi keduanya sepanjang sore itu, duduk berpelukan sepanjang sore hingga cahaya jingga muncul di langit sore yang memaksa mereka melangkah pulang menuju kembali ke Stannage Park.

___________________________________

Beberapa langkah lagi dari pintu gerbang Stannage Park, Edward dan Pruistine melihat tiga sosok keluar dari dalam kastil. Mereka adalah David dan Thomas bersama seorang lelaki muda yang kini tengah menuntun kuda dan menaikinya, setelah basa-basi ringan dan lambaian tangan, pria tersebut memacu kudanya ke arah pintu gerbang. Pria muda tersebut berpapasan dengan Edward dan Pruistine, Edward mengenalinya,  Edmunt Plantagened, Earl of Rutland anak dari Duke of York. Keduanya pernah bersama sesaat di awal pendidikan mereka di Eton, tetapi entah karna sebab apa, Edmund tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Gosip beredar itu karna masalah dalam internal keluarganya.
Sebagai kenalan, saat mereka berpapasan keduanya saling menganggukkan kepala.

Setibanya Edward dan Pruistine di rumah, mereka langsung menuju ruang kerja Edward bersama David dan Thomas membahas kerja hari ini.

"Kemana kalian berdua pergi saat kami duduk di padang rumput?" Tanya Edward tiba-tiba kepada kedua temannya di tengah diskusi mereka.

"Kami berpapasan dengan Edmunt di padang rumput saat tengah mengawasi kalian, dan terpaksa kami memintanya untuk mampir ke rumah," jawab Thomas dengan datar.

"Dia tampak berbeda dari dulu yang kita kenal," lanjut David menimpali ucapan Thomas. "Dia mengundang kita ke rumahnya lain kali saat kita sudah kembali ke London."

Anggukan kecil dari Edward menandakan berakhirnya percakapan tentang Edmunt plantagened, teman yang sudah lama tidak pernah bersua dan kini bertemu kembali dengan mereka di Cornwall. Tanpa terasa diskusi mereka berlanjut sampai tanpa di sadari, karna begitu lelahnya Pruistine tertidur di sofa yang di dudukinya.
Melihat hal tersebut membuat letiga gentleman meghentikan diskusi dan memutuskan melanjutkannya lagi esok hari.
Dengan lembut Edward menggendong Pruistine dan membawanya ke kamarnya.

Aku akan berusaha semampuku membahagiakanmu,sweet heart...

Dan aku akan berusaha selalu menempatkan segala keinginanmu di atas keinginanku

Aku berjanji...

Cintaku, Pruistine..

TBC

____________________________________

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top