23
"My Lady ... bangunlah, sudah sangat terlambat untuk bersiap sebelum waktu makan pagi," ucap Mary ketiga kalinya pagi ini. Tidak biasanya Lady nya sulit di bangunkan, bahkan biasanya Ia tidak perlu membangunkan sang Lady, karna Lady nya sudah terbiasa bangun sendiri setiap pagi.
Mungkin My Lady masih terlalu lelah karna kejadian kemarin, pikirnya. Sungguh bagi Mary yang bukanlah dari kalangan atas, hal-hal yang buruk dan tidak menyenangkan biasa terjadi di hidupnya, tetapi bagi Lady nya yang berdarah bangsawan dan terbiasa di lindungi, mengalami kejadian buruk dalam kehidupannya adalah sebuah hal yang sangat miris.
Kau pasti bisa bertahan, My Lady. Jadilah kuat, jangan sepertiku... Senyum sedih terlintas dalam bibir mungil Mary.
"My Lady ... "
Sambil mengguncang lembut pundak Pruistine, Mary mencoba terus membangunkan Lady nya, bagaimanapun pagi ini sang Lady tidak boleh terlambat untuk makan pagi bersama Lord nya dan kedua teman menyeramkannya. Mary tidak ingin kedua tamu Lord nya menilai bahwa Lady mereka adalah gadis yang tidak tahu sopan santun.
Setelah beberapa saat berlalu, kelopak mata Pruistine bergetar pelan dan tampaklah sorot mata hijau indah berkabut menatapnya dengan pandangan lemas.
"Mary ... " sahut Pruistine sambil menguap, " apakah sudah pagi? aku merasa lemas sekali," ucapnya sambil menggeliat dalam selimut, "maaf sangat merepotkan dirimu pagi ini," lanjutnya dan dengan perlahan Ia bangkit dari tempat tidur.
"Tidak masalah, My Lady," sahut Mary sambil tersenyum, " maafkan saya harus segera mempersiapkan anda untuk acara makan pagi hari ini, bisa di bilang kita tidak mempunyai banyak waktu lagi, My Lady."
Pruistine mengangguk, dan tanpa banyak percakapan lagi Mary melakukan tugasnya dengan cekatan, dalam waktu singkat Pruistine sudah rapih dan siap untuk makan pagi yang sedikit berbeda dari hari biasanya, karna makan pagi kali ini sekaligus sebagai acara perkenalan resminya dengan kedua sahabat Edward.
Seperti biasa, Pruistine mengenakan gaun hitam berkerah tinggi dengan beberapa lipatan kain pada rok nya yang membuat pemakainya tampak anggun walaupun model gaun tersebut sangat sederhana. Tanpa menunggu lebih lama lagi, begitu dirinya tampak sudah berpakaian dengan pantas dan rapih, Pruistine melangkah dengan perlahan menuju ruang makan. Dalam hati Ia berharap, semoga saja Edward dan kedua temannya belum turun ke bawah terlebih dahulu, Ia benar-benar berharap pagi ini Ia bisa memperbaiki kesan buruknya semalam.
Sesampainya Pruistine di ruang makan, nampak dua orang tengah duduk dengan santai sambil berbincang ringan, dua orang yang tidak lain adalah Edward dan David.
"Fuih, kurasa aku terlambat," batin Pruistine dalam hati. Menutupi rasa malu nya karna terlambat, dengan tenang Pruistine mencoba tersenyum kepada dua pria yang kini menatap kearahnya, berharap semoga saja sikap ramahnya ini bisa menjadi nilai penutup kekurangannya karna terlambat turun lebih awal ke ruang makan.
Dengan sigap Edward berdiri dan menarikkan kursi untuk Pruistine. Mempersilahkannya duduk dengan cara yang sangat perhatian. Begitupun David, Ia tampak berusaha membangun percakapan yang hangat dan bersahabat dengan Pruistine, sikap keduanya berhasil membuat ketegangan Pruistine sedikit demi sedikit memudar. Tidak membutuhkan waktu lama, suasana hangat dan nyaman Pruistine rasakan terhadap David, Ia sungguh menyukai teman dari Edward ini.
Suasana yang hangat dan santai yang terbangun saat sarapan pagi itu tiba-tiba di hancurkan oleh kedatangan Thomas, yang diawali dengan membuka pintu cukup keras sambil berjalan dengan muka yang tampak kusut, dengan serta merta Ia duduk di samping David dan hanya menganggukkan kepalanya kepada ketiga orang yang sudah duduk terlebih dahulu di ruangan itu. Tanpa mengucapkan banyak kata Thomas mengambil hidangan yang ada dan melahap semua yang di ambilnya, menghabiskannya tidak lebih dari lima menit.
Menakutkan, batin Pruistine. Seumur hidupnya baru kali ini Ia melihat seseorang yang terlihat begitu diluar akal sehat. Walaupun ia merasa sedikit takut dengan Thomas, sedikit rasa iba muncul di hatinya saat Ia teringat sekilas pembicaraan semalam tentang kesulitan yang sedang di hadapinya karna seorang wanita. Walaupun sejujurnya Pruistine tidak yakin, permasalahan dengan wanita yang seperti apa hingga membuat seorang pria menjadi tampak menyedihkan, yg dia tahu dan ingat dari hubungan romantisme antara pria dan wanita sepanjang hidupnya, hanyalah hubungan antara kedua orang tua nya yang selalu terlihat sangat bahagia bersama.
"Kurasa sarapan pagi hari ini sudah selesai," Ucap Thomas tiba-tiba sambil melirik ke arah tiga orang di sekitarnya, yang jujur saja sejak kedatangan Thomas, nafsu makan ketiga nya hilang seketika.
"Langsung saja kita membahas masalah yang tertunda semalam, tanpa perlu berbasa-basi, ceritakan hal apa saja yang kau alami selama beberapa hari ini sedetail mungkin," lanjutnya sambil mengarahkan pandangan mata langsung ke arah Pruistine, " Aku ingin cepat mengusut kasus ini dan menemukan pelaku sialan yang menyeretku menjadi seseorang yang tertuduh!"
Masih dalam suasana tercenggang atas kedatangan Thomas yang menakjubkan, ketiganya di kagetkan dengan pertanyaan langsung dari pria itu yang membawa suasana badai petir di pagi hari.
"Thomas!" Teriak Edward dan David secara bersamaan.
"Apa kau sudah gila? Jelas sekali kau melampiaskan kemaraham dan rasa Frustasimu kepada orang yang tidak tepat," suara keras Davis terdengar menggelegar di ruang makan.
"Tidak peduli seberapa tinggi statusmu dan seberapa erat hubungan persahabatan kita, jika kau tidak bisa menahan dirimu dan bersikap baik pada Pruistine. Aku tidak akan segan segan melemparmu keluar dari tempat tinggalku," sambar Edward seketika begitu David selesai berteriak. "Di sini aku yang berkuasa, Thomas!"
Ketiga pria itu saling melotot dalam diam sesudahnya. Membuat Pruistine yang sudah merasa takut menjadi semakin takut untuk tetap diam di tempat di tengah-tengah pertengkaran itu.
"Kenapa kalian semarah itu? Sepertinya pesona wanita cantik yang terlihat lemah itu sudah membuat kalian kehilangan akal sehat," seru Thomas sambil mengalihkan tatapannya ke arah Pruistine, memberikan Pruistine tatapan merendahkan, "kalian akan menyesal jika tidak bisa mengendalikan diri, wanita yang terlihat polos dan lemah seringkali memiliki seribu kelicikan yang bisa menjerumuskan kalian," lanjut Thomas dengan sinis.
"Cukup!" raung Edward dengan penuh kemarahan, " keluar kau dari rumah ini." Lanjut Edward sambil bangkit dari tempat duduknya dan hendak menyeret Thomas keluar.
Selama percekcokan itu, Pruistine merasa sangat tertekan dan merasa bersalah karna dirinya lah yang menjadi penyebab utama pertengkaran ketiga sahabat itu. Tidak boleh, pertengkaran ini seharusnya tidak boleh terjadi, apalagi jika itu terjadi hanya karna dirinya, batin Pruistine. Mencoba memberanikan diri untuk melerai pertikaian yang semakin memanas, Pruistine mencoba memanggil nama Edward dan berusaha menenangkannya.
"Edward... " cicit Pruistine dengan ketakutan, " tidak bisakah kita menyelesaikan kesalahpahaman ini dengan baik-baik?" Lanjutnya begitu ia melihat kemarahan Edwar sedikit berkurang saat mendengarnya. Mendekat ke arah Edward, Pruistine menarik ujung baju Edward dan menatapnya dengan pandangan sedih, "jangan hanya karna diriku, persahabatan kalian menjadi terganggu, please," bisiknya lirih.
Respon menakjubkan tampak kepada ketiga pria yang sedang bertengkar itu. Baik Edward, David dan bahkan Thomas, tiba-tiba merasa canggung dengan kelakuan tidak beradab mereka yang mereka tunjukkan didepan gadis polos dan manis seperti Pruistine. Bahkan perasaan menyesal sedikit terbesit di hati Thomas melihat Pruistine yang tampak terpukul karna menganggap dirinya adalah penyebab pertengkaran mereka.
Di hati kecilnya, Thomas mengakui bahwa bukan Pruistine lah yang harus di salahkan atas suasana hatinya yang buruk ini. Di tuduh sebagai seorang penguntit, ataupun tuduhan yang berlabel kriminal lainya kepada seorang seperti dirinya, yang pada kenyataan memang tidak lebih baik dari golongan itu, seharusnya bukanlah hal yang perlu di permasalahkan lebih lanjut. Thomas hanya butuh pelampiasan amarah karna suasana hatinya yang buruk sejak dari London.
Melihat rekasi ketiga pria itu yang kini tengah menatap lekat ke arahnya, membuat Pruistine merasa tertekan. "Please Edward ... " bisiknya lirih tanpa Ia sadari sambil sekali lagi menarik lemah ujung baju Edward.
Perasaan sedih melintas di hati Edward melihat Pruistine yang tampak ketakutan dan tertekan. Ia hanya bisa tersenyum kecut ke arah Pruistine sambil mengusap rambutnya, "duduklah, My dear," ucapnya lembut. Mendengar ucapan lembut yang sangat menenangkan dari Edward, Pruistine tersenyum simpul dan patuh dengan ucapan Edward.
Edward melirik sengit ke arah Thomas, tatapan matanya seakan mewakili kata2 yang sangat ingin Ia ucapkan kepada Pria brengsek itu bahwa karna dialah Pruistine nya menjadi seperti ini. Merasa bersalah, Thomas menghindari tatapan mata Edward dan tanpa banyak bicara, ia menghempaskan dirinya ke tempat duduk kembali. Akhirnya ruang makan kembali tenang karna masing-masing dari orang yang berada di ruang makan terdiam kikuk dan bingung harus memulai percakapan dari mana.
Merasa bahwa dirinya harus memulai pembicaraan terlebih dahulu untuk melepaskan suasana canggung yang sedang berlangsung, dengan menguatkan diri Pruistine menatap ke arah dua sahabat Edward, terutama Thomas. Ia akan memulai dengan meminta maaf kepada pria itu terlebih dahulu.
"Saya memohon maaf atas kelancangan saya pada saat pertemuan pertama kita di pantai kemarin, Your Grace, " ucapnya dengan suara jernih dan terdengar penyesalan dalam setiap perkataannya. Mendengar permintaam maaf dari Pruistine, Thomas sedikit terkejut, dalam hati timbul sedikit perasaan kagum akan keberanian gadis yang tidak di ragukan lagi pesonanya itu. Kecantikan, kepolosan, dan keberanian, tiga hal yang jarang dimiliki para lady di jaman sekarang ini, terutama mereka yang lahir dan di besarkan di kota besar seperti London. Menyadari dirinya telah jatuh dalam pesona Pruistine, Thomas buru-buru mengelaknya dan untuk menanggapi permintaan maaf dari gadis itu, dia hanya menganggukkan kepalanya saja sambil mengucapkan permintaan maaf balik yang lebih terdengar seperti suara orang sedang berkumur-kumur.
Pruistine tersenyum lega mendapatkan respon yang cukup baik dari Thomas. Ia mengalihkan tatapan matanya ke arah Edward dan memberikannya senyuman lembut yang membuat Edward tenang seketika. Tidak membutuhkan waktu lama, atmosfer emosi di ruang makan berubah menjadi tenang dan memungkinkan keempat orang itu masuk ke dalam diskusi panjang perihal penguntit yang telah mengganggu ketenangan hidup Pruistine. Baik Edward, Thomas, dan David, masing-masing memberikan solusi-solusi dan perangkap-perangkap yang bisa menjebak dan memaksa penguntit itu keluar dari layar belakang.
Memandangi Edward dan kedua sahabat baiknya yang tengah berdiskusi serius, dalam hati Pruistine ia merasa sangat tersentuh atas kepedulian mereka. Edward yang selalu memperlakukannya dengan sangat lembut dan penuh perhatian, dan kedua temannya, Thomas yang tampak kacau dan dingin, tetapi Pruistine merasa Ia adalah seorang yang sangat bertanggung jawab dan juga penuh kepedulian kepada sekitarnya, dan terakhir David, walaupun dia tampak seperti orang yang tidak pernah serius dan cenderung meremehkan hal-hal di sekitarnya, entah bagaimana Pruistine merasa Pria ini adalah yang paling berhati lembut di antara ketiga nya. Mereka semua orang yang baik pada dasarnya, batin Pruistine.
Melihat keseriusan dari tiga pria baik hati di depannya, secercah harapan timbul di hati Pruistine, harapan untuk menangkap "penguntit" yg berhasil merusak sedikit kebahagiaan akan kehadiran Edward dalam hidupnya yang membuatnya berani keluar dari tempat persembunyiannya, kebahagiaan akan kembalinya ingatan masa kecilnya, kebahagiaanya melihat warga desa... dimana semua itu adalah sedikit hal baik yang memberkahi hidupnya, yang dia dapatkan semenjak dirinya di tinggal mangkat mendiang kedua orang tua nya.
"Semoga saja...
Papa... Mama... bantu putrimu ini... bantu sampaikan kepada Tuhan di surga, agar semua baik-baik saja di bawah sini"
TBC
_________________________________
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top