21
Gemeretak bunyi kayu bakar di dalam perapian menjadi satu-satunya suara di dalam ruang makan malam itu. Ketiga gentleman, Edward, Thomas dan David, yang tengah duduk di meja makan hanya diam membisu dan sibuk dengan pikirannya masing-masing. Tampak Peregrine tengah berdiri di sisi kanan meja makan dengan beberapa pelayan lainnya. Detik demi detik berlalu, kesunyian itu membuat Edward gusar. Sudah cukup lama bagi mereka terdiam di ruang makan, menunggu Pruistine bergabung bersama mereka.
Akan tetapi, gadis yang di tunggu-tunggu itu pun tidak juga segera hadir ke tengah-tengah mereka. Saat Edward memutuskan akan melihat Pruistine keatas, karna kekhawatirannya mungkin terjadi hal-hal yang berbahaya pada diri Pruistine, Edward mendengar suara langkah kaki mendekat ke arah ruang makan. Ketukan di pintu beberapa kali yang segera di susul dengan masuknya Mary ke dalam ruangan, tanpa Pruistine. Kernyit bingung tampak di dahi Edward melihat hal itu.
Dengan bergegas Mary menghampiri Lord nya yang tengah duduk di meja makan dengan kedua tamunya duduk di sisi kanan kiri meja Lord nya.
"Maaf, My Lord, My Lady tidak bisa bergabung dalam acara makan malam ini," Mary memberi kabar kepada Lord nya begitu Ia sampai di sisi Lord nya, "My Lady memutuskan untuk beristirahat lebih awal."
"Kenapa tidak kau bujuk agar Pruistine mau makan malam dulu, Mary? bukankah malam ini dia belum makan apa pun?"
"Saya sudah membawakam segelas susu untuk di minum My Lady, My Lord, dan My Lady segera tidur sesaat setelah meminum susu," terang Mary, sebenarnya Ia telah meminta, bahkan mencoba membujuk Lady nya agar ikut makan malam bersama Lord nya dan para tamu. Mary tidak ingin Lady nya sendirian saja di dalam kamar dan memikirkan kecemasan-kecemasannya akan kejadian buruk seharian ini. Akan tetapi Lady nya bersikeras ingin beristirahat saja karna sangat lelah. Saat melihat Lady nya langsung merebahkan diri di ranjangnya begitu selesai meminum segelas susu buatannya, dan tampak langsung tertidur pulas, akhirnya Mary mengalah dan meninggalkan kamar Lady nya untuk memberi tahukan kepada Lord nya bahwa sang Lady sudah beristirahat. Dalam hati Ia berdoa semoga saja tidur sang Lady tidak di ganggu oleh mimpi-mimpi buruknya.
"Baiklah, terimakasih, Mary," ujar Edward dengan gusar. Ia tidak senang mendengar kabar dari Mary. Memikirkan Pruistine tidur tanpa memakan sesuap makanan apapun membuat dirinya merasa tidak tenang. Baiklah, sepertinya aku sudah terlalu berlebihan dengan perasaanku kepada Pruistine, pikir Edward. Sepanjang hidupnya, sebelumnya Ia tidak pernah merasakan perasaan yang begitu kuat seperti ini kepada wanita lain.
Melihat raut wajah Lord nya yang tampak tidak bersahabat setelah mendengar kabar yang di bawanya, Mary buru-buru undur diri dari ruangan. Ia menunduk hormat kepada Lord nya dan segera berjalan keluar ruang makan.
Hening beberapa saat setelah kedatangan Mary yang memberitahukan kabar tentang Pruistine. Edward tampak diam merenung di tempatnya, yang di perhatikan dengan penuh ketertarikan oleh David, yang duduk di sisi kiri meja makan. Sedangkan Thomas, tampak raut wajah datar dan tidak berminat dengan situasi yang terjadi. Keadaan seperti itu terus terjadi sepanjang makan malam berlangsung. Ketiganya hanya menikmati hidangan yang tersedia dalam diam.
"Kurasa kita harus segera mencari tahu siapa pelaku penguntit anak perwalianmu, Edward," seru David mencoba memecahkan suasana hening yang begitu membosankan baginya.
"Hemm," gumam Edward dengan malas. Ia mengalihkan tatapan matanya ke arah sahabat baiknya itu, "kau benar, David, Pruistine tampak sangat terganggu dengan penguntit kurang ajar itu!" dengan geram Edward berkata, tampak sorot mata penuh perhitungan dari kedua matanya.
Anggukan setuju keluar dari diri David, Ia sepenuhnya mendukung sahabatnya itu untuk melakukan penyelidikan dan menghukum orang kurang ajar tersebut. Selain karna kecantikan anak perwalian Edward, Pruistine, yang membuatnya tertarik kepada gadis itu, perhatian penuh David dalam masalah ini juga karna dia tidak percaya ada orang yang berani mengganggu Pruistine, walaupun gadis itu sekarang dalam perlindungan Edward. Mungkin orang tersebut cukup bodoh hingga tidak tau orang seperti apakah Edward? fikir David. Namun ketertarikan David berbanding terbalik dengan Thomas, yang tampak tidak dengan sepenuh hati memikirkan masalah anak perwalian Edward.
Ia ke sini karna ingin menghindar dari masalah rumit di kediamannya, siapa yang menyangka justru di tempat ini Ia harus di hadapkan pada masalah lain yang membuatnya geram karna di tuduh sebagai penguntit! kepalanya serasa berdenyut memikirkan rentetan masalah memusingkan yang harus ia dapatkan hanya karna wanita. Thomas tanpa sadar memijit pelipisnya dengan tangannya untuk mengurangi sakit kepala yang tengah ia rasakan.
Gerakan yang di lakukan Thomas secara tidak sengaja menarik perhatian Edward, Ia melirik sekilas ke arah sahabatnya itu. Kini setelah dengan seksama mengamati Thomas, Edward melihat bagaimana keruhnya wajah Thomas. Edward mengangkat alisnya dan menatap David, seakan menangkap pertanyaan tersembunyi Edward, David menyeringai senang sambil mengendikkan bahu. Sungguh terkadang melihat seorang seperti Thomas mengalami keterpurukan hanya karna wanita membuat David sedikit mendapatkan hiburan. "Tanyalah sendiri jika kau ingin tahu ada masalah apa dengannya," David berkata kepada Edward dengan acuh tak acuh, tampak nada terhibur dalam ucapannya.
Edward hanya bisa menggelengkam kepala dengan kelakuan unik David yang bahagia di atas penderitaan Thomas. "Wajahmu begitu masam seperti tengah menenggak racun, Thomas. Ada apa denganmu?"
Menatap ke arah Edward, Thomas hanya menjawab dengan singkat, "Tidak ada!"
Kernyitan dalam dahi Edward semakin meningkat mendengar jawaban kasar Thomas. Ia ingat terakhir kali Thomas bersikap seperti itu adalah saat pertama kalinya pertemua pria itu dengan seorang gadis, gadis yang menjungkir balikkan kehidupan asmara Thomas. Mungkinkah gadis itu kembali mengganggu Thomas lagi? tak di ragukan lagi, Edward yakin pasti karna hal itu.
"Jadi begitu, gadis ular itu kembali lagi dalam kehidupanmu?" ujar Edward, "dan kau melarikan diri ke sini untuk menghindarinya," dengan yakin Edward berkata.
Dengusan sebal terdengar sebagai jawaban dari Thomas akan pernyataan Edward. "Aku selesai!" derit keras kursi yang terdorong terdengar bersamaan dengan ucapan Thomas, "silahkan lanjutkan pembicaraan apapun yang ingin kalian bahas sendiri! Aku lelah dan akan beristirahat sekarang." Lanjutnya dengan nada acuh tak acuh sambil melangkah pergi keluar dari ruang makan.
Sesaat setelah pintu tertutup dan membuat sosok Thomas tidak tampal lagi dalam penglihatan Edward dan David, keduanya hanya menggelengkan kepala.
"Well, apa saja yang terjadi selama beberapa minggu ini di London, David? bagaimana Thomas bisa tampak sekacau ini sekarang?"
"Aku terkejut kau masih perduli akan kondisi Thomas," kekeh David geli, "jika ku lihat sekarang, kondisimu juga lumayan berubah sejak kau meninggalkan London dan datang ke sini," dengan mata berbinar jahil David menatap Edward. "Apakah ada yang menarik yang terjadi antara dirimu selama kau disini? ceritakanlah, mungkin aku bisa mencoba memecahkan beberapa masalah dari kedua sahabatku sekaligus."
Edward terbengong heran mendengar nada bicara David yang terdengar begitu serius dan perduli, tampak tidak seperti David yang biasanya selalu menyebalkan.
"Jangan menatapku seperti itu, aku hanya merasa kasihan saja kepada kalian berdua, mengingat dari kita bertiga, hanya aku yang saat ini terbebas dari jerat wanita, tentu saja aku harus peduli kepada nasib buruk kalian berdua!" ujar David kikuk karna menyadari keheranan Edward, " cepat ceritakan! Sebelum aku berubah fikiran!"
Pertahanan diri Edward akhirnya tumbang melihat ketulusan David yang walaupun seringkali bertingkah sembrono tetapi dia selalu menjadi yang nomor satu dalam hal kepedulian kepada sahabat-sahabatnya saat tertimpa kesusahan.
"Aku... " ujar Edward ragu.
David menatap dengan serius tepat di kedua mata Edward, mengunci kedua tatapan mata itu. Perlahan, sepatah dua patah kata menjadi berjuta kata yang terangkai dalam curahan hati kedua sahabat itu sepanjang malam. Menceritakan berbagai hal yang mereka lewatkan selama perpisahan mereka hingga tanpa terasa malam sudah begitu larut dan keduanya mengakhiri pembicaraan untuk kembali ke ruangan masing2 untuk beristirahat.
Tbc.
---------------------------------------------------------------
Tuh kan ane ketagihan buat up (T_T ) , hu..hu..hu....
Sekedar sharing ke temen-temen, kalau kita udah bikin prinsip jangan sekali-sekali di langgar yak, karna begitu sekali melangkah untuk melanggar prinsip ituhh, godaan untuk melakukan kedua kali nya itu gak bisa di tolak.. wkwkkkk :D
Cussss, happy reading yahhh kesayangankuh semua...
Salam sayang dariku
SOETBA
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top