16

Sinar senja mulai tampak di kejauhan saat langkah kaki Pruistine tengah menapaki lembutnya gelombang ombak air laut yang menerpa kaki telanjangnya. Mengabaikan sopan santun, Pruistine merasa tidak masalah sesekali berjalan telanjang kaki seperti ini, toh saat ini Ia hanya berdua saja dengan Mary dan tidak ada seorang pun kini di sekitar pantai.

Dengan kondisi pantai yang sangat sepi dan letaknya yang tidak begitu jauh dari rumahnya, dengan santainya Pruistine melepaskan sepatu dan stoking sutra hitam panjangnya. Mengabaikan ocehan Mary yang berjalan di belakang menemaninya. Ia terus menerus mengatakan tidak pantas seorang Lady melepas 'pakaiannya' di tempat umum. Yang hanya Pruistine jawab dengan tawa cekikikan. Ini pertama kalinya Ia ke pantai setelah sekian lama, dan hal ini membuat dirinya sungguh bahagia. Dengan pemandangan indah yang saat ini tersuguh di depan matanya, membuat Pruistine berhasil melepaskan beberapa kecemasan yang Ia rasakan belakangan ini. Sungguh keajaiban hanya dengan berjalan kaki berdua saja dengan Mary di pantai ini, mampu membuat Pruistine kembali menguatkan dirinya.

Ia hanya berdua saja dengan Mary di karenakan Pruistine meminta kusir dan juga Robert, pelayan Edward, yang menemani mereka ke desa hari ini, untuk pulang terlebih dahulu guna menyampaikan kabar kepada Lord Blackwater, bahwa dirinya berjalan-jalan sebentar ke pantai di dekat rumah. Setelah dengan gigih meyakinkan Robert, akhirnya Robert bersedia meninggalkan mereka dan berjanji akan segera menyusul jika sampai petang mereka belum kembali ke rumah. Pruistine hanya tersenyum lebar saat Robert mengatakan hal itu.

Menikmati hembusan angin yang menghanyutkan, Pruistine berjalan dengan santainya. Ia berhenti tiba-tiba saat melihat dua sosok orang di kejauhan. Seorang remaja pria berambut coklat dengan seorang gadis kecil berambut platinum, persis seperti rambutnya. Remaja pria dan gadis kecil itu tampak berlari-lari dan saling mengejar satu sama lain, teriakan tawa dari keduanya sampai ke telinga Pruistine. Pruistine merasa  senang melihatnya, dan muncul perasaan di hati Pruistine bahwa dulu sekali, suatu saat di masa kecilnya, Ia pernah merasakan kebersamaan dengan seseorang saat di pantai sama seperti kebersamaan kedua anak itu.

Melihat Lady nya terpaku menatap satu titik di kejauhan membuat Mary heran, ada apa dengan Lady nya?

"My Lady," panggil Mary berusaha memecahkan lamunan Lady nya. Mendengar suara Mary, Pruistine menengok kaget, lalu Ia tersadar, Ia begitu terhanyut mengamati kegiatan kedua anak di depannya hingga membuatnya tercenung. Menengok ke sisi Mary, Pruistine mendengar Mary bertanya kepadanya, "ada apa, My Lady?"

Pruistine tersenyum, "Tidak ada apa-apa, Mary, aku hanya sedang terpesona melihat kedua anak itu," ucap Pruistine dengan semangat sambil mengalihkan pandangannya dan menunjuk ke satu titik di kejauhan yang tadi terus menerus ia amati. Saat tatapan matanya kembali ke tempat kedua anak kecil tadi bermain, baik Pruistine dan Mary sama-sama terheran-heran. "Dimana mereka?" tanya Pruistine bingung kepada Mary.

"Mereka siapa, My Lady?"

"Seorang remaja pria bersama seorang gadis kecil berambut platinum yang tengah bermain di sana," jelas Pruistine.

"Seorang remaja dan seorang gadis kecil?" tanya Mary, nada heran tidak bisa di sembunyikan dari suaranya.

"Ya, mereka berada di sana tadi, sebelum kau memanggilku, Mary."

"Tapi aku tidak melihat siapapun di sekitar sini sedari tadi, My Lady, kita hanya berdua saja," saat kesadaran menghampiri Mary, Ia merasakan seakan ada sebuah tangan yang meremas hatinya. Membuat hatinya merasa nyeri. Apakah yang di lihat Lady nya adalah sebuah ingatan dari masa lalunya? Apakah Lady nya mulai mendapatkan kembali ingatan-ingatan akan masa lalunya? tetapi, bagaimana bisa itu terjadi? pikir Mary panik.

Sorot mata panik Mary bertatapan dengan sorot mata kosong Pruistine, Mary bisa melihatnya, Lady nya tengah sibuk dengan pikirannya sendiri.

Saat ini kilasan-kilasan seorang remaja pria dengan seorang gadis kecil memenuhi kepalanya, membuat Pruistine sadar akan satu hal. Apakah gadis kecil berambut platinum itu adalah dirinya? apakah ini ingatan dari masa lalunya yang selama ini tidak pernah Pruistine ingat? itukah sebabnya Mary tidak bisa melihat mereka, karna apa yang di lihatnya hanyalah gambaran dari ingatan akan masa lalu dirinya? pikir Pruistine.

Jika ini adalah ingatan akan kenangan kebersamaannya dengan seseorang saat bermain di pantai ini, lalu siapakah remaja pria itu? dan kenapa Ia melupakan kenangan menyenangkan seperti ini? pikir Pruistine.

"Mary, sepertinya apa yang baru saja ku lihat adalah kenangan masa laluku, aku yakin ini adalah bagian dari ingatan masa kecilku dulu," ujar Pruistine, "gadis kecil berambut platinum itu adalah aku, Mary."

Mary hanya terdiam ngeri mendengar ucapan Lady nya yang begitu cepat menyimpulkan kebenaran dari penglihatan matanya.

"Sangat masuk akal bukan? itu sebabnya kau tidak melihat kedua orang itu, karna mereka berdua hanya ada dalam kepalaku saja," ucap Pruistine dengan keyakinan penuh, "sebenarnya apa yang terjadi kepadaku, Mary? kenapa selama ini aku tidak mengingat semua kenangan masa kecilku? hal buruk apa yang pernah terjadi kepadaku?"

"Aku tidak tahu, My Lady," jawab Mary, Ia merasakan rasa takut hal buruk akan kembali terjadi kepada Lady nya, jika Lady nya mulai mengingat lagi kenangan masa kecilnya.

Saat mereka berdua tengah menatap satu sama lain, Pruistine merasakan ada seseorang yang tengah menatapnya dari belakang. Lagi? tidak, kumohon jangan sekarang! batin Pruistine jengkel.

Dengan kalut Pruistine membalikan badannya dan lagi-lagi Ia tidak melihat seorang pun. Sama saja seperti beberapa minggu ini. Tepatnya sehari sejak kunjungan pertamanya ke desa, saat Pruistine keluar mengunjungi desa lagi, atau saat Ia sedang melakukan kegiatan di luar rumah. Pruistine selalu merasa ada seseorang yang mengawasinya, dan saat Pruistine berusaha mencarinya pasti tidak ada apa-apa, tidak ada seorang pun yang tengah mengawasinya. Sama seperti hari ini, sejak tadi pagi Ia menginjakkan kaki keluar dari rumahnya, Pruistine mulai merasakan lagi tatapan dari seseorang yang sangat intens mengawasinya. Tak pelak hal itu membuatnya merasa takut, akan tetapi seperti biasanya Ia hanya diam saja dan mengira itu hanya khayalannya saja.

Akan tetapi kali ini, di saat kesadaran akan secuil ingatan masa lalunya yang kembali di ingatnya. Ia pun kini seperti mendapatkan keyakinan bahwa mungkin saja selama ini benar-benar ada seseorang yang mengawasinya. Tetapi untuk apa orang itu mengawasiku?

Pruistine berputar mengedarkan pandangannya keseluruh arah. "Siapa kau? keluarlah ... " teriak Pruistine sambil tetap mengedarkan pandangannya kesekitar, "keluarlah! jangan terus menerus mengawasiku saja dari belakang," teriak Pruistine frustasi.

Kembalinya sedikit ingatan akan masa lalunya, ketidakmampuannya mengingat siapa pria yang tengah bersamanya dalam ingatan itu, dan kesadaran bahwa dirinya selama ini benar-benar diikuti oleh seseorang membuat pertahanan diri Pruistine runtuh. Dengan seketika Ia merasakan kekalutan yang teramat sangat. "Kumohon, jika ingin bertemu denganku, keluarlah ... jangan terus menerus menakutiku!" kembali Pruistine berteriak dengan pilu, ketakutan kini benar-benar menguasainya.

Mary yang melihat Lady nya tampak kacau dan berteriak-teriak ikut merasa panik. Ia memegang Lady nya dan berusaha menghentikan Lady nya yang tengah berputar dan mengedarkan tatapannya kesegala arah. "My Lady, ada apa? Kumohon, tenanglah," pinta Mary di tengah-tengah kekalutan Lady nya. Saat Pruistine tetap saja terus menerus berteriak kepada entah siapa, berkata agar orang itu keluar, Mary mengguncang-guncangkan tubuh Lady nya. Ia berusaha menyadarkan sang Lady.

"My Lady ... berhenti," teriak Mary sambil mengguncang tubuh Pruistine dengan sangat keras sebagai usaha terakhirnya menyadarkan Lady nya. Hal itu berhasil menghentikan Lady nya. Kini Lady nya berdiri mematung dan menatap Mary dengan panik.

"Mary, ada orang yang selama ini terus menerus mengikutiku," ucap Pruistine, "selama ini aku menganggap bahwa ini hanyalah khayalanku saja, tetapi kini aku yakin, ini bukanlah sekedar khayalan, ini nyata, Mary. Seseorang benar-benar tengah mengawasiku." terang Pruistine kepada Mary dengan panik.

Kekalutan dan kecemasan Pruistine ikut menular kepada Mary, walaupun begitu Mary berusaha untuk bersikap tenang. Ia harus bersikap tenang agar bisa menenangkan Lady nya.

"Tenanglah, My Lady, itu semua tidak seperti yang anda takutkan," ujar Mary dengan lembutnya, Ia merengkuh Lady nya ke dalam pelukannya, dan mengusap-usap punggung Lady nya. "Tidak mungkin ada orang yang mengawasi anda, untuk apa dia melakukannya?"

"Tidak, Mary, ada seseorang yang benar-benar mengikutiku," isak Pruistine didalam rengkuhan Mary.

"Tidak apa-apa, My lady, kumohon percayalah kepada ucapanku," ujar Mary, "atau kita bisa mencoba menceritakannya kepada Lord Blackwater? jika benar ada seseorang yang dengan berani-beraninya menguntit anda, orang itu pasri akan menerima pelajaran berharga dari Lord Blackwater, My Lady." lanjut Mary saat Ia merasakan gelengan lemah dari Pruistine di pelukannya.

Mary merasakan Pruistine kini terdiam dalam pelukannya, hanya sesekali isakan masih terdengar dari gadis itu. "Mari kita ceritakan hal ini kepada Lord Balckwater, My Lady, anda maukan?"

Anggukan kecil samar-samar Mary rasakan. Kelegaan yang sangat menelusup ke hatinya, lalu perlahan tubuh Pruistine yang berada dalam pelukannya berangsur-angsur rileks kembali. Masih dengan memeluk Pruistine, Mary membisikkan kata-kata penghiburan kepada Pruistine.

Tanpa mereka berdua sadari, di atas tebing yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri, ada seorang Pria yang tengah menatap kearah mereka dengan pandangan penuh kerinduan kepada sosok Pruistine. Ia mengamati segala tingkah Pruistine dan seringai senang tampak di wajahnya. Tunggu aku ma chérie ... bisik Pria itu.

Seakan mendengar bisikan Pria itu, tubuh Pruistine kembali menjadi kaku dalam pelukan Mary. Tanpa memedulikan hal itu, Mary terus mendekap Pruistine dengan erat dan megusap-usap punggungnya. "Mary kita pulang, My Lady, agar secepat mungkin kita bisa menceritakannya kepada Lord Blackwater."

Entah mengapa kini Mary juga merasakan ada seseorang yang mengawasi mereka berdua, dan hal itu membuatnya bergidik takut dan ingin segera meninggalkan pantai.

"Ya, Mary," jawab Pruistine cepat.

Mary melepaskan pelukannya, lalu Ia membantu memasangkan kembali stoking sutra hitam Pruistine, membantu Lady nya mengikat stoking itu dengan pita di pahanya. Sebelum melakukannya Mary mengedarkan pandangan ke sekitar dan berharap siapapun orang yang tengah mengawasi mereka saat ini tidak melihat jelas kaki Lady nya. Mary berusaha sebisa mungkin memakaikan stoking ke kaki Lady nya tanpa menampakkan terlalu banyak kulit Lady nya. Cukup merepotkan dan memakan waktu lebih lama, tetapi Mary berhasil melakukannya.

Setelah mereka rasa cukup, keduanya berbalik arah dan melangkahkan kakinya menuju arah pulang. Cekaman rasa takut karna adanya seseorang yang seperti tengah mengawasi mereka kini tidak lagi mereka rasakan. Sepertinya orang itu sudah pergi? pikir mereka berdua di dalam pikiranya masing-masing.

Setelah beberapa langkah, perasaan ada seseorang yang sedang menatap ke arah mereka kembali mereka rasakan. Kali ini baik Pruistine atau pun Mary refleks mengarahkan tatapan matanya ke atas, seakan pandangan mata mereka di tuntun untuk memandang ke arah tebing terdekat dari posisi mereka. Tatapan Pruistine dan Mary berhasil menangkap sosok dua pria berkuda yang kini tengah menatap mereka dari atas tebing.

Melihat kedua pria di atas tebing yang kini tengah mengamati mereka, sekujur tubuh Pruistine gemetar ketakutan.

Mereka berduakah orang yang selama ini menguntitnya?

Tbc.

------------------------------------------------------

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top