11

Semakin mendekati rumah-rumah warga di desa, hamparan padang rumput telah berganti dengan rerimbunan pohon nan hijau yang menjulang tinggi. Rerimbunan pohon itu seakan menjadi gerbang masuk menuju kawasan pemukiman warga.

Begitu kereta barang yang di tumpangi Pruistine, dengan Edward sebagai kusirnya, melewati pohon terakhir. Mereka sampai di sebuah tanah lapang, dimana tidak jauh dari tanah lapang itu berdiri sebuah bangunan rumah pertama dari desa itu, dan di sekitar rumah itu terdapat banyak rumah-rumah penduduk lainnya. Gaya bangunan semua rumah di desa itu tampak sama, bangunan rumah berbentuk persegi panjang dengan satu pintu dan sepasang jendela, terdapat juga cerobong asap di atapnya. Walau pun terlihat kecil, tampaknya bangunan-bangunan rumah warga di sini nyaman untuk di tinggali.

Beberapa anak kecil tampak berlarian di depan rumah, dan para wanita tampak sibuk hilir mudik membawa tentengan keranjang makanan. Sedangkan beberapa pria tampak sedang berjalan kaki dengan membawa alat-alat kerja seperti linggis, kapak dan lainnya. Sepertinya mereka tengah dalam perjalanan pulang dari tempat kerja untuk beristirahat sejenak di rumah.

Bunyi gemeretak roda kereta di jalanan menarik perhatian beberapa anak-anak kecil yang sedang bermain. Begitu melihat siapa yang tengah menaiki kereta kuda, anak-anak kecil itu tampak tersenyum bahagia dan mereka berlari menyambut kereta yang di tumpangi Edward dan Pruistine.

"My Lord... My Lord... " teriak mereka dengan riuhnya.

Tampaknya anak-anak itu tidak menyadari kahadiran Pruistine yang duduk di sisi Edward, tanpa menghiraukan Pruistine, anak-anak kecil itu terus memanggil-manggil Edward. Beberapa warga yang tengah berada di sekitar situ, terlihat berjalan mendekat, menyambut kedatangan Edward, Lord mereka. Berbeda dengan anak-anak, mereka segera menyadari sosok Pruistine yang datang bersama Edward. Dalam hati mereka bertanya-tanya siapakah Lady ini? berambut platinum dan bermata hijau, rambut dan mata yang hampir mirip dengan rambut dan mata milik mendiang istri Lord Stannage. Akan tetapi Lady ini berkali-kali lipat lebih cantik dari mendiang istri Lord Stannage.

Tidak jauh dari rumah pertama yang ada di desa itu, Edward menghentikan laju kereta kudanya. Begitu kereta berhenti, anak-anak kecil langsung mengelilingi kereta kuda itu. Edward turun dari kereta, Ia tampak menganggukkan kepala kepada beberapa orang dewasa yang membungkuk kearahnya memberi hormat. Saat kerumunan anak kecil di sekitar Edward semakin banyak, Edward mengalihkan perhatiannya kepada mereka. Ia tersenyum, "Hai, anak-anak, bagaimana kabar kalian?" sapa Edward, Ia berjongkok di depan anak-anak itu agar tinggi badan mereka seimbang.

"Kabar kami baik, My Lord," jawab anak-anak itu serempak.

"Kenapa beberapa hari ini tidak datang kesini, My Lord?"

"Kami merindukan anda, My Lord,"

"Apakah anda membawa kue-kue dan permen untuk kami, My Lord?"
Tanya anak-anak kecil itu bersahut-sahutan.

Edward tertawa kecil mendengar pertanyaan mereka, "Satu-satu pertanyaannya sayang," sahut Edward. Ia mencubit pipi salah satu anak laki-laki di situ, anak laki-laki berambut pirang dengan mata biru. "Kurasa aku harus menjawab pertanyaan yang pertama kali kudengar. Baiklah, kenapa beberapa hari ini aku tidak kesini, itu karna aku sibuk anak-anak. Lalu aku juga sangat merindukan kalian, dan ya, aku membawa banyak sekali kue-kue dan permen untuk kalian, tapi hanya bila kalian bersikap manis."

"Asik... " seru anak-anak dengan bahagia.

Pruistine masih terduduk diam di kereta, Ia tidak menyadari tatapan keheranan, dan kekagumam dari warga sekitar, yang telah menyadari kehadirannya. Hal itu karna perhatian Pruistine benar-benar tersita hanya untuk mengamati interaksi Edward bersama anak-anak kecil itu. Melihat betapa manisnya Edward, Pruistine merasakan perasaan hangat di hatinya. Ia benar-benar tersentuh, dan Ia tahu ini adalah perasaan sama yang Ia rasakan untuk kedua orangtuanya. Sebuah perasaan sayang. Akan tetapi, ada sedikit perasaan aneh yang membuat perasaan sayangnya kepada kedua orang tuanya, sedikit berbeda dengan perasaan sayangnya kepada Edward.

Apakah ini? tanya Pruistine dalam hati. Ah, itu pasti karna Edward bukanlah orangtua kandungku, tentu saja perasaan sayangku kepadanya tidak bisa sama persis seperti perasaan sayangku kepada ayah dan ibuku. Apapun itu untuk saat ini, yang jelas aku menyayangi mendiang orang tuaku dan kini aku menyayangi Edward, waliku.

Di tengah-tengah obrolan antara Edward dengan anak-anak desa ini, seorang anak laki-laki berambut pirang dengan mata biru yang pipinya dicubit oleh Edward tadi. Dengan tiba-tiba menatap kearahnya. Mata anak itu tampak membulat melihatnya, pandangan mata biru anak itu bersitatap dengan pandangan mata hijau Pruistine. Secara naluri, Pruistine tersenyum kearah anak tersebut. Rona merah tampak menjalari pipi anak kecil itu. Ia mengalihkan pandangan matanya, lalu Ia tampak berbisik ke arah Edward. Pruistine melihat Edward melirik ke arahnya, dan sebuah senyum terukir di bibir Edward.

Sebuah senyuman sekilas dari Edward, tampaknya sedikit mempengaruhinya. Pruistime merasakam sebuah gelenyar samar mengusik hatinya melihat senyuman itu. Ia merasakan pipinya memanas.

Edward tampak bangkit dari posisinya, Ia mengelus rambut anak yang berbisik kepadanya tadi. "Well, maafkan aku karna lupa mengenalkan siapa yang menemaniku hari ini," ujar Edward dengan suara yang jelas dan lantang. Ia tersenyum ke arah Pruistine dan mengulurkan tangannya, memberi isyarat kepada Pruistine untuk turun dan sekaligus untuk membantu Pruistine turun dari kereta itu. "My Lady... " ucap Edward kepada Pruistine.

Pruistine menerima bantuan Edward, karna sulit baginya untuk turun sendiri dari kereta. Ia melangkah turun dari kereta dan berdiri di sisi Edward, "Terimakasih, My Lord," ucap Pruistine. Ia merasa akan sangat tidak sopan jika memanggil Edward dengan namanya di hadapan banyak warga.

"Semuanya, perkenalkan, Lady Pruistine Astley, putri satu-satunya dari mendiang Lord Stannage, Sebastian Astley," seru Edward kepada warga.

Tidak tampak raut keheranan di wajah beberapa warga yang kebetulan berkumpul di sana, dengan melihat rambut platinum dan mata hijau Pruistine, yang terlihat mirip dengan istri mendiang Lord mereka, warga sudah menduga bahwa Lady yang tengah bersama dengan Lord Stannage adalah putri dari mendiang Lord sebelumnya. Yang ternyata benar adanya.

"Salam, My Lady," sahut semua warga yang berkumpul.

"Ya, terimakasih semua," jawab Pruistine, Ia tersenyum lebar ke arah warga. Pruistine merasa senang dengan sambutan warga yang hangat dan tidak tampak raut terkejut di wajah mereka.

Pruistine, Edward, dan warga yang sedang berkumpul terlibat dalam perbincangan ringan yang hangat dan seru. Berbanding terbalik dengan kondisi anak-anak yang tadinya riuh berceloteh menjadi terdiam dan termangu-mangu. Mereka menatap takjub pada Lady yang tengah berdiri di hadapan mereka, bagi mereka Ia tampak seperti malaikat.

"Anda seperti malaikat, My Lady," seru seorang gadis kecil.

Pruistine menengok ke arah gadis kecil itu, gadis kecil berambut pirang dan juga bermata biru. Sekilas tampak mirip dengan anak laki-laki yang berbisik kepada Edward tadi. Pruistine tersenyum, saat gadis kecil itu seperti akan membuka mulutnya lagi untuk berbicara, seorang anak laki-laki berambut pirang dan bermata biru, anak yang sama dengan anak yang berbisik di telinga Edward tadi, menutup mulut gadis kecil itu.

"Diam Elle," bisik anak laki-laki itu, "maafkan kelancangan adik saya, My Lady." Anak laki-laki itu meminta maaf dengan sikap kesopanan yang sangat sempurna.

Pruistine terkesima. Manis sekali, batin Pruistine.

"Tidak apa-apa Jeremi, biarkanlah adikmu berbicara," seru Edward kepada anak laki-laki itu. Segera setelah mendengar perkataan Lord nya, Jeremi melepaskan bekapan tangannya di mulut adiknya
Tetapi tampak jelas Ia memberi isyarat lain kepada adiknya untuk tetap tutup mulut. Pruistine tersenyum melihatnya. Ia mengulurkan kedua tangannya untuk mengusap kepala kedua anak kecil itu.

"Jeremi dan Elle, nama yang bagus sayang," bisik Pruistine lembut, "dan kalian juga tampak seperti malaikat kecil bagiku," sahut Pruistine dengan penuh keyakinan.

Jeremi dan Elle tampak senang mendengar ucapan Pruistine, segera seluruh anak-anak di sana mempunyai keberanian untuk berbicara kepada Pruistine, memujinya, dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan polos kepada Pruistine, yang di jawab dengan sabar olehnya.

Semua warga tampak merasa senang dengan sikap Lady mereka, yang tampaknya selembut dan sebaik mendiang Lord Stannage. Tentu saja, bukankah Ia putrinya, pikir warga, dan warga juga tidak mau repot mempertanyakan kenapa dulu tersebar rumor yang jahat tentang putri mendiang Lord Stannage. Jika ternyata gadis itu memiliki paras malaikat. Tetapi apaun itu, warga merasa tidak pantas jika menggunjingkan tentang keluarga dari mendiang Lord mereka.

Setelah beberapa saat, Edward merasa sudah cukup acara perkenalannya, Ia memutuskan untuk segera membagikan bekal-bekal yang sudah di bawanya kemari.
"Baiklah anak-anak, maukah kalian membantuku membagikan bekal-bekal yang kami bawa untuk warga di sini." Ucap Edward bersemangat.

Sontak perhatian anak-anak beralih kepada Edward, "Ya, siap, My Lord," seru mereka antusias.

Tanpa di komando anak-anak itu segera mengerumuni bagian belakang kereta, warga desa yang melihatnya tertawa dan mereka ikut andil membantu Lord nya membagi-bagikan makanan. Mereka merasa senang dan bersyukur, Lors Stannage yang baru ini sebaik mendiang Lord yang dulu.

Edward berbisik kepada Pruistine, "menyenangkan bukan melihat kegembiraan mereka, sayangku."

Bulu kuduk Pruistine meremang mendengarnya, hal itu membuat tubuh Pruistine mendadak berdiri kaku, dan Pruistine hanya bisa menjawab ucapan Edward dengan anggukan kecil.

Edward menyadari perubahan sikap Pruistine, "apa ada yang salah, My dear?" tanya Edward dengan berbisik sekali lagi.

Hanya dengan mendengar bisikan lembut Edward dan merasakan sedikit hembusan nafas Edward di bawah telinganya, respon tubuh Pruistine begitu tidak di sangkanya, desiran hangat mengalir di darahnya, dan Pruistine merasakan sedikit getaran di tubuhnya.

Edward tampak tengah menatap Pruiatine, dan tampaknya Pruistine bisa merasakannya. Merasakan tatapan mata Edward yang tampak menyelidik ke arahnya, rasa malu mendadak menerpa Pruistine, membuat semburat merah muncul di pipinya.

Edward terheran-heran seketika. Apakah Ia sedang bermimpi? Apakah tidak salah apa yang baru saja kulihat? Pruistine merona hanya karna bisikanku di telinganya? batin Edward.

Pruistine merasa jengah dengan tatapan menelisik dari Edward, Ia membalas tatapan mata Edward, berharap Edward menghentikan tatapan menyelidiknya.

Saat kedua tatapan mata itu bertemu, Edward  melihat tatapan mata yang bersinar polos, dan tampak ada sedikit rasa bingung. Jika di amati dengan seksama, tampak juga sedikit kabut di mata itu yang menandakan adanya gairah.

Gairah? Pruistine bergairah kepadaku? pikir Edward.

Sebersit rasa senang menyusupi hatinya, membuatnya merasa sedikit melambung. Akan tetapi, jika melihat tatapan polos gadis itu dan kebingungannya, Edward bisa memastikan Pruistine belum tahu apa arti reaksi dari tubuhnya, yang mungkin baru pertama  kali ini dirasakannya. Seketika hal itu membuatnya merasa turun lagi ke bumi, dan Ia merasakan adanya sedikit kekecewaan di hatinya.

Bodohnya Ia yang melupakan fakta bahwa Pruistine begitu polos. Terkadang tingkahnya bahkan mirip seorang gadis kecil berumur enam tahun.

Edward menghela nafas, lalu Ia mengalihkan tatapannya dan segera menjauh dari Pruistine.

Begitu Edward menjauh darinya, Pruistine merasakan sedikit perasaan lega. Ia memandang Edward yang kini tengah mengambil keranjang besar yang sepertinya berisi obat-obatan. Lalu Edward kembali ke arahnya, Ia menyerahkan keranjang itu kepadanya, "Bisa tolong aku mengantar bekal ini untuk keluarga Wood, Pruistine?" pinta Edward.

"Tentu, My Lord," jawab Pruistime.

"Jeremi... Elle... " teriak Edward memanggil kedua anak kecil yang memiliki penampilan hampir serupa. "Bisakah kalian mengantar Lady Astley kerumah kalian untuk menemui ibu kalian?" lanjut Edward bertanya kepada anak-anak itu.

"Baik, My Lord," Jeremi dan Elle berlari kecil menghampiri mereka. "Mari, My Lady... " sahut Jeremi, "anda bisa mengikuti kami."

"Dengan senang hati, sayang," sahut Pruistine.

Pruistine menengok ke arah Edward, dan Edward mengangguk menyemangati. "Aku akan menyusul, My dear,"

Pruistine tersenyum, dan Ia mulai melangkahkan kakinya mengikuti langkah kaki Jeremi dan Elle.

"Jadi nama kalian Jeremi Wood dan Elle Wood?"

"Ya, My Lady."

Samar-samar Edward mendengar pembicaraan Pruistine dengan kedua anak kecil itu. Untuk beberapa saat Edward membiarkan dirinya memandangi sosok Pruistine, walau Ia hanya bisa melihat punggung gadis itu.

Apakah ini karma bagiku karna sering mempermainkan wanita? Hingga membuatku bertemu dengan wanita yang mampu memesonaku tapi tak mungkin bisa kumiliki? bisik hatinya sedih. Tampaknya nasibku hanya bisa memandangi punggung Pruistine yang berjalan menjauh, melangkah kedepan, dalam kehidupannya.

Saat sosok Pruistine menghilang di sebuah belokan, Edward memejamkan matanya sejenak. Berharap bisa meredakan rasa perih di hatinya. Saat membuka mata kembali, Edward segera mengambil sebuah keranjang bekal lagi yang akan diberikannya kepada keluarga Smith.

Edward tersenyum ke arah warga dan juga anak-anak yang juga tengah sibuk membantunya membagi-bagikan bekal.

Menatap ke jalan yang tadi di lalui Pruistine, Edward melangkahkan kakinya dengan perlahan. Dengan sengaja Ia menapakkan kakinya ke jejak kaki Pruistine, mengikuti langkah kecil gadis itu.

Mengikuti langkahnya, langkah Pruistine nya...

Tbc.

------------------------------------------------------

Hoammm...hoammmm, ngantuk-ngantuk tapi coba tetep selesaiin... >.<

Akhirnya selesai juga, maafkan daku kalau banyak typo di sana sini ya say...
Ini sebenarnya bisa di update tadi jam 11 maleman, tp ada aja halangan :'(

Besok gampang kalau mood ngedit balik dakuh edit2 ulang typonya yahhh, syukur bgt kalau teman-teman ada yang bantu koreksiin..hehee :D

Semoga part ini ndak bikin jenuh teman-teman semua yaaa...

Cuap, cuap nya udah dulu ya, ane nguantuk pake bgt..

Salam sayang dariku untuk kalian semua teman-temanku yang luar biasa... <3

Soetba

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top