Part 21. Kusut

-

-

"Tutup pintunya, Mal," perintah Mahesa.

Kemal menurut dan menutup pintu ruangan Mahesa. Dia lantas mendekati Mahesa yang duduk pada meja kerjanya.

"Duduk," perintah Mahesa lagi dengan nada tegas. Jelas, Kemal makin curiga.

Setengah hati Kemal duduk pada kursi di hadapan meja kerja Mahesa. "Bapak panggil saya ada apa? Apa ada hal penting yang mau didiskusikan? Masalah Agni?"

Bola mata abu-abu milik Mahesa, turunan dari kakek Agni yang merupakan ekspatriat, mengamati Kemal tajam. "Ada hubungan apa kamu sama wartawan?"

Sontak, Kemal menelan ludahnya kasar. "Maksud Pak Mahesa?"

Mahesa bersidekap sambil menarik napasnya dalam-dalam. "Mal, saya kan sering bilang ke kamu. Jangan pernah terlalu dekat dengan wartawan. Kamu enggak pernah tahu berita seperti apa yang bakal mereka siarkan dengan semua informasi dari kamu. Sekarang saya tanya, apa ini ada hubungannya dengan perusahaan Drajat?"

Di kursinya, Kemal membisu. Alih-alih salah tingkah ataupun merasa bersalah, dia malah tersenyum tipis. "Pak Mahesa masih ingat kan ucapan Bapak waktu mengisi kuliah umum di kampus saya dulu? Bapak bilang, sebagai pengacara kita harusnya bangga karena bisa mengabdikan diri untuk masyarakat dan menegakan hukum, kebenaran, juga keadilan sesuai kode etik."

"Mal," potong Mahesa ketika sadar ke mana arah bicara Kemal.

Kemal menatap Mahesa lekat-lekat. "Sekarang saya tanya ke Pak Mahesa, apa dengan membantu Textama sudah membuat Bapak bangga?"

"Mal. Saya tahu maksud kamu. Tapi enggak dengan asal lakuin semua yang kamu mau. Semua butuh prosedur."

"Prosedur apa? Semakin hari justru saya lihat lawfirm ini malah semakin di bawah Textama. Apa Bapak yakin tujuan adanya kantor ini memang seperti itu?" tekan Kemal tidak mau kalah. "Dan soal prosedur saya pastikan semua yang saya lakukan akan sesuai prosedur."

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Read More at : Karyakarsa.com/mooseboo

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top