-

-

"Semua bukan salah kamu," kata Kemal tiba-tiba.

Tangan Ladin berhenti di udara karena ucapan Kemal. Kepalanya seketika menunduk. "Saya enggak ngerti apa maksud kamu."

"Saya yakin kamu paham arah pembicaraan saya," lanjut Kemal melirik kaki kanannya.

Ladin meletakan bokongnya kembali ke bangku dengan pandangan terus menghindari Kemal.

"Beberapa kali saya bilang, itu bukan salah kamu. Saya yang ceroboh waktu itu," ujar Kemal lebih tenang.

Tangan Ladin mengepal erat di bawah meja, seolah-olah tengah menahan sesuatu. "Tapi seandainya kamu enggak bantu saya waktu itu."

Kemal tertawa pelan. "Jangan Geer. Seandainya bukan kamu pun saya mungkin ngelakuin hal yang sama. Lagian kalau waktu itu saya enggak berhenti dari pencak silat, saya mungkin enggak akan jadi seperti sekarang."

Kepala Ladin perlahan terangkat lalu dia mengamati wajah Kemal di hadapannya. Tanda tanya besar pelan-pelan memenuhi benaknya ketika menemukan kekehan konyol khas lelaki itu.

"The eligible bachelor, silent killer lawyer," kelakar Kemal lanjut memuja-muji dirinya sendiri. "Saya mungkin enggak bakal sukses kayak gini kalau jadi atlet."

Ladin berdecak geli. Alih-alih kesal, Kemal malah makin tertawa pelan di depan Ladin.

"See. Sama kayak kamu, saya jauh lebih baik sekarang," tegas Kemal memamerkan senyumannya di depan Ladin.

Ladin mengangguk percaya, lantas membisu seperti kehilangan bahan obrolan. Sementara itu, Kemal masih tersenyum pongah seakan ingin meyakinkan Ladin bila semuanya baik-baik saja.

"Jadi, kenapa hukum?" tanya Ladin, tanpa sadar memecahkan tembok dingin di antara mereka. "Setahu saya kamu sama sekali enggak ada minat buat masuk jurusan hukum."

Sunggingan tipis di bibir Kemal menghilang berganti kerlingan iseng ke arah Ladin. "Jadi, kita udah bukan orang asing?"

"Maksudnya?" sahut Ladin kebingungan.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Read More at : Karyakarsa.com/mooseboo