Prolog

Hai, aku Kareela. Karena satu dan lain hal, namaku berubah menjadi Arabella Charvi L. Katanya, aku gak boleh sembarangan menyebut nama belakang. Makanya aku sebut ‘L saja ya, biar aman.

Ada beberapa hal yang membuat hidup aku terasa jungkir balik selama beberapa bulan belakangan ini. Pertama, secara biologis, aku resmi menjadi seorang yatim piatu. Tapi secara hukum, tertulis aku adalah anak dari Mees Victor L., sahabat Ayah sekaligus mafia perintis yang masih ada hubungannya sama keluarga Sombaya—satu dari Sembilan Naga yang masih eksis hingga sekarang.

Kedua, karena identitas baruku ini, tentunya aku harus memulai kehidupan baru yang jelas itu tidak bisa dibilang mudah. Sekolah baru, tempat tinggal baru, juga orang-orang baru. Dan aku harap, ketiga-tiganya akan jauh lebih baik ketimbang kehidupanku yang dulu. Amin.

Ketiga, entah angin datang dari mana, tiba-tiba saja aku harus dihadapkan oleh tiga pilihan yang sangat sulit. Antara keinginan Mak Ondeh (Tetua adat keluarga Haddad yang merupakan nenek buyutku) yang memintaku menjadi penerus keluarga, lalu kehadiran sepupu kandung Ayah (secara harfiah adalah paman asliku) dari Belanda, hingga perasaan sayang yang mulai muncul pada Om Mandra (Mees) yang selalu mengingatkanku dengan Ayah.

Dan terakhir, aku hanya anak berusia 15 tahun yang ingin hidup seperti remaja pada umumnya. Tapi sialnya semesta terlalu jahat, memaksaku untuk terjun merasakan dunia abu-abu yang pada dasarnya sudah mendarah daging dalam nadi.

Sebenarnya ada banyak hal lainnya yang tidak bisa aku sebutkan satu-persatu. Salah satunya adalah persepsiku yang seratus persen berubah dalam memandang dunia distopia ini.

Tentang sesuatu yang terlihat baik, tidak selamanya baik. Sesuatu yang buruk, tidak selamanya selalu buruk.

Aku memang masih terlalu muda untuk memahaminya, tapi kini aku hidup bersama mereka. Tidak ada yang bisa aku lakukan selain memahami bagaimana konsep dunia ini yang tidak pernah luput dari hitam dan putih.

Aku Kareela. Setidaknya, nama itu tidak pernah hilang sampai akhir hayatku.

*

Segala sesuatu yang tertera di karya ini hanyalah fiksi. Apabila ada kesamaan tokoh, kasus, tragedi dan kelompok di dunia nyata, mohon untuk memaklumi Penulis atas ketidaksengajaan tersebut.

—Nortonclassic

*

“Mau ikut Om, gak?”
“Ke mana?”
“Udah jangan banyak nanya! Mau ikut kagak?”
“Gak mau, ah! Males.”
“Ya udah, berarti Om dateng ke kantornya Bang Shin Hyuk sama Thomas aja berarti.”
“Loh? Om mau ke Korea?? Ke gedung kuning itu?? Ngapain?!”
“Bisnis lah! Papa kamu ini business man, Ela!”
“Ih, mau ikuuut!”

*

Note:

Genre utama emang action, tapi karena Mees sebagai male lead di sini, a.k.a pengganti peran Ayah Shayne (hiks), genrenya agak belok jadi sedikit comedy, karena karakternya yang well, kalian tahu lah.

Dimohon buat gak sexualism karakter Kareela dan Mees. Mereka bukan couple romantis. Mereka Om dan keponakan dengan kedok ayah-anak di publik. Hope you guys understand!

Last but not least, tolong hargai penulis, dengan berikan vote atau komen. Agar cerita ini juga bisa berkembang dan dapat diketahui oleh banyak orang. Terima kasih 🙏

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top