Just Once
Lacuna—a blank space; a missing part.
Pairing: Akashi Seijuurou X Kuroko Tetsuya
- Lacuna -
Tetsuya menyenderkan tubuhnya di dinding tepat di seberang ranjang rawat Kouki. Laki-laki berambut caramel tersebut masih belum tersadar setelah sempat pingsan, Kardiomiopati-nya kambuh. Kulit putihnya memucat dengan warna bibir yang senada dengan kulitnya. Di samping ranjang rawatnya terdapat sosok laki-laki bersurau merah yang masih setia menggenggam tangan sang pasien. Heterokom-nya tidak lagi memancarkan kekuatan yang mana selalu membuat semua orang tunduk padanya. Hanya ada pancaran sedih, khawatir, dan penyesalan di sana.
Dulu, bukankah tangan itu yang selalu menggenggam tangannya? Dulu juga heterokom ruby dan gold yang sangat indah itu selalu menatapnya dan hanya menatapnya seorang. Heterokom tersebut juga akan menatapnya dengan sangat khawatir meskipun Tetsuya hanya bersin dan batuk. Terkadang memancarkan sejuta cinta disana, pula terkadang terpancar rasa syukur yang mendalam atas kehadiran Tetsuya di hidupnya. Selalu memperlakukan Tetsuya dengan posesif namun penuh cinta.
Siapa yang menyangka, bahwa saat ini seluruh yang ada pada laki-laki tersebut—seluruh yang ada pada sosok yang begitu Tetsuya cintai—dimiliki oleh orang lain selain dirinya.
Suara lenguhan menyadarkan lamunan seisi ruangan. "Kouki, kau sudah sadar?" suara khawatir Akashi memecah keheningan. Tangannya cekatan membantu sang 'istri' untuk bersender di kepala kasur.
"Aku akan memanggil Ibu dan Ayah di luar, sekaligus memanggil dokter." Pamit Tetsuya. Tidak seharusnya ia menjadi orang ketiga di ruangan ini. Hanya akan menambah goresan tak kasat mata di hatinya saja.
"Tidak perlu, Tetsuya. Biar Seijuurou saja yang melakukan. Ada hal yang harus aku katakan. Bisakah memberi kami waktu berdua, Sei?" Terdengar helaan nafas berat. Sebelum akhirnya Akashi mengangguk menyetujui permintaan Kouki.
"Alright. Jangan terlalu memaksakan dirimu, 'kay?"
Tetsuya menundukkan kepalanya ketika Akashi bersiap mencium kening Kouki sebelum keluar meninggalkan kakak-beradik seorang diri. Berat sekali rasanya menyaksikan dua orang tersebut saling menyalurkan cinta mereka.
"Kemarilah, Tetsuya." Kouki memberi gesture untuk mendekat setelah pintu ruangan tersebut tertutup. Dengan lunglai, Tetsuya menghampiri ranjang tidur Kouki. Menduduki dirinya di samping ranjang tersebut. Menggantikan posisi Akashi sebelumnya.
"Maaf karena merusak malam kepulanganmu ke rumah dengan insiden ini, Tetsuya."
"Hm. Lagi pula itu tidak lagi penting sekarang."
Kouki terkekeh. Ia belum terbiasa dengan sifat Tetsuya saat ini. Siapapun yang mengetahui seberapa pemalu dan penakut Tetsuya dahulu tidak akan percaya dengan perubahan Tetsuya yang menjadi sassy dengan kalimat yang selalu berhasil menusuk hati lawan bicaranya.
"Baiklah, sepertinya Tetsuya sedang tidak ingin basa-basi. Kalau begitu langsung ke intinya saja. Kau sudah mendengar obrolanku dan Sei beberapa jam yang lalu bukan?"
"Em. Sebagian."
Entahlah, segalanya menjadi gelap. Tetsuya tidak bisa berpikir jernih. Hati dan pikirannya kacau balau. Seharusnya, memang ia tidak kembali pulang hari ini. Bukankah selama dua tahun ini keadaan menjadi membaik ketika ia memutuskan untuk lari dari masalah? Seharusnya memang ia terus berlari tanpa pernah berbalik lagi dan mungkin, keadaannya tidak akan menjadi seperti ini.
"Tetsuya, aku ingin kau menikahi Sei—"
"Hentikan, nii-san. Aku tidak ingin mendengarnya."
"Tetsuya,"
Kenapa? Jika Kouki ingin dirinya menikahi Akashi, kenapa tidak sedari dua tahun lalu saja ia membiarkan Tetsuya dan Akashi menikah? Kenapa harus memelas dan memohon kepada Tetsuya untuk menyerah dan memberikan Akashi padanya? Kenapa harus menyakiti dirinya dan Akashi terlebih dahulu seperti ini sebelum akhirnya memutuskan untuk merelakan Tetsuya dan Akashi menikah?
Egois. Kouki terlalu egois. Kouki selalu memaksa takdir untuk bekerja seperti yang diinginkannya. Meminta dan memohon kepada orang lain untuk mengabulkan seluruh permintaannya. Sekali pun hal tersebut adalah permintaan yang tak logis yang pernah ada. Sekali pun hal tersebut menyakiti banyak pihak.
"Jika nii-san memintaku—ah tidak, meminta Akashi-kun untuk menikahiku hanya karena kau menginginkan keturunan untuk Akashi, suruh saja suami-mu menikahi perempuan atau laki-laki lain. Atau adopsi saja anak-anak yang tak beruntung di panti asuhan. Jangan libatkan aku."
Jangan memaksaku untuk menabur garam di atas lukaku. Jangan memintaku untuk merobek luka yang susah payah ku jahit.
"Aku dan keluarga Sei hanya menginginkan keturunan murni dari Sei sendiri. Dan lagi..." Kouki memberikan jeda pada kalimatnya. "Aku tidak bisa melihat Sei menikahi orang lain selain dirimu, Tetsuya."
Tetsuya berdecih pelan.
Jangan bercanda. Jadi selama itu Tetsuya, Kouki merelakan Akashi begitu saja? Untuk apa? Agar Tetsuya semakin menderita kah? Masih ada kah hal yang masih belum puas di renggut oleh Kouki dari hidup Tetsuya? Disaat jelas-jelas Tetsuya sudah tidak memiliki apapun lagi saat ini.
Atau selama ini masih kurang kah luka yang di derita Tetsuya bagi Kouki? Mesti berapa banyak lagi bagian hatinya yang teriris karena Kouki? Mesti berapa banyak air mata yang mengalir karena keegoisan Kouki? Harus kah Tetsuya memohon dan bersimpuh di hadapan Kouki agar menyudahi segala yang menyakitkan ini?
"Tidak bisa kah kau berhenti memikirkan dirimu sendiri? Sekali saja, tidak bisa kah nii-san berhenti bertindak egois?" lirih Tetsuya. Suaranya bergetar. Kedua tangannya mengepal kencang. Mengapa segalanya menjadi sangat menyakitkan?
"Tetsuya, aku—"
"Pernah kah nii-san memikirkan bagaimana perasaan Akashi-kun ketika kau meminta hal yang sangat mustahil baginya untuk mengabulkan? Atau pernahkah nii-san berpikir bagaimana dengan perasaanku? Tidak bisakah nii-san berhenti menyakiti semua orang?!" Dada Tetsuya naik turun tak karuan. Aquamarine-nya menatap nanar caramel milik Kouki yang terlihat kaget. Bulir bening sekali dua kali meluncur bebas di kedua pipinya.
Aquamarine milik Tetsuya selalu terlihat jernih. Membuat siapapun yang menatapnya mampu membaca segala yang ada di diri Tetsuya. Dari sana, Kouki dapat melihat luka yang selama ini Tetsuya sembunyikan. Kekecewaan yang entah berapa kali selalu Tetsuya telan mentah-mentah. Terlalu banyak perasaan yang dapat dibaca oleh Kouki melalui aquamarine tersebut.
"Apa semuanya terlihat seperti lelucon bagi nii-san?! Apa melihat orang lain menderita mebawakan kebahagiaan tersendiri untukmu?! Hah." Sudut bibir Tetsuya terangkat, membentuk seringai kesedihan.
Lidah Kouki mendadak kelu. Bukan seperti itu maksud yang ingin ia sampaikan pada Tetsuya. Kouki sangat tau bahwa ia terlalu banyak membuat luka di hati Tetsuya. Hanya saja ia ingin mengembalikan segala kebahagiaan yang seharusnya sejak awal adalah milik Tetsuya.
"Kau ingin kami menikah? Ja... lalu untuk apa kau memohon dan bersimpuh padaku hanya untuk—" Tetsuya menghentikan kalimatnya. Tak sanggup untuk melanjutkan. Hatinya terasa sangat sakit. Luka yang baru saja kering tersebut kembali basah.
"Tetsuya, dengarkan nii-san dulu."
Tetsuya menghapus air matanya kasar. Kemudian bangkit dari duduknya. Sudah tidak ada gunanya berlama-lama disini. "Hentikan semuanya nii-san, ku mohon."
"Tetsuya, aku hanya ingin mengembalikan kebahagiaanmu yang sudah ku renggut."
Langkah Tetsuya terhenti.
"Aku tau Tetsuya, aku sudah mengambil sesuatu yang berharga di hidupmu. Aku sungguh tau Tetsuya, bahwa selama ini kau sangat menderita dan terluka karena aku. Waktuku tidak banyak dan sebelum waktuku habis, aku ingin menyelesaikan semuanya."
Hah. Ini gila! Apa bagi Kouki segalanya bisa dapat dikembalikan semudah itu? Apa bagi Kouki semua ini hanya seperti barang yang ia pinjam dan bisa dikembalikan lagi tanpa cacat dan tanpa berubah bentuk sedikit pun?
"Wow. Ternyata benar segalanya hanya seperti lelucon untukmu."
"Tidak Tetsuya, aku tidak pernah berpik—"
"Dengar, nii-san." Tetsuya memberi jeda. Menatap lurus manik caramel Kouki. "Akashi-kun bukan barang yang bisa kau pinjam dan kembalikan begitu saja. Dan ku mohon, untuk sekali ini saja. Pertama dan terakhir kalinya, berhenti bertindak egois."
Tetsuya membuka pintu ruang inap kakak-nya dengan kasar. Untuk kesekian kalinya Aquamarine-nya bertemu tatap dengan heterokom Akashi. Heterokom tersebut menatap dingin Tetsuya. Tidak ada emosi yang terpancar dari sana.
Kehangatan yang sudah lama hilang untuk Tetsuya.
Perlahan, Akashi berjalan memasuki ruang inap Kouki. Mengabaikan Tetsuya yang masih diam membeku di tempatnya.
Sei-kun. Sei-kun, Ku mohon. Kali ini, sekali ini saja berbalik lah. Sekali ini saja, tanyakan bagaimana keadaanku. Sekali ini saja. Sungguh, sekali ini saja genggam tanganku dan bawa aku kepelukanmu, Sei-kun. Ini sangat berat dan menyakitkan untukku. Ku mohon.
Sia-sia.
Meskipun sejuta kali Tetsuya memanggil namanya dalam hati,
Sejuta kali Tetsuya memohon dan bersimpuh,
Akashi tidak akan pernah berbalik dan mendekapnya seperti dulu lagi.
- Lacuna -
-To Be Continued-
Here chapter 3 for you guys~~ Semoga tidak terlalu mengecewakan kalian ya chapter kali ini >< Dan terimakasih untuk kalian yang sudah meninggalkan jejak di chapter sebelumnya. Aku sangat mengapresiasinya *bow* Terimakasih banyak guys~~
Btw aku penasaran, kalo seandainya Kuroko dipasangin sama karakter kurobas lainnya kalian milih sama siapa? Since aku selalu suka siapapun yang dipasangin sama Kuroko tapi biasanya sih pairing Kuroko selain Akashi yang aku suka tuh AoKuro, NashKuro, sama OgiKuro (Ogiwara X Kuroko) lol XD Dan buat aku, Akashi Cuma boleh sama Kuroko, tapi Kuroko boleh sama siapa aja ;p but still, AkaKuro harga mati! *apaan sih lol*
'kay lah sampai bertemu di chapter berikutnya guys~~ Semoga kalian selalu sehat yaa! Papay~! *poof*
—Matokinite76
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top