PROLOG

HASIL REVISI DAN RE-MAKE

MAAF BILA MASIH ADA KESALAHAN PENULISAN

Enjoy reading guys!


PROLOG

Hari-hari terus berlalu, dua minggu setelah kelulusan dari tiga tahun mengeyam pendidikan SMP, para pendaftar peserta PPDB berbondong-bondong silih berganti mendaftar ke sekolah yang mereka inginkan. Ada yang melalui jalur berprestasi, bakat, hingga reguler. Sebagian mendaftar menggunakan nilai akhir dari Ijazah, khusus Penerimaan Peserta Didik Baru melalui situs Online. Juga sebagian lagi mengikuti tes tertulis.

Beberapa diantaranya ada yang bersorak gembira, karena diterima di sekolah yang diinginkan. Ada juga yang menangis tidak terima, silih berkeluh kesah karena tidak dapat masuk ke sekolah yang mereka tuju. Salah satunya dengan cara menerima yang sudah terjadi. Walau bagaimana pun, sekolah dimana pun, pasti mempunyai prinsip sama, mencerdaskan juga mendidik semua siswa agar menjadi insan bangsa penerus generasi di masa mendatang.

"Mulai besok, kalian harus menggunakan atribut yang sudah tertulis pada setiap lembaran yang kami simpan di kertas kelulusan kalian. Diusahakan jangan sampai terlambat datang ke sekolah, utamakan kedisiplinan. Mengerti anak-anak," dimulailah percakapan antara guru kesiswaan dengan semua siswa PPDB yang sudah resmi diterima di SMA Dharma Bangsa.

"MENGERTI PAK...!!!"

Semua siswa PPDB mulai berhamburan keluar dari lapangan, ada yang langsung pulang ke rumah, nongkrong di depan halte untuk menggoda anak-anak perempuan yang lewat, juga main ke rumah teman-temannya untuk sekedar merayakan mereka sudah diterima di sekolah yang mereka inginkan.

"Fi, besok kita berangkat bareng! Kita kan segugus." ajak salah seorang gadis berambut cokelat menepuk pundak sahabatnya. "Wey! Lo kalau lihat yang bening-bening aja... lupa sama gue," kesalnya saat sahabatnya tak kunjung merespons ajakannya.

"Lo mah ganggu suasana aja, Jane!" jawab sahabatnya kesal, merasa aktifitasanya terganggu saat dilihatnya segerombolan anak laki-laki yang baru saja keluar dari ruang Osis.

"Udah ah! Kita pulang! Siap-siap buat keperluan besok. Emang lo bisa gitu siapin perlengkapan buat besok jadi orgil dadakan?" tanya gadis itu kembali menarik lengan sahabatnya menuju gerbang sekolah hendak mengajaknya pulang.

"Ya udah.. yuk!"

Mereka berdua berjalan menyusuri jalanan mengikuti gerombolan siswa lain yang lebih memilih untuk membeli perlengkapan MOPD besok di sela-sela toko atau warung yang mereka lewati. Tali rapia, kardus, kelereng, juga perlengkapan lain sudah mereka beli. Tinggal mereka buat dengan sedemikian rupa menjadi tas, papan nama, gelang, sabuk, juga persyaratan kelengkapan MOPD dari bahan-bahan yang mereka beli tadi.

Cukup lucu ternyata, masih banyak saja metode yang dilakukan dalam kegiatan Orientasi Siswa dengan menggunakan beberapa barang tak lazim, entah apa maksudnya di setiap sekolah selalu mengadakan MOPD dengan berpenampilan aneh-aneh juga tidak ada sangkut pautnya dengan sekolah. Ditambah dengan persyaratan membawa beberapa makanan yang diberi nama aneh-aneh. Seperti cokelat Marshanda, maksudnya apa? Makanan hasil pabrik Marshanda-salah seorang artis-atau yang iklan-nya dibintangi Marshanda? Sungguh membingungkan.

"Ini apaan sih! Cokelat Marshanda, maksudnya apa? Ini lagi, minuman Dharma Bangsa? Permen panas? Ratu Perak? Snack pendusta? Gue kagak ngerti sumpah!" gadis itu mengacak rambutnya frustrasi saat dilihatnya daftar makanan yang harus mereka bawa besok.

Jane Alexa Demetria. Nama yang tertulis di papan nama yang tergeletak dengan potongan kardus yang berserakan di sampingnya. Semua perlengkapan sudah siap, tinggal makanan-yang bernama aneh-aneh itu-belum ia siapkan.

"Bang! Bantuin gue kali, lo jangan asik main pees mulu!" Jane menghampiri kakaknya-Jimi Alexi Demetria-yang masih sibuk bergelut dengan stik playstation di genggamannya. "Bang, bantuin.." rengeknya mengguncang kedua bahu kakaknya.

"Mana sini Abang bantu-sekali lagi lo panggil gue dengan kata "Bang" gue gak akan kasih lo jatah," peringat Jimi dengan mengacungkan telunjuknya pada Jane.

"Iya-iya, Kak Jimi bantuin Jane dong... sumpah aku gak ngerti.."

Jimi mengacak rambut adiknya gemas, diraihnya kertas-daftar makanan aneh-tersebut. Raut wajahnya berubah drastis seiring dibacanya kertas tersebut dengan mengernyit tidak mengerti, "Apaan ya..? Siapa yang kasih tugas beginian?" tanya-nya menatap Jane tajam.

"Aduh.. siapa sih, lupa. Aku gak liat orangnya, kata Fio sih... Gina. Kak Gina yang ngasih selembaran ini.." Jane menjawab mantap, perubahan raut wajah drastis dari Jimi, ia menyunggingkan senyuman entah apa maksudnya. "Gimana Kak? Tahu orangnya yang mana?" tanya Jane penasaran.

"Tenang aja. Gue bakal bantu lo sampai semua makanan yang ada di kertas ini ada buat lo, gue keluar dulu." Jimi melenggang pergi dengan senyuman yang masih mengembang di bibirnya. Mendengar itu, Jane bersorak ria memeluk Jimi dari belakang, "Makasih Kak! Gue sayang sama lo!"


MEDIA: REYNAND BIMA FEBRIAND

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top