Bagian 6

Tidak seperti beberapa hari kebelakang, langit sedang cerah hari itu, aku bahkan bisa melihat beberapa bintang yang berpendar ketika malam datang. Kita berdua menghabiskan waktu di atas atap, meskipun angin yang berhembus dengan dinginnya. Di antara semua, Edmund masih menyukai langit sore yang memiliki semburat warna yang indah.

Rasanya pertemuanku dengannya selalu menjadi satu momen dimana aku melepaskan diri sejenak dari dunia yang memusingkan.

Aku sedikit bingung harus mengikis ingatanku mengenai atap yang semula berkaitan dengan kematian atau membiarkannya karena Edmund berada di dalamnya.

Namu, aku bersyukur karena masih diberikan kesempatan kedua, juga dirinya.

"Dingin?" tanya Edmund yang sedang bersandar di sebelahku, pada tembok pembatas.

Aku mengangguk, tapi rasanya pertanyaan itu lebih pantas ditanyakan untuk dirinya sendiri, sama seperti pertemuan kita di hari lainnya dia hanya mengenakan sebuah kemeja putih tulang, celana coklat berbahan kain, dan dalaman jas berwarna serupa. Satu-satunya benda hangat yang melekat adalah syal pastel yang tempo lalu pernah kuberikan. "Aku tidak pernah menyukai cuaca dingin."

"Sepertinya banyak yang kamu tidak sukai." simpulnya dengan halus.

"Benar juga," kataku sembari menarik kedua lututku agar kepalaku bisa menopang diatasnya, "Mungkin aku memang hanya pandai menangkap hal-hal yang kubenci, berkebalikan denganmu."

"Kita hanya melihat dunia dari sudut yang berbeda."

Aku menyetujui perkataannya, "Setidaknya musim gugur kali ini terasa lebih hangat."

"Begitu pula denganku."

Angin kembali berhembus dan membuat hidungku yang tidak terlindungi apapun terasa gatal, "Tapi kamu seharusnya masih merasa kedinginan, dengan pakaian itu."

"Tidak juga," imbuhnya sembari menatap ke langit yang nampak hitam legam, "Kamu tahu, ada dua hal yang akan kamu temukan lebih banyak di tempatku. Pertama, rasa dingin yang lebih menusuk, kedua, hamparan bintang yang lebih banyak dibandingkan langit di atas ini."

"Benarkah?"

Dia mengangguk kala menatapku dengan kedua pasang maniknya yang segelap dan sedalam hutan. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum dengan halus ketika dia menambahkan guratan itu pada wajahnya yang selalu terlihat menenangkan.

Aku mencoba memperhatikan pendaran bintang di atas sana, rasanya tidak pernah aku melihat kerlipan yang lebih banyak dibandingkan yang hari ini kulihat. Semua cahaya di kota ini menghilangkan sebagian besar keindahan langit yang seharusnya bisa kulihat di atas sana. Aku penasaran seindah apa tempatnya.

"Meskipun banyak hal yang membuatku tidak bisa menyaksikannya dengan santai seperti ini, kadang aku terlalu takut untuk melihat ke atas," tambahnya sembari kembali menikmati malam yang ada di atas sana, "Di bawah langit yang tenang ini, aku berharap kamu bisa selalu tersenyum dan melangkah dengan bahagia."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top