LI.F.E (5)
Sebelum aku next biar dapat bayangan ruang istirahat awak pesawat, lihat dulu foto di atas. Kiri atas itu foto ruang istirahat pilot, yang kanan atas ruang istirahat pramugari. Foto kiri bawah itu kabin kelas ekonomi, biasanya pramugari dapat memantau penumpang dari ruang istirahatnya. Foto kanan bawah kabin pramugari, jadi kamar pramugari dan pilot itu satu kabin dan sangat sempit. Bisa membayangkan bagaimana kehidupan mereka yang sesungguhnya, kan? Jadi, jangan heran jika pramugari dan pilot "sangat dekat". Hihihihih
Biasanya ruang itu digunakan saat flight jauh saja.
###########
Kali ini flight menggunakan pesawat jenis Airbus A330-300 yang dibagi dalam dua kelas layanan, yaitu kelas bisnis berkapasitas 36 penumpang dan kelas ekonomi berkapasitas 215 penumpang. Melalui rute ini, para penumpang akan dapat melanjutkan penerbangan ke kot-kota di domestik Jepang maupun ke wilayah Amerika Serikat. Ali akan membawa burung besi itu dengan nomer penerbangan GA 9353. Waktu penerbangan kira-kira 7 jam 40 menit karena mengingat perbedaan dua jam antara negara tersebut dan jarak perjalanan burung besi yang terbang 4356 km, sehingga kecepatan rata-rata 568 Km.
Seperti hari-hari biasa sebelum penerbangan dimulai awak pesawat sangat sibuk dengan tugas masing-masing. Prilly merapikan tempat duduk yang akan digunakan para penumpang. Di gang yang sama dengannya Ali berjalan dari arah berlawanan, Ali tersenyum sangat manis. Prilly menghentikan pekerjaannya lalu mengangguk menyapa penguasa pesawat itu.
"Selamat pagi, Kap?" sapa Prilly bersikap profesional biarpun mereka di luar dekat.
Ali tak memudarkan senyumnya sedikit pun saat berpapasan dengan Prilly, dia berbisik pelan tepat di telinga Prilly, "Selamat pagi juga bidadari burung besinya Kapten Ali. Kamu cantik hari ini dan aku menyukainya."
Mata Prilly terbelalak tak percaya, pilot yang dia anggap don juan itu membalas sapaannya lirih tepat di telinga. Jantungnya berjingkrak ria. Pipinya merona, bibirnya menahan senyum, kepalanya menunduk malu menyembunyikan wajahnya yang sudah merah karena godaan Ali. Prilly masih sibuk dengan pikirannya hingga tidak menyadari Ali sudah meneruskan langkahnya. Saat Prilly sudah sadar lalu dia menoleh melihat Ali yang juga menoleh kepadanya sambil terus berjalan. Ali mengedipkan sebelah matanya membuat Prilly merasa terbang ke awan. Prilly melupakan seseorang yang dulu pernah memenuhi hatinya.
Oh, my God, Kaptain Ali, kamu benar-benar sudah menggodaku. Kamu sangat ahli menerbangkan pesawat juga hatiku, teriak girang Prilly di dalam hati.
Dengan semangat 45 Prilly melanjutkan pekerjaannya. Setelah semua persiapan sudah selesai, Prilly dan awak pesawat yang lainnya siap berdiri di depan pintu bording untuk menyapa penumpang. Satu per satu para penumpang masuk, senyum simetris tak lepas dari crew cabin. Biasanya setelah semua penumpang sudah masuk ke pesawat, pintu tidak langsung di tutup. Awak pesawat menunggu para crew cabin mengecek penumpang, jika sudah siap dan aman baru pintu pesawat ditutup. Bila ada penumpang yang bandel dan tidak mau mengikuti peraturan, terpaksa pintu tidak ditutup, apabila masih tidak bisa ditegur, awak pesawat berhak menurunkan penumpang tersebut.
Saat para penumpang sudah duduk dan pesawat sudah siap untuk take off , Ali memberi kode kepada flight attendant atau awak pesawat yang bertugas saat itu melalui speaker pesawat.
"Flight attendant, door closed, arm slide and report." Suara itu menggema melalui speaker pesawat yang dapat didengar oleh para penumpang juga. (Pramugari, pintu tertutup, lengan geser dan laporan.)
Setelah semua pengecekan dilaksanakan Prilly melaporkan kepada pilot yang berada di dalam kokpit melalui speaker.
"Door closed, slide armed and crosscheck," seru Prilly setelah semua sudah siap dan aman, pintu pesawat dapat ditutup. (Pintu ditutup, geser bersenjata dan pemeriksaan silang.)
"Cabin ready for take off," ujar Prilly melaporkan saat pesawat siap untuk take off kepada Ali yang berada di kokpit. (Kabin siap lepas landas.)
Kini burung besi itu siap untuk take off. Dalam kondisi ini tak ada satu pun yang boleh berdiri, semua duduk di tempatnya masing-masing mengenakan sabuk pengaman. Ali dan Dahegar tampak serius mengendalikan pesawat di dalam kokpit. Biasanya di dalam pesawat memiliki dua alat pengendali, tapi hanya satu yang digunakan pada waktu yang sama, artinya hanya boleh ada satu orang yang menerbangkan pesawat. Penerbang yang menerbangkan pesawat disebut pilot flying (PF) .
Baik kapten penerbangan tersebut atau first officer (FO), jika dia yang menerbangkan pesawat maka dia disebut PF. Seorang first officer sudah terlatih untuk mengerjakan pekerjaan yang juga dilakukan oleh kapten, sehingga tidak ada lagi istilah copilot saat bertugas. Yang membedakan adalah jenjang jabatan di mana seorang kapten memimpin FO yang mendampinginya. Pada waktu terbang ada pembagian tugas yang lebih kepada siapa yang menerbangkan pesawat dan siapa yang membantunya. Kali ini Ali yang menerbangkan sedangkan Dahegar yang membantunya untuk berbicara di radio komunikasi, membaca checklist, membantu navigasi, dan perhitungan lainnya, memantau pesawat yang diterbangkan oleh Ali.
Setelah menempuh waktu perjalanan 7 jam 40 menit, kini saatnya persiapan landing. Dengan passing 10.000ft lagi-lagi Ali memberi kode kepada awak kabin.
"Flight attendant, prepare for arrival." (Pramugari, bersiap untuk kedatangan.)
"Cabin ready for landing," respons awak kabin saat sudah siap untuk landing. (Kabin siap mendarat)
Ada rasa yang mengganjal di hati Ali saat suara jawaban bukan dari bidadari burung besinya. Namun, dengan cepat Ali menepis pikiran itu dulu. Dia kembali profesional dan melanjutkan tugasnya.
"Flight attendant, on station secured for landing," seru Ali terdengar di seluruh penjuru kabin. (Pramugari, di stasiun diamankan untuk mendarat.)
Saat mesin sudah mati total di parking gate, Ali kembali mengumumkan lagi kepada crew cabin dan para penumpang.
"Flight attendant, disarm slide and crosscheck." (Pramugari, lucuti slide dan crosscheck.)
Akhirnya perjalanan panjang sudah usai, kini pesawat sudah di on block dengan aman dan tepat oleh kapten muda berbakat, siapa lagi kalau bukan Ali. Selesai tugas Ali keluar dari kokpit berniat untuk mencari bidadari burung besinya. Namun, saat Ali menyusuri kabin, dia tidak menemukan Prilly.
"Icha, di mana Purser Prilly?" tanya Ali kepada salah satu pramugari junior saat dia mengecek kabin yang sudah kosong dari para penumpang.
"Kak Prilly sedang istirahat, Kap, sepertinya dia kurang sehat," jawab Icha sopan.
"Sekarang di mana dia?"
"Istirahat di crew bunk."
Dengan segera Ali menaiki tangga rahasia untuk menuju tempat sempit tersebut. Tempat itu mirip terowongan dan Ali harus menunduk untuk memasukinya. Setelah Ali sampai di ruang yang cukup untuk delapan orang itu, dia melihat salah satu tirai tertutup. Ali mendekati dan membuka tirainya. Melihat Prilly yang lemas membuat Ali tidak tega melihatnya.
"Pril, hey! Bangun, yuk, udah landing," seru Ali lirih dan lembut membangunkan Prilly.
Mata Prilly mengejap, kepalanya terasa berat, dan perutnya mual. Dia perlahan membuka mata melihat Ali yang sudah berada di sampingnya.
"Kapten ngapain di sini? Maaf, Kap, aku kurang sehat dan baru saja tadi istirahat sebentar," jelas Prilly susah payah menahan kepalanya yang berat.
"Iya, tidak apa-apa. Anak buah kamu juga sudah mengambil alih pekerjaanmu. Sekarang kamu masih kuat untuk jalan, kan? Aku bantu kamu," jawab Ali penuh pengertian.
"Iya, Kap, terima kasih," jawab Prilly merasa tidak enak hati karena sudah meninggalkan pekerjaan sebelum waktunya.
Prilly merapikan bawaannya lalu Ali terlebih dulu turun dari tempat itu. Dengan sangat hati-hati Prilly menuruni tangga dibantu Ali.
"Kak Prilly langsung ke hotel saja, ya? Nanti kami izinkan pada petugas di bandara," kata Dinda yang kebetulan melihat Prilly baru saja dibantu Ali turun dari cabin crew.
"Iya, Din, maaf, ya, aku duluan dan terima kasih sebelumnya," ucap Prilly lemah.
Tanpa seizin Prilly, Ali merengkuh pinggangnya untuk dipapah. Prilly sempat terkejut menerima perlakuan itu. Namun, dia pikir Ali hanya membantunya untuk berjalan.
"Kami duluan, ya?" pamit Ali pada crew cabin.
"Iya, Kap, terima kasih sudah mau membantu Purser," ucap Icha dijawab senyum manis oleh Ali. Ali segera membantu Prilly keluar dari pesawat.
Sesampainya di hotel yang sudah di-booking oleh perusahaan, Ali memapah Prilly masuk ke kamar yang sudah disiapkan khusus untuknya.
"Li, apa tidak sebaiknya aku beristirahat di kamar yang disediakan untukku saja?" tanya Prilly saat Ali membantunya tidur di king size.
"Sudahlah, kamu istirahat saja di sini. Aku tidak akan macam-macam denganmu. Kalau kamu di kamar sendiri, itu membuatku kepikiran. Kamu tanggung jawabku, jika terjadi sesuatu denganmu, aku yang akan dituntut," jelas Ali saat membantu Prilly melepas hells.
Prilly hanya bisa pasrah karena dia benar-benar merasa pusing dan tubuhnya terasa berat. Dengan perasaan yang ragu Prilly berusaha tenang dan relaks. Prilly berpikir positif, mungkin Ali hanya berniat untuk membantunya dan merawatnya saja. Prilly memejamkan mata karena merasakan kepalanya yang semakin berat, akhirnya Prilly tertidur. Ali yang melihat Prilly sudah lelap tertidur tersenyum sangat manis.
"Kamu terlalu lelah bekerja, bidadari burung besiku," ucap lirih Ali pelan mengelus pipi Prilly.
Ali segera mencari baju santainya di koper, setelah mendapatkannya, Ali masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Selesai itu Ali keluar dengan wajah yang fresh dan rambut setengah basah. Ali mengecek suhu tubuh Prilly, dia merasakan panas di bagian kening Prilly. Saat dia menyadari bahwa Prilly belum mengganti bajunya, Ali tampak berpikir.
"Masa aku sih yang gantiin bajunya?" gerutu Ali dengan dirinya sendiri.
Ali menghela napas dalam lalu mencari piyama di koper Prilly. Ali keluar dari kamar mencari petugas hotel wanita untuk meminta bantuannya menggantikan pakaian Prilly. Selesai digantikan, Ali merawat Prilly dengan sabar dan telaten. Ali mengompres kening Prilly menggunakan handuk kecil. Dia juga menghapus make up Prilly dengan cara mengelap wajah Prilly menggunakan kain kecil yang sudah dia basahi terlebih dulu hingga wajah Prilly terlihat bersih tanpa make up. Ali tersenyum kala melihat kepolosan wajah Prilly saat tertidur dan kecantikan Prilly yang natural tanpa polesan make up.
"Kamu memang bidadari, tanpa make up pun kamu tetap cantik dan aku lebih menyukaimu saat seperti ini. Ini kecantikan yang natural," puji Ali mengelus pipi Prilly lembut sambil memerhatikan setiap lekuk wajah cantik itu.
Ali melihat jam tangannya lalu menghela napas lelah. Dia merasa tubuhnya sangat pegal dan menuntut ingin segera diistirahatkan. Ali tak acuh tidur di sebelah Prilly dengan pembatas dua guling berada di sampingnya.
Perasaan suka, kagum, simpati itu sangat tipis dengan rasa cinta. Sama rasa beda arti. Banyak arti tentang cinta hingga kita tak mampu mendeskripsikan bagaimana rasa itu. Semua orang memiliki sudut pandang berbeda-beda tentang satu kata yaitu ... cinta.
###########
Apa ada yang menunggu cerita ini?
Hihihihihi.
Makasih vote dan komennya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top