L.I.F.E (24)
Dalam kehidupan ini setiap manusia memiliki kenangan dan sesuatu yang sangat berkesan, tidak akan pernah mudah untuk dihapus dari ingatan sepanjang hayat.
Salah satunya adalah ijab kabul, memang mengucap ijab kabul sangat ringan di lidah, pada hakikatnya sangat berat. Ucapan ijab kabul adalah ikrar, janji setia antara suami dan istri untuk membangun rumah tangga dengan perjanjian yang kuat, kukuh, dan teguh kepada Tuhan. Setelah janji sakral telah terlontar dari bibir, suami dan istri memiliki hak dan kewajiban masing-masing.
Dengan sekali tarikan napas Ali lancar mengucap janji sakral itu di depan saksi dan penghulu. Kini resmilah Prilly menjadi istrinya. Lega dan bahagia dirasakan semua orang yang menyaksikan ijab kabul itu.
Malam pesta megah mengusung konsep bertema penerbangan dengan ruang yang disulap sedemikian sehingga memperlihatkan pesta itu seakan berada di atas awan. Berbagai kapas dibentuk awan tersebar tidak beraturan di lantai gedung itu. Ruang dengan dekorasi perpaduan warna putih dan biru mendukung suasana. Berbagai miniatur pesawat di gantung di langit gedung, seakan pesawat itu terbang. MC dan pengisi acara semua berbau penerbangan, pelayan juga memakai seragam pramugari dan pramugara.
Ali yang gagah mengenakan seragam pilot sebagai busana resepsinya, menyambut Prilly yang mengenakan gaun sifon manik bergaya modern dengan warna biru cerah yang terkesan mewah. Gaun itu sangat cantik dengan hiasan payet dan manik-manik dibagian dada. Gaun mewah model kemban dengan disain rok panjang sebatas mata kaki bertingkat memiliki belahan samping yang tingginya hingga di atas lutut lima sentimeter, memperlihatkan kaki jenjang dan kulit putih mulusnya.
Tubuh Prilly ditopang dengan high heels bertabur mutiara dan berlian yang mengkilap dengan tumit tipis gading renda memiliki ujung bulat dan tinggi tujuh sentimeter. Wow, mereka sangat cantik dan gagah.
Ali menjulurkan tangan agar Prilly ikut bersamanya. Di tengah ribuan orang yang menyaksikan kebahagiaan itu, tak sedetik pun senyum pudar dari bibir mereka. Ali mengambil mikrofon.
"Selamat malam. Terima kasih untuk semuanya yang sudah bersedia hadir di pesta sederhana kami. Kehadiran kalian adalah suatu kehormatan bagi kami. Selamat menikmati sajian dan hiburan yang sudah kami sediakan." Ali menaruh mikrofon di tempat semula.
Orang tua Prilly terlihat sangat sibuk menyambut dan menemui para undangan. Tamu yang hadir melebihi undangan yang disebar. Ini karena Prilly dan Ali terkenal ramah, sehingga memiliki banyak kenalan dan teman.
Ali mengajak Prilly menghampiri tamu-tamu. Walau mereka tak mampu menyapa mereka satu per satu, dengan pesta cocktail dapat berbaur bersama para tamu.
"Wah, selamat, Cakapar. Akhirnya nikah juga. Cepet kasih gue ponakan, ya?" sapa Dahegar saat menghampiri Ali dan Prilly.
"Thank you, Dahegar," balas Ali menerima pelukan Dahegar, ala lelaki dewasa.
"Selamat, ya, Pril? Kamu sekarang resmi jadi kakak iparku. Jadi, aku enggak was-was lagi kalau Prince nyeruduk kamu tiba-tiba." Selvi sengaja menggoda Prilly, mencium pipi kanan dan kirinya. Godaan Selvi itu membuat wajah Prilly memerah, menahan malu.
"Cieeee, akhirnya entar malam kawin halal toyiban," ujar Ira baru saja datang menghampiri mereka bersama Dimas.
"Gempur, Li, cus dah, ah, bikinin gue keponakan," timpal Dimas menepuk bahu Ali.
"Makasih, kalian sudah banyak membantu. Sepertinya ada yang kurang nih." Ali celingak-celinguk mencari sesuatu.
"Emang apa, Prince, yang kurang?" tanya Selvi ikut menoleh ke kanan dan kiri.
"Di mana nih, Nona Melon? Kok enggak kelihatan?" tanya Ali sambil pandangan masih mencari-cari Ebie.
"Oh, Mbak Bie. Tadi gue lihat sama cowok di sana," jawab Dahegar menunjuk tempat penyajian makanan.
"Sama siapa dia?" tanya Prilly penasaran.
Belum juga ada yang menjawab pertanyaan Prilly, suara cempreng dan heboh mengusik telinga mereka.
"Hai, hai, hai, Nyonya dan Tuan sekalian. Mohon perhatiannya sebentar. Lihat di sini ada Ebie yang seksi dan bahenol akan menyumbang suara emas yang selama ini terpendam dan baru saja tadi saya gali pakai cangkul," suara Ebie menggelegar di ballroom.
Semua mata tertuju pada mini panggung yang tersedia di tempat itu. Tak terkecuali Ali dan Prilly. Mereka yang tadinya sedang mencari Ebie kini di mkejutkan dengan tingkah konyolnya. Prilly menggandeng lengan Ali mesra, sedangkan Ali masih memperhatikan Ebie yang sedang duduk di sebelah lelaki tampan sambil memangku gitar.
"Dim, itu bukannya pramugara perusahaan kita, ya?" tanya Ira menunjuk pria yang sedang di panggung bersama Ebie.
Ali, Prilly, Selvi, dan Dahegar langsung menoleh menatap Ira dan Dimas penuh tanya. Ira dan Dahegar mengangkat tangan, tanda mereka tidak mengetahui apa-apa.
"Kita butuh penjelasan Mbak Bie setelah ini," ucap Selvi disetujui dengan anggukan mereka.
Mata mereka kembali tertuju dengan apa yang akan dilakukan Ebie.
"Malam ini seperti janji saya kepada kedua mempelai, saya akan menyanyikan lagu romantis yang akan diiringi ...," Ebie melirik ke sebelahnya. Dia tersenyum malu melihat pria itu, "pacar saya," lanjut Ebie merona.
Sorakan riuh ramai dari para undangan. Sedangkan Ali, Prilly, dan Selvi membuka mata lebar, tak percaya jika seorang Ebie yang memiliki tingkah konyol punya pacar. Lain halnya Dimas dan Dahegar, mereka sibuk terkekeh geli melihat tingkah Ebie yang sok jaim dan malu-malu kucing. Berbeda sekali dengan Ebie yang biasanya.
Lampu ruangan tersebut menjadi redup, hanya lampu mini panggung yang menyala terang. Kesan romantis terasa di ruangan itu.
"Silakan mengajak dansa dengan pasangan masing-masing. Spesial lagu ini untuk Mas Prince dan Nona Pepaya," ucapan Ebie menunjuk mempelai di pelaminan, semua menahan tawa. Begitupun Ali dan Prilly yang justru tersenyum tulus.
Ali merengkuh pinggang Prilly dan mengarahkan tangan Prilly agar mengalungkan pada lehernya. Mata mereka beradu dan terkunci, menyalurkan rasa cinta. Petikan suara gitar mulai terdengar merdu.
"Di sini ... kau dan aku. Terbiasa bersama, menjalani kasih sayang, bahagia kudenganmu."
Dimulai suara merdu kekasih Ebie, lagu itu melantun apik dan menusuk hingga ke jantung hati.
"Pernahkah kau menguntai hari paling indah, kuukir nama kita berdua, di sini surga kita ...."
Kali ini suara Ebie merdu, tidak seperti biasanya. Ebie sangat serius dan menghayati setiap bait lagu tersebut.
"Bidadari burung besiku, berjanjilah kamu akan selalu ada di sampingku. Menemani hari-hariku menjalani kehidupan ini, membangun rumah tangga yang kuat hingga akhir hayat." Ali mencium lama kening Prilly. Mereka sama-sama memejamkan mata, merasakan besarnya kekuatan cinta.
"Pangeran burung besiku, aku berjanji akan selalu ada di setiap langkahmu, meniti kehidupan ini. Aku akan selalu berdiri di belakangmu, menjagamu dari godaan yang akan menerpa rumah tangga kita. Mari kita bangun rumah tangga sampai kita tua dan mati dalam dekapan Sang Pencipta." Prilly memeluk Ali, merasakan detak jantung seseorang yang sudah diyakini bahwa dialah takdirnya.
If you love somebody
Could we be this strong
I will fight to win
Our love will conquer all
Wouldn't risk my love
Even just one night
Our love will stay in my heart
My heart
Suara musik masih saja terdengar apik dan selaras. Duet Ebie dan kekasihnya sangat kompak dan memukau. Hingga terdengar bait terakhir bertanda alunan musik tersebut telah usai. Lampu ballroom dinyalakan kembali. Namun, Ali dan Prilly masih tetap pada posisi berpelukan sambil memejamkan mata.
Semua kenangan indah mengulang masa lalu terbayang di memori mereka. Hingga mereka tersadar saat tepuk tangan dan sorak gembira dari semua orang untuk hasil kolaborasi Ebie dan kekasihnya.
"Enggak yangka Mbak Bie bisa memukau begitu. Aku pikir Mbak Bie cuma bisa nyanyi sambalado dan belah duren," cerca Selvi mengalungkan tangannya di lengan Dahegar.
"Iya, Sel, gue juga enggak nyangka. Ternyata enggak sia-sia dia mencangkul suara emasnya," kata Ira menyahut Selvi membuat semua terkekeh.
"Hayo, lagi bicarain Ebie, ya, pasti." Suara yang baru dibicarakan datang menghentikan kekehan mereka.
Semua menoleh kepada Ebie yang datang menggandeng seorang pria berparas tampan.
"Selamat malam, Kap," sapa orang tersebut kepada Dimas dan Ira.
"Biasa saja, Bro, sekarang kita sedang pesta, bukan sedang bertugas. Santai saja." Dimas merangkul bahu Angga, kekasih Ebie.
"Cieeee, yang enggak jomlo lagi," ledek Selvi membuat Ebie malu, menyembunyikan wajahnya di balik lengan kekar Angga.
"Halah, gayanya Mbak Bie malu-malu segala. Biasanya juga malu-maluin," cibir Ali menggoda.
"Kali ini beda, Mas Prince. Ebie, kan, udah punya pacar. Jadi, harus jaga image agar pacar Ebie enggak malu. Bukan begitu, Honey?" kata Ebie manja bergelayut di lengan Angga.
"Iya," jawab Angga tersenyum manis dan mengacak rambut Ebie sayang.
"Wah, Li, kayaknya bentar lagi lo bakalan mantu dua orang sekaligus nih," sahut Dimas menaik-turunkan alisnya ke arah Ali.
"Sepertinya begitu, Dim, entar lo bantu gue, ya?" ujar Ali menyetujui ucapan Dimas.
"Ih, apaan sih, Prince. Tunggu dulu sampai anak aku lahiran," sela Selvi malu-malu membuat Dahegar gemas mencubit ujung hidungnya mesra.
"Cieee, Non Selvi, berarti udah lampu hijau nih buat Mas Tampan," goda Ebie mengerling Selvi.
Secara tak langsung Selvi mengiyakan bahwa dia mau menikah dengan Dahegar.
"Ya sudah deh, Sayang. Nanti setelah Selvi lahiran kita mantu mereka barengan. Biar sekalian biaya pernikahannya," ujar Prilly disetujui Ali dengan anggukan.
Sesungguhnya pernikahan bukanlah akhir dari perjuangan cinta. Justru pernikahan adalah awal yang sesungguhnya untuk berjuang bersama membuktikan kekuatan cinta. Kekuatan untuk mencintai adalah anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada manusia, sebab kekuatan itu tidak akan pernah mampu direnggut dari manusia yang mencinta.
***
Pesta telah usai, sepasang pengantin baru itu berada di kamar hotel, tempat mereka menyelenggarakan pesta pernikahan. Prilly terlihat sudah lebih fresh, rambutnya yang setengah basah dibiarkan tergerai. Dia membaringkan tubuhnya di ranjang yang cukup luas. Dia menarik selimut tebal sebatas leher untuk menutupi tubuhnya yang hanya memakai baju tidur mini, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang ramping dan putih.
Ali keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk yang dililitkan pada pinggang. Melihat istrinya sudah memejamkan mata, Ali menghela napas dalam. Mungkin malam ini dia harus menahan lagi hasratnya karena pasti Prilly sudah kelelahan. Ali berjalan ke lemari dan mencari boxer-nya. Tanpa memakai baju, segera dia menyusul istrinya tidur.
"Sayang, kamu sudah bobo, ya?" tanya Ali ragu.
Tak ada jawaban dari Prilly. Ali mencoba melihat wajah Prilly yang menutup matanya, tertidur damai. Ada rasa kecewa dalam hati Ali, selama seminggu lebih dia tak menemui Prilly, giliran sekarang sudah bertemu dan Prilly sudah resmi menjadi istrinya, lagi-lagi dia harus menahannya.
"Yang, serius nih, kita cuma bobo begini? Enggak asyik dong. Pengantin baru masa iya enggak main. Kurang lengkap, Prilly sayangku, cintaku," bujuk Ali manja sambil menggoyangkan bahu Prilly pelan.
Bukannya menanggapi Ali, Prilly justru membalikan badan, memunggungi Ali.
"Ya sudah. Terserah!" Dengan perasaan kecewa Ali membalikan tubuhnya memunggungi Prilly.
Sebenarnya Prilly belum benar-benar tidur. Dia hanya ingin mengetahui bagaimana sikap lelaki yang kini sudah menjadi suaminya, jika dia tak melayaninya di ranjang. Prilly mengulum senyum dan menahan tawa mendengar gerutuan Ali yang samar-samar terdengar.
Karena Prilly merasa tidak tega, perlahan dia membalikan badannya lalu memeluk Ali dari belakang. Prilly sengaja menempelkan dadanya di punggung Ali. Karena dia tak memakai bra, jadi punggung Ali merasakan jelas kekenyalan itu.
Sekuat tenaga Ali menahan hasratnya agar tak tergoda. Namun, tetap saja bagian bawahnya perlahan mengeras. Hingga Ali tak mampu lagi menahannya, dengan gerakan cepat dia membalikan tubuhnya dan menindih Prilly.
"Kamu jangan menggodaku, Sayang," ucap Ali menyeringai sambil tersenyum miring.
"Tunggu apa lagi? Ayo!" ujar Prilly dengan senyum manis.
Tanpa pikir dua kali Ali pun melakukan tugasnya sebagai suami. Memberikan nafkah batin kepada Prilly. Malam ini mereka memadu kasih, menyatukan cinta dan saling memuaskan.
Peluh membanjiri tubuh Ali. Masih dalam penyatuan, dia menumbangkan tubuhnya di atas tubuh Prilly yang sama basah karena peluh. Ali memeluk erat istrinya, napasnya memburu. Ali mencium kening Prilly lama, menyalurkan kasih dan cintanya kepada wanita yang kini berkuasa di hidup dan hatinya.
"Terima kasih, istriku. Malam ini enggak akan terlupakan. Ini sungguh malam yang istimewa. Kamu adalah takdir Tuhan yang sangat indah untuku, Prilly." Ali mencium singkat bibir Prilly.
"Sama-sama, suamiku. Kamu adalah kado terindah dalam hidupku yang Tuhan berikan untuk melengkapiku yang masih penuh kekurangan ini." Prilly memeluk Ali, hingga dia dapat merasakan detak jantung Ali yang berjalan abnormal.
Pergumulan malam itu tak berhenti sampai di situ. Mereka melakukannya semalaman penuh. Sungguh malam yang indah walau bukan malam pertama bagi mereka.
Kekuatan untuk mencintai adalah anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada manusia, sebab kekuatan itu tidak akan pernah mampu direnggut dari manusia yang mencinta.
#####
Semoga feel-nya dapat, ya?
Aku enggak tahu deh part ini.
Maaf sudah menunggu lama.
Kurang 1 part lagi ENDING, ya?
Sabar menunggu, kan?
Hihihihihi.
Terima kasih vote dan komennya. Jangan lupa baca TAKDIR, mungkin di awal part banyak yang baper. Tapi ikuti saja terus, banyak kejutan di cerita kolaborasiku dan anak somplak kesayanganku @biiestory
Miss you and Love you all
Cipok basah biar seperti Prilly dan Ali, ya? Hahahahaha
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top