L.I.F.E (15)

Pulang dari flight, Ali mengajak Ira ke rumahnya. Walau mereka bekerja berbeda maskapai, terkadang jadwal mereka bisa kebetulan sama. Ali menyuruh Ira menginap di rumah, walau hubungan Selvi dan Ira tidak baik, Ali berusaha tetap mendekatkan mereka. Ali berharap Selvi bisa mengerti dan memahami masa lalu mereka dan memaafkan Ira.

Habis mandi Ali tampak segar. Ebie masuk ke kamar, melihat wajah Ali datar tanpa ekspresi, Ebie memilih diam. Ebie tidak berani bercanda jika Ali sudah terlihat kecapean begitu. Setelah menaruh susu di nakas Ebie langsung keluar dari kamar. Ali merebahkan tubuhnya di ranjang, lalu menggapai ponselnya yang dicas. Ali mengirim BBM kepada Prilly.

Bidadari burung besi Kapten Ali, kalau udah sampai di bandara balas BBM-ku, ya, Sayang? Love you and miss you so much.

Isi BBM Ali hanya 'D'. Ali sudah memahami hal itu, tidak mungkin jika Prilly langsung menjawabnya. Setidaknya setelah nanti Prilly mendarat dan lepas tugas, dia langsung bisa membacanya. Ali memejamkan mata sejenak untuk melepas lelah dan letihnya.

Ebie yang sedang sibuk di dapur, merasa risih melihat Ira hanya memakai tanktop, melihatkan buah dadanya yang cukup besar hingga menyembul ke atas dan hotpants yang sangat pendek, rambut panjang dibiarkan tergerai. Ira tak mengacuhkan Ebie dan seperti tidak menganggapnya ada. Dia mengambil air mineral di kulkas berlalu pergi begitu saja.

"Issh, dasar Nona Semangka. Apa enggak lihat pelayan seksi dan bohay berdiri di sini?" gerutu Ebie sebal melihat Ira keluar dari dapur.

"Mbak Bie!"

Teriakan dari ruang tengah mengagetkan Ebie yang sedang mencuci ikan untuk makan siang. Ebie yang sangat mengenal suara itu langsung menghampiri, berlari kecil.

"Iya, Non Selvi?" sahut Ebie setelah berdiri di depan Selvi.

"Mbak Ebie dari tadi ngapain aja sih? Ini kenapa belum disetrika?" Selvi mengangkat blazer dan rok span putih setelan baju untuk dia pergi ke kantor.

"Maaf, Non, tadi Ebie ...."

Belum Ebie selesai berbicara, Selvi terlihat sangat marah lalu masuk ke kamarnya.

Blammm!

Selvi menutup pintu keras hingga Ebie terkejut dan gemetar. Baru kali ini Ebie melihat Selvi semarah. Memang itu kesalahan Ebie lupa menyetrika baju kantor Selvi yang akan dipakai untuk menemui klien hari ini. Ebie memegangi dadanya, dia menahan air mata agar tidak terjatuh. Ebie menghela napas panjang lalu kembali ke dapur. Baru kali ini Ebie merasa seperti tidak dianggap di rumah itu. Biasanya dia selalu bisa memberi keceriaan di rumah yang cukup luas dan besar itu.

Ali menuruni tangga, dia sudah tampan mengenakan kacamata hitam, kaus lengan panjang hitam, dan cela jeans hitam. Dia yang melihat Ebie di dapur tidak menyapa. Biasanya Ali selalu menggoda Ebie, kali ini Ali sangat berbeda. Ebie berpikir, mungkin Ali kelelahan, karena dalam waktu seminggu ini, dia selalu menerbangkan pesawat ke luar negeri.

***

Ali menunggu Prilly. Dia duduk di depan meja Dio, memainkan bolpen.

"Yo, kamu tolong atur schedule biar Prilly selalu satu penerbangan denganku?"

"Memangnya kenapa, Kap?"

"Kerja dia bagus. Aku suka cara dia yang cekatan dan gesit menangani situasi mendesak. Cara kerjanya melayani penumpang juga aku suka." Ali membayangkan bagaimana saat Prilly sedang bekerja.

"Tapi masih banyak purser yang lebih tinggi jam terbangnya, jika Kapten Ali mau," tawar Dio, belum mengetahui hubungan Ali dan Prilly.

Hubungan terlarang yang Ali dan Prilly jalani backstreet. Hanya beberapa orang yang mengetahui hal itu termasuk Dahegar.

"Tidak! Aku sudah merasa cocok sama Purser Prilly," tolak Ali tegas.

"Baiklah, Kap, aku atur ulang biar Purser Prilly bisa satu penerbangan denganmu."

Ali tersenyum puas. Inilah salah satu kekuasaanya sebagai pilot, dia berhak memilih kru yang akan bertugas dengannya.

Tak berapa lama menunggu, akhirnya Prilly datang juga. Setelah briefing, Ali tidak langsung mengantar Prilly pulang ke apartemennya. Justru Ali mengajak Prilly pulang ke rumahnya tanpa Prilly mengganti baju. Ali dan Prilly masuk ke rumah.

"Mbak Bie!" teriak Ali keras setelah dia sampai di ruang tengah.

Ebie yang sedang di belakang rumah, buru-buru menghampiri Ali.

"Iya, Mas Prince?" jawab Ebie takut karena tidak biasanya Ali seperti itu.

"Tolong cuci pakaian kotor Nona Prilly," perintah Ali datar tanpa ekspresi sambil memberikan koper yang berisi pakaian kotor Prilly.

"Ali, jangan begitu sama Mbak Bie," tegur Prilly membela Ebie.

"Sudahlah! Memang itu tugas dia sebagai pelayan di rumah ini, kan?" jawab Ali tak acuh lalu menarik tangan Prilly untuk naik ke kamarnya.

Ebie yang mendengar perkataan Ali, tidak seperti biasanya itu, sedih. Baru kali ini Ali berbicara hingga menyinggung perasaannya. Saat Ali baru sampai di tangga ketiga, dia berhenti lalu membalikan badan, tangannya masih menggenggam erat Prilly.

"Oh, iya, jangan antar susu ke kamar saya. Kali ini saya sudah punya susu yang lain," kata Ali bermaksud agar Ebie tidak naik ke kamarnya.

Ebie mengangguk patuh. Dia menahan rasa sakit di hatinya. Entah sejak kapan majikannya itu berubah sikap kepadanya. Ebie berpikir dan mengingat-ingat hal apa yang membuat majikannya itu tersinggung. Apa karena mungkin dari tingkahnya, ucapannya, atau sikapnya selama ini sudah kelewatan? Ebie menghela napas dalam lalu melaksanakan tugas yang Ali berikan tadi.

Sampai di kamar Ali menutup pintu rapat. Prilly berjalan masuk mengikuti Ali dari belakang. Karena merasa kakinya sudah sangat pegal, Prilly duduk di tepi ranjang dan melepas heels-nya. Ali mencarikan handuk di lemari untuk Prilly.

"Kamu mandi dulu, ya? Biar lebih fresh dan capenya hilang," perintah Ali lembut sambil mengulurkan handuk kepada Prilly.

"Aku boleh berendam?"

"Apa mau aku temani berendam?" tawar Ali mengerling jahil kepada Prilly.

"Kalau kamu yang nemenin, jadinya bukan berendam, tapi malah berbuat yang nggak-nggak."

Ali tersenyum sangat manis mendengar jawaban Prilly. Dia mendekatkan dirinya untuk berdiri di depan Prilly yang masih duduk di tepi ranjang. Prilly mendongakan kepalanya melihat wajah Ali yang lebih tinggi. Ali membungkukkan tubuh, mendekatkan bibirnya pada bibir Prilly.

Prilly yang tahu modus Ali langsung menutup bibirnya dengan tangan, membuat Ali tersenyum miring. Ali menyingkirkan tangan Prilly perlahan, tatapan mata keduanya beradu, hingga seakan dari tatapan mata Ali, Prilly sudah terhipnotis cintanya. Karena Prilly sudah merasa terhanyut dalam suasana yang diciptakan Ali, dia hanya bisa diam dan pasrah apa yang akan dilakukan Ali.

"I miss you, bidadari burung besiku," ucap Ali lembut di depan wajah Prilly.

"I miss you too, pangeran burung besiku," jawab Prilly dengan pandangan mata tidak lepas dari kedua iris mata Ali.

Ali mendaratkan bibirnya pada bibir tipis Prilly bersamaan dengan menidurkan dan menindihnya. Mata Prilly terpejam saat Ali mulai melumatnya. Pergerakan kepala Ali selalu berpindah ke kanan dan ke kiri. Tangan kiri Ali menekan kepala Prilly agar ciumannya dapat diperdalam. Lumatan dan hisapan dari bibir keduanya menghasilkan decapan mesra yang membuat suasana di kamar itu semakin panas.

Tangan kanan Ali tidak hanya berdiam diri, selama bibirnya beraksi dan lidah mereka bersilat di dalam rongga mulut Prilly, satu per satu Ali berhasil membuka kancing baju Prilly.

"A-li," gumam Prilly tertahan saat Ali melepas bibirnya.

"Ada apa, Sayang?" sahut Ali sangat lembut, memandang wajah Prilly dengan tatapan sayu.

"Aku mau mandi dulu, Ali. Aku sudah gerah dan sangat lelah," jawab Prilly yang di bawah Ali. Semua kancing baju sudah terbuka, memperlihatkan bagian tubuh depannya.

Ali menghela napas dalam lalu turun dari ranjang, melepas celana jeans, meninggalkan boxer saja.

"Kamu enggak lihat ini udah tegang banget, Sayang? Sakit tahu," rajuk Ali dengan wajah sedikit kesal.

Prilly yang melihat hal itu membulatkan matanya sempurna. Pipinya memerah, malu. Ali meraih tangan Prilly agar dia menyentuh bagian yang sudah menantang itu.

"Keras, kan?" tanya Ali polos membuat jantung Prilly seketika berdetak lebih kencang dan dia merasa oksigen di sekelilingnya semakin menipis.

Prilly menarik tangannya cepat dari milik Ali. Menahan malu sekaligus nafsunya, agar tidak lagi tergoda. Prilly berusaha bersikap biasa saja.

"Itu urusan kamu, ya! Aku enggak mau tahu, pokoknya aku mau mandi dulu!" ujar Prilly dibuat sok tak acuh. Dengan cepat Ali menggendong Prilly masuk ke kamar mandi.

"Ali ... ummmpppp."

Saat Ali mengangkat tubuh ramping itu, Prilly memekik keras sehingga Ali segera membekap dengan bibirnya dan menendang pintu kamar mandi hingga tertutup sangat keras.

Ali menanggalkan semua pakaiannya dan Prilly. Ali menyalakan shower, menarik Prilly agar mereka terguyur air bersama. Ali melanjutkan aksinya di bawah shower yang mengeluarkan air hangat. Dia membalikan tubuh Prilly dan membungkukkannya menghadap tembok. Tanpa ampun lagi Ali melakukannya, Prilly pun menikmati itu di bawah guyuran air hangat.

Saat seperti ini Ali dan Prilly melupakan masalah besar yang akan menghadang nanti. Mereka sudah terlena dengan situasi yang panas. Nafsu yang menguasai mereka lebih besar hingga membutakan segalanya.

***

Hubungan Ira dan Selvi terlihat semakin membaik. Setelah mengobrol sebentar, akhirnya kesalahpahaman di antara mereka selama ini dapat diluruskan kembali. Selvi yang sedang bercanda ria di ruang tengah sambil menonton televisi bersama Ira sengaja tak mengacuhkan Ebie. Ebie yang melihat sikap Selvi cuek seperti itu sedih. Air mata yang sedari tadi ditahan keluar begitu saja tanpa seizin pemiliknya.

Apa salah Ebie sama Non Selvi dan Mas Prince? Sampai kalian cuekin aku seperti ini? Ebie enggak bisa dibeginiin, Non, hidup Ebie hampa tanpa menggoda Mas Prince, batin Ebie sedih sambil mengusap air matanya.

Ali dan Prilly keluar dari kamar dengan rambut setengah basah dan wajah lebih fresh. Mereka menghampiri Ira dan Selvi. Prilly yang melihat Ira langsung berhenti berjalan, menggenggam gandengan Ali erat. Ali juga menghentikan langkahnya, lalu menoleh ke belakang.

"Kenapa?" tanya Ali heran melihat Prilly ketakutan.

"Itu copilot kepala singa, kan, Li?" tunjuk Prilly dengan dagunya kepada Ira yang sedang asyik tertawa bersama Selvi.

"Iya. Memangnya kenapa?"

"Aku mau pulang aja, ya?"

Ali yang memahami kekhawatiran Prilly hanya tersenyum dan menangkup kedua pipi Prilly.

"Kamu jangan takut, Ira enggak akan bicara apa pun sama Wisnu. Percaya sama aku, ya?"

"Tapi, aupmmm." Belum juga Prilly menyelesaikan kata-katanya, Ali mencium bibirnya.

Mata Prilly terbelalak tak percaya Ali akan melakukan hal itu. Karena hanyut dengan ciuman bibir Ali yang lembut, Prilly pun membalasnya.

Tak sengaja Selvi menoleh ke belakang, melihat ulah mereka, dia mengernyitkan dahi karena Selvi penasaran dengan wanita yang tertutup tubuh kekar Ali.

Ira menoleh Selvi, melihat Selvi serius memerhatikan ke arah belakang, lalu mengikutinya. Ira menghela napas panjang lalu mengambil sendal jepitnya dan melemparkan kepada Ali, mengenai tepat di punggungnya.

"Woiy! Dasar kucing garong! Enggak tahu tempat banget sih. Mau mesum di kamar pe'ak!" teriak Ira membuat Ali melepas ciumannya dan membalikan badan.

Selvi masih penasaran dengan wanita yang dibawa pulang kakaknya itu. Pasalnya baru kali ini Ali membawa wanita lain selain Ira ke rumah itu. Prilly yang malu karena kepergok menyembunyikan wajahnya di belakang Ali.

"Kampret! Enggak pengertian banget sih, orang lagi asyik juga." Ali menggeser tubuhnya sedikit, memperlihatkan Prilly yang sedang menunduk malu.

"Prilly," ucap lirih Selvi melongo tidak percaya bahawa orang yang beberapa hari belakangan ini sering dia temui, ternyata sudah mengenal kakaknya dan yang lebih membuat Selvi terkejut sekaligus bertanya-tanya adalah tentang hubungan mereka. Ali menggandeng Prilly mendekati Ira dan Selvi.

Prilly masih menunduk, Ali menghempaskan tubuhnya di tengah-tengah Ira dan Selvi lalu menarik Prilly untuk duduk di pangkuannya. Prilly masih diam dan menunduk.

"Ya ampun, Selvi, beneran deh ini, sepertinya sudah waktunya kita beraksi, sebelum benih yang disebar tumbuh menjadi kecambah!" seru Ira membuat Selvi terkekeh.

"Enggak nyangka, ternyata sudah sejauh ini." Selvi merasa bahagia karena tanpa susah payah mengatur untuk mempertemukan Ali dan Prilly, ternyata Tuhan sudah lebih dulu mempertemukan mereka.

"Cieee, pipinya merah," goda Ira menowel pipi Prilly lalu tertawa puas membuat Selvi ikut tertawa.

Prilly yang diperlakukan seperti itu lalu menutup wajahnya malu membuat semua semakin tertawa terbahak.

"Sudah! Jangan digoda lagi," bela Ali tahu betul bagaimana malunya Prilly saat ini. Ali memeluk Prilly dari belakang dan mencium punggungnya.

"Udah deh, Pril, malunya. Kan sayang punya wajah cantik ditutupi begitu," ujar Ira membuka tangan Prilly.

"Kamu mau minum apa, Sayang?" tawar Ali kepada Prilly.

Saat Prilly berniat untuk turun dari pangkuannya, Ali menahan dan mengeratkan pelukan.

"Cokelat panas ada?"

"Ada, Pril," sahut Selvi yang lebih tahu isi di dapurnya.

"Mbak Bie, tolong buatin cokelat panas!" teriak Selvi keras hingga terdengar Ebie yang berada di dapur.

"Buset deh tuh singa bunting kalau teriak kenceng juga, ya?" cibir Ira pada Selvi.

"Habis makan apa sih kamu, Sweety?" tanya Ali menoleh Selvi yang ada di sebelah kanannya.

"Toa masjid! Puassss kalian!" sahut Selvi sebal membuat semua terkekeh.

Setelah menunggu beberapa menit akhirnya Ebie membawakan secangkir cokelat panas untuk Prilly. Saat melewati Ira, kaki Ebie tersandung kakinya, hingga tidak sengaja cokelat panas itu menciprati Prilly.

"Aw! Panas!" pekik Prilly mengusap paha mulusnya.

Ali yang melihat paha Prilly sedikit memerah lansung menatap tajam Ebie.

"Mbak Bie biasa kerja enggak sih!" bentak Ali langsung berdiri di depan Ebie dengan rahang yang sudah mengeras.

Selvi dan Ira sibuk membantu Prilly membersihkan cipratan cokelat itu. Ebie sudah gemetar takut, pasalnya baru kali ini dia membuat Ali semarah itu.

"Ma-ma-maaf sa-saya tidak sengaja," ucap Ebie ketakutan dan menunduk.

"Awas sampai kulit Prilly melepuh, Mbak Bie saya pecat!" sergah Ali keras dengan mata yang sudah menyalang amarah.

Ebie semakin takut dan sedih, hanya masalah sepele seperti ini saja membuat Ali ingin memecatnya. Oh, Ali, kamu sangat keterlaluan dengan Ebie.

Ebie hanya menunduk dan air mata yang sudah ditahan beberapa hari ini jatuh tak tertahankan. Karena merasa tak diacuhkan Selvi, ditambah lagi saat Ali pulang bekerja dia juga tak mengacuhkannya. Sekarang ditambah lagi kejadian ini, dada Ebie merasa semakin sesak.

Ali menarik tangan Prilly, mengajaknya pergi. Selvi dan Ira juga pergi meninggalkan Ebie di ruangan itu sendiri. Dia meloloskan tangisannya hingga terdengar isakan pilu. Ebie memegangi dadanya yang semakin tambah sesak. Tubuhnya melorot, hingga duduk di karpet berbulu. Ebie menangis sejadinya agar sesak di dadanya merasa lega.

"Mbak Bie, ngapain nangis begitu?" suara lembut Ali menghampiri Ebie.

"Maafkan Ebie, Mas Prince. Ebie enggak sengaja. Itu tadi kaki Ebie nakal, tersandung kaki Nona Semangka," jawab Ebie yang masih terisak dan menunduk.

"Terus Mbak Bie mau menangis begitu sampai kapan?" tanya Selvi menurunkan nada suaranya.

"Sampai Non Selvi dan Mas Prince maafin Ebie." Ebie masih saja menangis sesegukan dan tidak berani mendongakan kepalanya.

"Makanya lain kali kalau jalan pakai mata, jangan pakai buah melonnya saja yang digedein," timpal Ira membuat Ebie semakin sedih sekaligus geram.

Ini salah Ira, sepertinya dia sengaja menjulurkan kaki saat Ebie lewat tadi, pikir Ebie. Dia semakin tidak suka kepada Ira.

Prilly mendekati Ebie membantunya berdiri. Ebie masih belum berani mendongakan kepalanya. Prilly menghapus air mata Ebie lalu mengangkat dagunya. Prilly mencium kedua sisi pipi Ebie dan tersenyum manis padanya.

"Happy birthday, pelayan seksinya pangeran burung besiku. Semoga apa yang diimpikan Mbak Bie semua dapat terwujud, ya?" ucap Prilly tulus membuat Ebie melongo tak percaya.

Ebie mengalihkan pandangannya, melihat Ali sudah membawakan kue ulang tahun lengkap dengan lilin angka usia Ebie saat ini. Ali tersenyum sangat manis kepada Ebie.

"Ayo, Mbak Bie, tiup lilinnya," seru Selvi bahagia karena sukses mengerjai Ebie beberapa hari belakangan ini.

"Jadi ... kalian ...," tunjuk Ebie satu per satu kepada orang yang ada di hadapannya saat itu.

"Maaf, ya, Mbak Bie, saya hanya melancarkan ide gila Selvi." Ali maju lalu menyodorkan kue agar Ebie meniup lilinnya.

Ebie memejamkan mata sejenak lalu meniup lilin itu. Tepuk tangan meriah memenuhi ruang tengah. Ebie merasa lega ternyata ini bagian dari skenario Selvi yang ingin memberi kejutan di hari ulang tahunnya. Karena sibuk memikirkan kesalahan apa yang membuat majikannya tak acuh padanya, Ebie sampai melupakan bahwa hari ini adalah hari kelahirannya.

"Selamat ulang tahun pelayan seksi," ucap Ali memeluk Ebie dan mencium pelipisnya.

Aksi Ali itu membuat Ebie seketika kehabisan oksigen dan engap karena sasak napas.

"Oh, Mas Prince, Ebie butuh bantuan pernapasan," seru Ebie sambil mengipaskan tangannya di depan wajah, agar pasokan oksigen di sekitarnya kembali ada. Semua tertawa melihat melakukan konyol Ebie. "Mas Prince, jangan beginiin Ebie lagi, ya? Hati Ebie enggak kuat kalau kalian cuekin Ebie. Ebie lebih rela jika dipotong gaji daripada kalian giniin," ujar Ebie kembali sedih.

"Mana mungkin sih, Mbak Bie, kami kuat cuekin Mbak Bie. Saya juga sebenarnya enggak tahan. Tapi karena ingin memberi kejutan Mbak Bie, saya tahan-tahanin. Maaf, ya, sudah bentak-bentak, Mbak Bie," jelas Selvi lalu memeluk Ebie dan mencium kedua sisi pipi Ebie.

"Makasih, ya, Non, sudah berhasil bikin Ebie ketakutan dan jantungan." Ebie membalas pelukan Selvi.

"Mbak Bie, aku juga minta maaf karena sudah sengaja menjerat kaki Mbak Bie," kata Ira mengakui kesalahannya.

"Nona Semangka, nih yang bikin aku dimarahi Mas Prince. Aku kan takut lihat Mas Prince tadi begitu. Taringnya keluar, siap menghisap darah suci Ebie," jawab Ebie yang mulai mengeluarkan sifat aslinya.

Semua tertawa bahagia karena Ebie sudah kembali seperti dulu lagi. Bahagia itu sederhana, ketika kita dapat membuat orang lain bahagia.

#########

Edisi nyelipin spesial ultah Nona Melon biiestory kesayangan Mami.
Selamat ultah, ya, Sayang?
Hanya doa yang dapat Mami berikan untukmu. Doanya sudah, ya, tadi? I love you Melon kesayangan Mami.
Cipok dan peluk jauh.
Muuuuuaaaahhhhhh

Ayoooo siapa yang mau ngucapin dan mendoakan Melon kesayangan Rex, tag biiestory ya? Satu doa kalian dapat membuat hati Melon kesayanganku bahagia.

Makasih vote dan komenya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top