TUJUH-KYOYA'S LIFE

Tujuh

Kyoya mengambil paperbag berwarna biru yang diberikan oleh Dihyan, Kyoya belum melihat isinya dengan seksama, kemarin dia langsung meletakkan paperbag itu ke atas meja belajarnya. Cewek itu mengambil sebuah pena yang hiasannya berwarna biru, persis seperti pena yang sebelumnya ingin dia beli tetapi tidak jadi karena warnanya bukan pink.

Pena itu langsung Kyoya masukkan ke dalam tas sekolahnya serta buku-buku yang akan digunakan hari ini. Handphone Kyoya berbunyi dan cewek itu langsung mengambil handphone yang tadinya dia letakkan di atas tempat tidur.

Matanya langsung berbinar melihat siapa yang menelponnya.

"Hallo, Pa," sapa Kyoya dengan semangat setelah menjawab panggilan tersebut, dia menjadi sudah sangat merindukan papanya itu.

"Hallo, sayang. Kamu udah berangkat ke sekolah?"

Kyoya menggeleng, dia lupa bahwa Hastanta tidak bisa melihatnya. "Belum, Pa. Kyoya baru siap-siap."

Kyoya menjawab dengan riang, seolah dia lupa dengan apa yang terjadi sebelumnya, kepergian Hastanta memang membuatnya merasa sedih, tetapi Hastanta yang kembali menghubunginya membuat Kyoya merasa masih memiliki harapan untuk keluarganya.

"Kenapa, Pa?" tanya Kyoya karena Hastanta hanya diam.

"Weekend ini kamu punya acara? Gimana kalau kita jalan-jalan?"

Mata Kyoya melebar mendengar ucapan Hastanta, dia semakin merasa bahagia.

"Mau, Pa! Mau." Kyoya nyaris berteriak karena terlalu merasa bahagia dan bersemangat.

"Oke, sayang. Nanti kasih tau kakak kamu, ya."

"Iya, Pa, nanti Kyoya kasih tau."

"Yaudah, papa tutup dulu teleponnya."

"Iya, Pa."

Kyoya langsung menyambar tas ranselnya dan berlari ke luar kamar untuk menemui Keinarra dan memberitahu kabar bahagianya. Sesampainya di ruang makan, Kyoya belum melihat keberadaan Keinarra, karena malas menuju kamar kakaknya, Kyoya lebih memilih untuk sarapan lebih dulu.

"Pagi, Kak Kei," sapa Kyoya diiringi senyum manisnya.

"Pagi Kyoya, tumben ceria," cibir Keinarra lalu duduk di hadapan Kyoya.

Kyoya mengabaikan cibiran Keinarra, perasaannya sedang sangat bahagia, cibiran itu tidak bisa menghilangkan kebahagiaannya. Seorang pelayan datang untuk menyiapkan makanan Keinarra membuat Kyoya menunda untuk bercerita, tunggu tinggal mereka berdua saja, barulah Kyoya akan memulai ceritanya.

"Tadi papa nelfon gue, katanya weekend ini kita jalan-jalan, gue udah nggak sabar," ucap Kyoya dengan semangat setelah pelayan tersebut pergi dan Keinarra mulai memakan sarapannya.

Keinarra memelankan kunyahannya ketika mendengar ucapan Kyoya, wajahnya juga tidak terlihat bahagia, berbanding terbalik dengan adiknya yang begitu bersemangat.

"Yaelah, kirain apaan. Nggak usah pergi, deh, mending santai di rumah."

Entah apa yang dipikirkan Keinarra sehingga dia mengatakan itu, tentu saja Kyoya yang tidak suka dengan ucapan kakaknya langsung protes.

"Kakak apaan, sih! Pokoknya kita berempat harus pergi."

Bodoamat jika dibilang keras kepala, yang penting Kyoya ingin menghabiskan waktu bersama keluarganya agar hubungan mereka kembali membaik, tetapi Keinarra justru mendengus membuat Kyoya semakin kesal.

"Kak, dengerin gue nggak, sih?"

Keinarra yang sedang meneguk susu hanya merespon dengan anggukan kecil.

"Gue duluan, bye."

Kyoya melambaikan tangannya untuk mengiringi kepergian kakaknya itu, sekarang Kyoya akan membiarkan Keinarra mengelak, tetapi tidak untuk nanti. Keinarra boleh saja keras kepala, tetapi Kyoya juga akan keras kepala, bahkan lebih dari kakaknya itu. Lihat saja, siapa yang akan menang di antara mereka berdua nantinya.

🐬🐬🐬

"Pena biru? Tumben, eh padahal kemarin lo nggak beli pena biru, kan?"

Kyoya mengangguk dan sedikit mengangkat pena birunya. "Ini dikasih Dihyan, katanya untuk ganti pena gue kemarin."

Tisa mengangguk mengerti, jadi itu alasan pria itu meminta alamat rumah temannya. "Kemarin Dihyan minta alamat rumah lo, gue lupa ngasih tau."

"Iya, Dihyan juga kemarin cerita kalau lo yang ngasih alamat gue."

"Dihyan baik, kan? Royal juga sama lo."

Dira menumpukan kepalanya di telapak tangannya, seolah berpikir dengan keras.

"Iya, dia baik." Kyoya setuju dengan ucapan Dira, Dihyan memang baik, bahkan sangat baik, hanya saja baiknya terlalu berlebihan.

"Gue setuju kalau lo sama dia."

Kyoya melotot mendengar ucapan Tisa, kenapa temannya jadi mengatakan itu? Mereka masih sekolah, belum saatnya untuk memiliki hubungan seperti itu.

"Apaan, sih. Kalau kakak gue tau, pasti dia bakalan marah dan ngejek gue."

Kyoya tidak bisa membayangkan jika hal itu benar-benar terjadi, Keinarra pasti akan marah padanya karena dia menganggap hal itu sebagai sesuatu yang tidak benar, dan jika adiknya yang memiliki hubungan seperti itu, sudah pasti Keinarra akan menentangnya.

"Ngapain mikirin kakak lo? Yang pacaran elo, yang ngejalanin juga elo, kenapa jadi kakak lo yang ngatur? Itu nggak benar, loh, Kyo," ucap Tisa mengeluarkan pendapatnya. Menurutnya kakak Kyoya itu tidak melakukan hal yang benar, kenapa dia harus melarang adiknya memiliki hubungan dengan seorang pria?

"Iya, kalau kakak lo nggak mau pacaran, ya nggak apa-apa, tapi dia nggak berhak ngelarang lo, kalau lo bahagia ya kenapa enggak?" Dira jadi ikut-ikutan menentang aturan tak tertulis yang dibuat Keinarra.

"Kakak gue cuma nggak mau kalau gue ngelakuin itu, menurut dia itu salah," bela Kyoya.

"Tapi dia nggak berhak ngatur lo kayak gitu, kakak lo egois banget."

Dira tetap saja tidak menyukai cara Keinarra, baginya kakak sahabatnya itu terlalu berlebihan dan terlalu mengatur, padahal setiap orang berhak mengatur kehidupannya sendiri.

"Dia baik banget, gue yakin dia ngelakuin itu karena dia sayang sama gue."

"Terserah, deh," pasrah Tisa. Karena mau dikasih tau bagaimanapun juga, Kyoya tetap akan membela kakaknya.

"Dihyan, sini, deh."

Dira memanggil Dihyan yang baru saja masuk ke kelas, tentu saja cowok itu langsung menghampiri ketiga gadis yang sering bersama itu.

"Kenapa?"

"Lo tau nggak kalau Kyoya nggak diizinin pacaran sama kakaknya, kakaknya galak banget."

Wajah Kyoya langsung sepet mendengar ucapan Dira, entah apa tujuan temannya itu mengatakan hal tidak berguna seperti itu kepada Dihyan, memangnya apa hubungannya larangan Keinarra dengan Dihyan?

"Kakaknya emang galak," balas Dihyan dengan wajah yang meyakinkan membuat Dira dan Tisa terkejut, kenapa Dihyan bisa setuju?

"Kok lo tau kalau kakaknya Kyoya galak?" Pertanyaan yang diajukan Tisa sudah mewakilkan isi hati Dira.

"Kemarin gue ketemu kakaknya, beh jutek banget."

Mereka malah asik gibah, padahal Kyoya selaku adik dari Keinarra masih ada di situ, bisa-bisanya mereka membicarakan orang di depan adiknya sendiri.

"Beh, udah ketemu calon kakak ipar aja nih. Jedag-jedug nggak jantung, lo?" ucap Dira dengan sedikit menggoda Dihyan.

"Bukan main, jantung gue rasanya mau copot, apalagi pas diusir, udah gemeteran dah gue." Dihyan malah semakin menjadi.

"Lo diusir?" tanya Dira tak percaya, dia tidak menyangka bahwa Keinarra akan sampai mengusir Dihyan, padahal teman barunya itu hanya ingin meminta maaf.

"Kalian jangan ngomongin kakak gue, ya! Dia itu sayang sama gue, makanya nyebelin."

"Tapi, masa sampai ngusir Dihyan? Gue jadi takut main ke rumah lo, Kyo."

"Nggak apa-apa, lo kan cewek."

"Gue jadi penasaran, gimana kakak lo itu kalau udah jatuh cinta."

Ucapan Dihyan membuat Kyoya terdiam, dia memikirkan apa yang dikatakan cowok itu, bagaimana jika Keinarra sedang jatuh cinta? Apa sikap kakaknya itu akan berubah atau tidak ada perubahan sama sekali? Kakaknya itu tidak seperti kebanyakan orang, jadi wajar saja jika Kyoya sampai penasaran seperti ini.

"Kalau kakak lo jadi bucin, ledekin sampai mampus, Kyo."

Kyoya tertawa mendengarnya, mana mungkin dia berani mengejek Keinarra.

🐬🐬🐬

Senin, 8 Januari 2024

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top