LIMA-KYOYA'S LIFE

Lima

"Mau jalan-jalan nggak? Daritadi lo keliatan suntuk banget, loh. Manatau setelah jalan-jalan mood lo jadi lebih baik," ajak Dira setelah guru yang mengajar keluar dari kelas.

Kyoya yang sedang memasukkan buku-bukunya ke dalam tas langsung menoleh dan menggeleng untuk menolak, Kyoya sedang tidak ingin jalan-jalan, dia ingin merenung sendirian di kamarnya.

"Kenapa? Kan bi--"

"Kyoya, ini pena lo yang imut, thanks ya," ucap Dihyan sambil melemparkan pena milik Kyoya dari jarak jauh.

Ucapan Dira terpotong karena cowok itu.

"Kenapa hiasannya hilang?" tanya Kyoya setelah memperhatikan bagian penanya yang sudah hilang di bagian atas.

"Nggak sengaja tercabut sama gue, gue coba pasang lagi nggak bisa, sorry Kyoya."

Kyoya mendengus mendengar ucapan Dihyan, mudah sekali mengucapkan kata maaf, Kyoya bukannya lebay karena hanya masalah pena saja dia sampai marah, tetapi apa salahnya bertanggung jawab atas barang yang sedang dipinjam? Sepertinya Dihyan ini adalah orang yang tidak mengerti tentang hal itu.

"Hayoloh, Kyoya marah," ucap Tisa mengompori.

"Iya, loh, Kyoya marah karena pena kesayangannya rusak." Dira juga ikut-ikutan memanasi keadaan.

Dihyan yang panik langsung menghampiri Kyoya yang sudah selesai menyimpan barang-barangnya, pena yang baru dikembalikan Dihyan pun sudah ia simpan di dalam tas. "Lo beneran marah sama gue?" tanya Dihyan mencoba untuk memastikan.

Kyoya tidak menjawab pertanyaan yang diajukan Dihyan dan berjalan ke arah Dira dan Tisa yang berdiri tidak jauh darinya, tentu saja untuk menunggu Kyoya agar mereka bisa keluar kelas bersama.

"Ayo!"

Dihyan ingin mengejar Kyoya, tetapi tasnya masih di tempatnya dan terpaksa Dihyan mengambil tasnya lebih dulu.

🐬🐬🐬

Kyoya mengambil sebuah pena berwarna pink dengan hiasan kepala hello kitty, tetapi tidak sampai di situ, cewek itu juga mengambil pena-pena lainnya yang berwarna pink dengan hiasan berbeda, ini karena satu penanya sudah rusak sehingga Kyoya membeli banyak pena sebagai gantinya.

"Ngapain lo borong pena? Mau jualan?" tanya Dira yang heran melihat kelakuan sahabatnya itu.

"Pena gue rusak, makanya gue beli gantinya," jawab Kyoya singkat, tangannya masih sibuk mengambil pena-pena lain yang berwarna pink, Kyoya memang sangat menyukai warna itu.

"Yaelah, yang rusak satu, lo ganti dua puluh lima, nggak imbang Kyoya cantik," balas Tisa dengan gemas dan berlebihan, tidak sampai dua puluh lima pena yang Kyoya beli.

Memang Kyoya tidak jadi menolak ajakan teman-temannya untuk jalan-jalan, mereka akhirnya jalan-jalan ke mall atas ide dari Tisa yang ingin membeli tas baru, dan setelah membeli tas, Kyoya mengajak mereka ke tempat menjual peralatan sekolah, gadis itu ingin membeli pena baru untuk mengganti penanya yang hiasannya sudah dirusak oleh Dihyan.

"Nggak apa-apa, ini hiasannya lucu-lucu, sayang kalau orang lain yang ngambil."

Dira dan Tisa tidak membalas ucapan Kyoya, biarkan saja Kyoya membeli apapun yang dia mau, selagi itu membuatnya senang maka tidak apa-apa. Keduanya lega karena Kyoya sudah mulai kembali rileks, ternyata belanja pena membuat cewek itu melupakan masalahnya.

"Udah belum?"

Tentu pertanyaan itu muncul karena sudah beberapa saat tetapi Kyoya sama sekali tidak beranjak dari tempatnya, padahal tinggal mengambil apa yang diinginkannya saja dan itu tidak membutuhkan waktu yang lama.

"Gue bingung," jawab Kyoya sambil memegang sebuah pena.

Tisa dan Dira menghampiri Kyoya dan mengernyit. "Bingung kenapa? Lo bingung pilih pena yang mana? Selagi lo suka ya tinggal beli, uang lo juga banyak."

"Bukan gitu, gue cuma bingung, pena ini gue beli atau enggak," jelas Kyoya sambil mengangkat pena yang daritadi membuatnya bingung.

"Kalau suka ya tinggal ambil, susah amat Kyo," balas Tisa tak ingin mempersulit.

"Nggak gitu."

"Masalahnya apa, sih?" Kali ini Dira yang mengambil alih, entah kenapa sebuah pena saja bisa membuat mereka menghabiskan banyak waktu.

"Gue suka hiasan pena ini," kata Kyoya seraya mengangkat pena itu "Tapi warnanya biru, yang warna pink nggak ada hiasan kayak gini," sambung Kyoya menjelaskan kebingungannya.

"Kalau lo suka ya beli aja, nggak masalah warnanya pink atau biru, memangnya lo nggak bisa pakai pena warna lain?" tanya Tisa.

"Bisa, lah. Tapi semua pena gue warna pink, udah jadi ciri khas juga, makanya gue bingung."

Tisa mencebik mendengar alasan dibalik kebingungan Kyoya, terkadang temannya itu memang suka membuat kesal dan jengkel.

"Yaudah nggak usah beli, lagian lo udah milih banyak pena, lain kali aja," saran Dira agar cepat, jika tidak begitu maka mereka bertiga akan terjebak di sini hanya karena sebuah pena.

"Oke." Kyoya langsung setuju.

Cewek itu meletakkan pena biru itu ke tempatnya lalu menuju kasir untuk membayar semua belanjaannya.

"Kita mau kemana, nih? Sayang kalau langsung pulang, ada yang mau belanja lagi?" tanya Kyoya setelah mereka selesai membayar belanjaan masing-masing, Kyoya menanyakannya karena dia merasa sayang kalau langsung pulang, mending muter-muter dulu untuk menyegarkan pikirannya.

"Gue mau beli baju untuk acara resepsi nikahan sepupu gue dua minggu lagi, soalnya gue nggak dapat baju seragam, telat ngukur," kata Tisa. "ke butik dulu, ya," pintanya ketika teringat dengan acara resepsi sepupunya.

Dira dan Kyoya setuju, lagipula di antara mereka tidak ada yang ingin pulang dulu. Jadi, menemani Tisa bukanlah masalah.

🐬🐬🐬

"Non Kyoya, tadi ada yang nyariin," ucap seorang pembantu ketika Kyoya baru masuk ke dalam rumah setelah pulang dari mall.

"Siapa, Bi? Tadi nggak ada siapa-siapa, kok," balas Kyoya.

Ketika masuk ke pekarangan rumahnya, Kyoya memang tidak melihat siapapun atau kendaraan apapun, jadi siapa yang mencarinya?

"Bibi nggak tau, Non. Dia nggak mau ngasih tau namanya, tapi dia cowok, Non, juga pakai seragam yang sama kayak Non gini."

Reflek Kyoya melihat pakaiannya yang sudah diganti sebelum berangkat ke mall tadi. "Bukan teman Kak Keinarra, Bi?" tanyanya.

"Bukan, Non, katanya nyari Non Kyoya, tapi Bibi bilang kalau Non belum pulang, katanya nanti balik ke sini lagi, dia pergi sebentar."

Kyoya mengangguk mendengar penjelasan itu, lagipula penjelasannya sudah cukup lengkap sehingga tidak ada pertanyaan yang melintas di benaknya.

"Aku ke kamar dulu, Bi," pamit Kyoya.

Satu nama yang saat ini ada di pikiran Kyoya. Dihyan. Kyoya yakin jika cowok itu yang datang ke rumahnya, karena daritadi hanya Dihyan yang satu-satunya teman cowok yang berinteraksi dengannya.

Tapi, Dihyan mau apa? Apa karena pena itu? Tadi Kyoya memang kesal, tetapi sekarang tidak lagi. Kyoya jadi merasa bersalah membuat cowok itu kebingungan seperti ini

🐬🐬🐬

Sabtu, 6 Januari 2024

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top