ENAM-KYOYA'S LIFE

Enam

Setelah mengganti pakaian, Kyoya langsung menuju ke kamar Keinarra, karena sepertinya kakaknya itu baru pulang, jadi dia bisa bertanya apakah ada tamu di luar rumah.

"Kak Keinarra. Di luar ada orang?" tanya Kyoya setelah membuka pintu kamar Keinarra yang kebetulan tidak dikunci.

"Lo bisa lihat sendiri, ngapain nanya-nanya? Caper?" jawab Keinarra dengan sinis.

Kyoya terkejut mendengar jawaban Keinarra yang di luar dugaannya, tanpa mengatakan apapun lagi Kyoya langsung menutup pintu itu dengan kuat sehingga menimbulkan suara yang cukup besar, lagian Keinarra yang memancing emosinya. Jika saja kakaknya itu menjawab pertanyaannya dengan baik, Kyoya pasti tidak akan seperti itu.

Terpaksa Kyoya keluar rumah untuk memastikannya, cewek itu juga penasaran dengan orang yang mencarinya itu.

"Hai, Kyoya. Lama amat buka pintunya."

"Dihyan? Lo ngapain di sini?"

Ternyata dugaan Kyoya benar, Dihyan yang datang mencarinya, mungkin karena pena itu. Padahal Kyoya sudah tidak marah ataupun kesal.

"Mau minta maaf, tadi gue mau ngejar lo, tapi lo udah keburu hilang, tadi gue udah ke sini, tapi lo nggak ada."

Kyoya merasa bersalah mendengar jawaban Dihyan, cowok itu mau susah-susah hanya untuk mendapatkan maaf darinya, lagipula kenapa Dihyan harus melakukan itu? Jika memang mau meminta maaf, dia bisa melakukannya besok ketika di sekolah, tidak perlu sekarang.

"Kenapa harus repot-repot, Dih? Gue nggak marah kok, santai aja," balas Kyoya pelan.

"Tapi gue ngerasa bersalah. Oh iya, nih gue ganti pena lo."

Dihyan menyerahkan sebuah paperbag berwarna biru kepada Kyoya dan cewek itu langsung melihat isinya.

"Gue rasa lo suka pena yang hiasannya lucu-lucu, makanya gue beliin yang lucu juga."

Kyoya melalui pena-pena yang diberikan oleh Dihyan, memang hiasannya bagus, tetapi pena-pena itu tidak berwarna pink, Dihyan memberikannya berbagai macam warna.

Penanya jadi bertambah banyak, tadi kan dia sudah beli banyak, sekarang bertambah lagi.

"Thanks, ya, padahal nggak perlu sampai kayak gini," ucap Kyoya karena merasa tak enak.

"Nggak apa-apa, santai aja. Emang salah gue."

"Oh iya, duduk dulu, Dih. Gue sampai lupa," ucap Kyoya ketika dia merasa sedikit pegal karena terus berdiri.

Dihyan langsung duduk di kursi yang terletak di teras dan Kyoya masih berdiri. "Gue masuk bentar, ya, minta Bibi bikinin minum dulu."

Belum sempat Dihyan menolak, Kyoya sudah masuk dan memanggil Bi Sum.

"Bentar, ya." Kyoya sudah kembali, ternyata dia hanya sebentar.

"Iya, nggak apa-apa."

"Btw, lo tau darimana alamat rumah gue?"

Karena seingat Kyoya, ia tidak pernah memberikan alamat rumahnya kepada Dihyan.

"Gue nanya sama Tisa, makanya gue bisa ke sini."

Loh? Kalau Dihyan bertanya kepada Tisa, berarti temannya itu tau bahwa Dihyan datang ke rumahnya, tetapi kenapa Tisa tidak memberitahukannya?

"Ini, Den, minum sama cemilannya."

Ucapan Bi sum membuat lamunan Kyoya buyar.

"Makasih ya, Bi. Maaf ngerepotin," ucap Dihyan lalu mengambil cokelat hangat yang dibawakan Bi sum.

"Nggak ngerepotin, Den. Bibi masuk dulu ya, Non, Den."

Keduanya mengangguk kecil untuk merespon ucapan Bi sum.

"Oh iya, tadi gue ketemu orang, dia pakai seragam yang sama kayak kita. Siapa lo?"

Karena tidak terbiasa menahan rasa penasaran akan suatu hal, Dihyan langsung menanyakan apa yang ingin ditanyakannya.

Kyoya teringat Keinarra yang baru pulang, mungkin kakaknya itu yang dimaksud oleh Dihyan.

"Yang rambutnya warna cokelat?" Kyoya menyebutkan satu ciri-ciri Keinarra untuk memastikan dugaannya.

Dihyan menggeleng membuat Kyoya bingung, lalu siapa yang dilihat Dihyan jika bukan Keinarra?

"Gue nggak perhatiin rambutnya, yang jelas dia jutek," balas Dihyan dengan sedikit kesal di akhir kalimat ketika mengingat pertemuannya dengan cewek tadi.

Kyoya tertawa kecil mendengar ucapan Dihyan, dalam hati dia membenarkan ucapan cowok itu, Keinarra memang jutek.

"Itu kakak gue, namanya Keinarra, dia memang satu sekolah sama kita."

"Dan emang jutek? Atau juteknya sama gue doang?"

Dihyan hanya bermaksud untuk bercanda, sama sekali tidak berniat untuk mengejek kakak dari cewek yang disukainya itu.

"Emang jutek, tapi baik kok."

Seharusnya Keinarra mendengar itu, Kyoya memujinya di depan teman cewek itu, andai saja Keinarra tau betapa Kyoya menyayanginya, apa sikapnya akan tetap sama?

"Percaya deh, kakak ipar gue emang baik."

Pipi Kyoya terasa memanas mendengar ucapan Dihyan, kenapa juga cowok itu harus memanggil Keinarra kakak ipar, Kyoya jadinya malu.

"Jangan gitu, deh. Gue jadi malu," rengek Kyoya, dia bahkan tidak sadar dengan nada suaranya yang terdengar manja tetapi bagi Dihyan itu tidak masalah, justru cowok itu senang karena Kyoya tidak canggung lagi dengannya.

"Lo makin imut kalau malu-malu gitu." Dihyan semakin gencar menggoda Dihyan membuat cewek itu benar-benar malu, bagaimana bisa Dihyan membuatnya menjadi seperti itu, Kyoya yakin bahwa Dihyan pasti memiliki trik khusus untuk membuat orang-orang tertarik padanya.

"Heh dasar playboy! Berani banget lo godain adik gue kayak gitu."

Kyoya dan Dihyan yang terkejut langsung menoleh ke arah pintu, seorang cewek yang mamakai kaos dan celana panjang menatap keduanya dengan tajam, raut wajahnya menunjukkan kalau dia tidak suka dengan apa yang terjadi.

"Gue cuma becanda, Kak. Jangan marah," ucap Dihyan membela diri, masa di hari pertama bertemu dengan calon kakak ipar dia sudah meninggalkan kesan jelek, tentu saja itu tidak bagus untuk hubungan mereka kedepannya.

"Maksud lo adik gue itu bahan candaan?!"

Keinarra semakin kesal ketika mendengar jawaban yang diberikan Dihyan, kurang ajar sekali cowok itu menganggap adiknya sebagai bahan candaan, meskipun dia memang sering marah-marah kepada Kyoya, tetapi tetap saja dia adalah seorang kakak yang akan terus melindungi adiknya.

"Bukan gitu, Kak. Gue nggak bermaksud kayak gitu."

Dihyan panik karena Keinarra salah mengartikan ucapannya, bisa-bisa dia langsung di blacklist dari daftar calon adik ipar.

"Mending lo pergi! Muak gue liat muka lo!"

Dihyan menatap Kyoya untuk meminta pendapat, tetapi sepertinya cewek itu juga bingung harus melakukan apa.

"Pergi!"

"Iya-iya, kakak. Gue pergi dulu, gue pamit, Kyo."

Keinarra langsung menepis tangan Dihyan yang terulur untuk menyalaminya.

"Bukan mahram!"

"Lo ikut gue."

Keinarra langsung menarik tangan Kyoya dan adiknya itu terpaksa mengikuti kakaknya dengan sedikit terseret.

"Lo mau jadi apa, hah?! Bisa-bisanya terima gitu aja kalau digombalin cowok, jaga harga diri, lo!" amuk Keinarra setelah mereka sudah sampai kamar Kyoya.

"Dihyan cuma becanda, Kak. Dia nggak ada maksud apa-apa," bantah Kyoya, enak saja kakaknya itu menuduhnya yang tidak-tidak.

"Dan lo suka dibecandain kayak gitu?"

Kyoya diam, jika dijawab pasti Keinarra akan semakin marah, jika didiamkan dia pasti akan diam sendiri.

"Gue nggak mau kejadian kayak gini terulang lagi, lo harus jaga diri baik-baik. Ngerti?!"

"Iya, Kak."

Keinarra langsung pergi meninggalkan Kyoya yang merenung, kenapa kakaknya malah menuduhnya? Apa dia tidak bisa percaya kepada adiknya? Lagipula, mana mungkin Kyoya melakukan hal yang tidak baik.

🐬🐬🐬

M

inggu, 7 Januari 2024

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top