Sekali Lagi [Akashi x Reader]


Hallo~! Mahouka balik dari liburan :D

ya, meskipun Mahouka pulangnya hari Selasa sih :v

Mahouka bawa request dari @Minerva_desu terima kasih sudah mau request! maaf selesainya lama :'D

Enjoy~!

warnings: OOC, Typo(s), ceritanya gaje, de-el-el

=~=~=~=~=

[Your Name] menatap kertas-kertas di hadapannya dengan lelah, kertas berisikan pengeluaran bulanan OSIS serta statistik para pemain inti klub basket SMA Rakuzan.

Tidak, bukan statistik para pemain basket yang membuatnya lelah. Tetapi, pengeluaran anggota OSISlah yang membuat kepalanya sakit bukan main. Bagaimana tidak? Hampir setengah dana dari sekolah habis hanya karena sebuah acara non-sekolah dan dana dari sekolah yang dipakai.

"Oi sialan," kata [Your Name] pada anggota-anggota Bidang 5 di sebelah kanan ruangan, merekalah penanggung jawab acara yang menghabiskan banyak dana, "kenapa bisa pengeluaran sebanyak ini?" tanya [Your Name] dengan dingin.

"I..itu... anu..." jawab Ketua Bidang 5 dengan gelagapan, "kami... um..."

Brak!

[Your Name] menggebrak meja lalu berdiri, "Kalian tahu seberapa sulitnya mendapatkan uang sebanyak itu? Apalagi dari pihak sekolah!" tegas [Your Name] dengan suara keras sambil menunjuk-nunjuk kertas di atas mejanya, "aku tidak peduli dengan Rakuzan adalah SMA elit nan kaya dan acara non-sekolah harus mewah yang mengeluarkan banyak dana. Tetapi, pengeluaran sebanyak ini membuat aku yang dimintai pertanggung jawaban!"

"Aku juga tidak peduli kalian senpai atau apa, akulah bendahara OSIS di sini!" teriak [Your Name] lagi, "aku tidak mau tahu! Kalian buatlah proposal yang merangkum tentang pengeluaran apa saja yang kalian lakukan di sini! Dan juga semua anggota Bidang 5 yang menangani atau tidak menangani acara hari itu mengganti dana berlebihan yang kalian keluarkan!"

[Your Name] mengatur napasnya yang terengah-engah akibat memarahi anggota-anggota Bidang 5. Ia lalu duduk kembali di kursinya, lalu merapihkan kertas-kertas yang berserakan di atas mejanya.

Setelah beres, ia mengambil tasnya lalu keluar dari ruangan OSIS. Persetan dengan anggota-anggota OSIS yang menatapnya dengan tatapan bermacam-macam, ada yang marah, ada yang takut, dan lain-lain.

Saat ia baru saja sampai di depan pintu keluar, laki-laki bersurai merah dan bermanik dwi warna tiba-tiba masuk ke dalam ruangan OSIS. Merasakan hawa tegang di ruangan itu, sang surai merah mengeluarkan suara, "Ada apa ini?" tanyanya.

[Your Name] yang berdiri di depan pintu malah berdecak kesal, "Tidak ada, tidak penting," jawab [Your Name], kemudian keluar dari ruangan OSIS.

=~=~=~=~=

"Apa ada masalah?" tanya Akashi—pemilik surai merah.

Tatapan yang tadinya macam-macam, kini menjadi takut dan tak berani menatap laki-laki yang diketahui sebagai Ketua OSIS SMA Rakuzan itu.

Tak ada yang menjawab, Akashi menuju ke kursinya yang berada di ujung ruangan, sehingga dapat melihat seluruh bidang-bidang OSIS dan duduk di sana. Ia melipat tangannya, "Katakan apa yang terjadi, atau kalian semua yang ada di ruangan ini mendapat hukuman," kata Akashi penuh intimidasi.

Akito, laki-laki berambut coklat tua yang menjadi anggota Bidang 3 berdiri, "[Last Name] si Bendahara Umum memarahi semua anggota Bidang 5, Ketua," kata laki-laki itu, bisa didengar dari suaranya ia sangat takut.

"Dan kenapa itu?" tanya Akashi, masih dengan aura intimidasinya.

"K—karena, mereka mengeluarkan banyak dana untuk acara non-sekolah, Ketua," jawab Akito.

Semua anggota Bidang 5 menunduk, takut-takut disemprot oleh Ketua OSIS mereka. Seseram-seramnya kemarahan bedahara, lebih seram marah Ketua OSIS mereka.

Manik heterokom milik Akashi menatap Bidang 5 dengan dingin, "Berapa banyak dana yang kalian keluarkan?" tanya Akashi.

"H—hampir setengah dana pemberian sekolah," kata salah satu anggota dengan takut.

Akashi mengubah posisi duduknya menjadi tegap, "Aku akan mengganti setengah dari pengeluaran kalian," kata Akashi, "tetapi gantilah sisanya seminggu lagi dan... bersiaplah dengan Pengeluaran Tidak Terhormat dariku Senin ini." kata laki-laki itu.

"Aku tidak membutuhkan orang yang boros, mereka hanya akan mendatangkan masalah."

Dan dengan itu, Akashi meninggalkan ruang OSIS.

=~=~=~=~=

[Your Name] duduk di bench yang berada di samping lapangan, tangannya kanannya menulis sesuatu di kertas yang berada di tangan sebelah kirinya.

Ia melakukan itu selama sepuluh menit belakangan ini. Jika sedang stres atau ada masalah, gadis itu memang sengaja menyibukkan diri agar melupakan sedikit masalahnya. Apalagi, dia harus segera memikirkan cara untuk menjelaskan mengapa dana pemberian sekolah nyaris habis.

Ia terus melakukan itu sampai seseorang memanggilnya, "[Nick Name]-chan, Sei-chan memanggilmu daritadi," kata Mibuchi Reo, seniornya yang kini tengah bercucuran keringat sehabis latihan, "dia ada di sana," katanya lagi sembari menunjuk pintu lapangan indoor SMA Rakuzan.

[Your Name] menatap laki-laki itu sejenak, kepalanya masih mencerna perkataan laki-laki yang lebih tua darinya itu, "Ah, iya Reo-chan," kata [Your Name] akhirnya.

Laki-laki bersurai hitam itu menggeleng, "Kau pasti ada masalah lagi kan?" tanya Reo, "kau sulit mencerna kata, pasti sedang ada masalah."

[Your Name] tersenyum lalu menggeleng, "Tidak ada kok, tidak masalah," balas gadis itu lalu meninggalkan Mibuchi yang masih berdiri di tempatnya.

[Your Name] langsung menuju laki-laki bersurai merah yang berdiri di depan lapangan indoor SMA Rakuzan, "Ada apa Sei?" tanya [Your Name] pada laki-laki yang lebih tinggi darinya itu.

Laki-laki itu berbalik, manik heterokomnya menatap tepat di manik [Eye Colour] miliknya, "[Your Name], kenalkan gadis ini adalah Akino Yuuko-san dari kelas 3-D," kata laki-laki itu menunjuk perempuan bersurai hitam dengan manik hitam kelam yang indah, " dia adalah mantan bendahara OSIS tahun lalu, dia akan membantumu menangani masalah yang ditimbulkan oleh Bidang 5 itu," jelasnya lagi.

[Your Name] menatap laki-laki itu sejenak, "Kenapa kau tahu ada masalah dengan Bidang 5?" tanyanya.

"Aku mutlak, aku tahu segalanya," kata laki-laki itu, "sekarang, kau pergilah dengan Akino-san untuk mengurus masalah itu," perintah laki-laki itu kemudian masuk ke dalam lapangan indoor.

[Your Name] kini hanya berdua dengan Akino, gadis yang di bawa oleh Akashi. Mau tak mau, ia memperkenalkan dirinya, "Salam kenal, aku [Full Name] dari kelas 1-A, Bendahara di OSIS."

Gadis yang tadinya menatap dirinya dengan ramah saat bersama dengan Akashi, kini menatapnya dengan sinis nan cuek, "Aku sudah tahu," kata gadis itu dengan acuh tak acuh, "kau dan Sei-kun pengurus inti OSIS termuda, tentu saja semua orang mengenalmu."

Baru saja kenal, [Your Name] sudah membenci sifat gadis ini, "Kalau begitu senpai, mohon bantuannya," kata [Your Name] seramah mungkin.

Gadis di hadapannya berdecak, "Aku mau membantumu hanya karena Sei-kun memintaku," kata gadis itu. "Payah, masalah kecil saja tidak bisa, kenapa kau bisa menjadi bendahara?"

Oke, [Your Name] benar-benar membenci gadis di hadapannya ini.

=~=~=~=~=

[Your Name] duduk di bawah sebuah pohon sembari mengerjakan tugas yang diberikan oleh Akino Yuuko kemarin di halaman belakang SMA Rakuzan. Yuuko sama sekali tidak membantunya, hanya memerintahkan ini dan itu dengan alasan seperti itulah menyelesaikan masalah kebendaharaan padahal [Your Name] tahu, gadis yang dua tahun lebih tua darinya itu pasti hanya ingin dekat dengan Akashi.

Bukannya [Your Name] cemburu atau apa, hanya saja gadis itu memanfaatkan keadaan.

[Your Name] lalu mematikan laptop miliknya, kemudian menutupnya dan memeluknya lalu menggosokkan kedua tangannya agar terasa sedikit hangat. Ia sudah mengerjakan semua tugas yang diberikan oleh Yuuko padanya, kini tinggal memperlihatkan pekerjaannya pada gadis menyebalkan itu.

"Di mana gadis itu kira-kira?" tanyanya sembari bangkit dari duduknya, "bodohnya aku, tentu saja ia bersama dengan Sei-kun," kata [Your Name] dengan nada ejekan di bagian terakhir.

Setelah beberapa lama berjalan, ia kini sudah berada di depan pintu utama lapangan indoor SMA Rakuzan. Ia menggeser pintu dan kemudian mengedarkan matanya.

Tidak ada Akashi ataupun Yuuko di sana, hanya ada pemain inti yang sedang melakukan pemanasan.

"Ano, Kota-kun!" panggil [Your Name] pada laki-laki ginsul(?) bermanik emerald yang baru saja selesai pemanasan, "apa kau lihat Sei?" tanyanya.

Laki-laki bersurai oranye itu terlihat mengingat-ingat sesuatu, "Akashi tadi pergi bersama seorang senpai," kata Hayama, "kalau tidak salah, mereka lewat pintu samping."

"Terima kasih, aku pergi dulu," kata [Your Name] kemudian menuju ke pintu samping lapangan indoor.

Ia berjalan dengan pelan, jujur saja, ia tidak mau bertemu dengan Yuuko dulu, terlalu malas menghadapi gadis bermuka dua itu. Tetapi, jika ia tidak segera memberikan tugas yang diberikan Yuko maka ia harus terus melihat gadis itu bergelayut manja di lengan Akashi dalam jangka waktu yang lama.

Tentu saja [Your Name] tak suka gadis itu dekat dengan Akashi, gadis itu pasti akan melakukan yang tidak-tidak jika terus dibiarkan.

Tetapi, saat ia telah keluar melewati pintu samping, ia melihat Akashi sedang mengkabedon Yuuko. Langkah kaki [Your Name] terhenti seketika, "Eh?" tanyanya dengan heran.

Dua orang yang tadinya saling menatap, kini menatap [Your Name] yang berdiri sembari memeluk sebuah laptop, "M—maaf!" kata [Your Name] spontan, "k—kalian bisa lanjutkan," lanjut [Your Name] lalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Dengan hati-hati, ia mengambil langkah seribu untuk pergi dari tempat itu sesegera mungkin.

=~=~=~=~=

Akashi kesal, tatkala melihat gadis berambut hitam berdiri di depan pintu utama lapangan indoor SMA Rakuzan, gadis yang belakangan ini sering menempel padanya bagaikan sebuah lumut, Akino Yuuko.

Mau tak mau, ia menghampiri gadis itu, "Apa yang kau butuhkan Yuuko-san?" tanya Akashi pada gadis yang lebih tua darinya itu, "bukannya kau harus membantu [Your Name]?"

Gadis di hadapannya itu mengembangkan senyum, "Aku baru saja membantunya tadi," kata gadis itu, "aku ingin memberitahumu sesuatu."

Akashi tahu gadis itu berbohong, tapi ia ingin mengetahui apa yang akan dikatakan gadis itu, "Baiklah, beri tahu aku sekarang," kata Akashi.

Gadis itu menggeleng, "Bagaimana kalau kita ke samping? Ini agak sedikit rahasia," kata gadis itu lagi. Tanpa basa-basi, gadis itu lalu melingkarkan lengannya pada lengan Akashi kemudian menarik Akashi keluar ke pintu samping lapangan indoor.

Saat gadis itu sudah berhenti menariknya, Akashi langsung melepaskan lengan gadis itu yang melingkar di lengannya, "Sekarang katakan apa yang ingin kau katakan," kata Akashi dengan tegas.

Gadis itu memainkan ujung roknya, "Aku sebenarnya...." kata gadis itu malu-malu, "menyukaimu Sei-kun, jadilah kekasihku," kata gadis itu akhirnya sembari menatap tepat ke manik milik Akashi.

Jujur saja Akashi kesal, hal yang rahasia katanya? Bahkan seluruh antero SMA Rakuza tahu kalau gadis ini menyukainya, apalagi di saat ia meminta bantuan gadis itu, semua orang mengira mereka berkencan karena sikap gadis itu padanya.

Akashi lalu jalan mendekati gadis itu, hingga punggung gadis bersurai hitam itu menyentuh dinding, "Kau pikir kau ini siapa?" tanya Akashi dingin, kemudian meletakkan tangan kanannya ke sisi kiri kepala gadis itu dengan keras.

"Sei—."

"Jangan lanjutkan perkataanmu itu," sela Akashi cepat, "medengarkan namaku keluar dari mulutmu membuatku jijik."

Gadis itu mematung tetapi masih menatap Akashi tepat di mata, "Dengarkan aku, aku membiarkanmu bertingkah semaumu itu karena kau bisa membantu [Your Name]," kata Akashi penuh tekanan, "tetapi setelah kutelusuri, kau hanya memanfaatkan keadaan kan? Kau hanya memberi [Your Name] tugas dengan dasar begitulah cara menyelesaikan masalah yang dia hadapi, lalu kau meninggalkannya sendiri dan mendekatiku," jelas Akashi.

"A—aku," kata gadis itu gelagapan, "aku membantunya, sungguh!"

Akashi tersenyum miring, "Jangan bercanda, aku ini mutlak, aku tahu segalanya," kata Akashi, "sekarang dengar, aku tidak membutuhkanmu lagi dan—"

"Eh?"

Akashi berbalik, menatap gadis yang baru saja keluar dari lapangan indoor. Akashi yakin, gadis itu pasti salah paham, apalagi dengan posisinya bersama Akino.

"M—maaf!" kata gadis itu dengan cepat, "k—kalian bisa lanjutkan," lanjut gadis itu lagi kemudian menggaruk tengkuknya yang tak gatal, kemudian dengan hati-hati beranjak dari tempatnya berdiri.

Akashi kembali menatap tajam Akino, "Enyahlah, jangan menggangguku lagi," kata Akashi, melanjutkan perkataannya tadi.

Ia lalu meninggalkan Akino yang berdiri mematung dan mengejar [Your Name].

=~=~=~=~=

[Your Name] berlari secepat yang ia bisa, ia sendiri bahkan tidak tahu mengapa ia berlari sekencang itu. Bukankah dia hanya melihat Akashi bersama dengan Yuuko? Lalu, kenapa dadanya terasa sesak dan airmatanya terasa tak tertahankan ingin keluar?

Kenapa? Kenapa ia merasakan hal ini?

Ia hanya tetap berlari tanpa arah, ia masih memeluk laptop di dadanya.

Hingga ia sadar, ia kembali ke halaman belakang SMA Rakuzan. Ia kembali duduk di bawah pohon dan meletakkan laptop di sisi kanannya, masa bodoh dengan hawa dingin yang menusuk tulang.

Tiba-tiba saja airmatanya jatuh dari kedua matanya, "K—kenapa aku menangis?" gumamnya, lalu menyeka airmatanya yang terus-menerus keluar dari matanya.

"Ini," sebuah sapu tangan berada di hadapannya, "hapus airmatamu." [Your Name] mendengadah, mendapati Akashi memberinya sapu tangan.

[Your Name] menggeleng, "Tidak usah, aku punya sapu tangan sendiri," kata [Your Name] lalu mengeluarkan sapu tangan miliknya, kemudian menghapus airmatanya.

Akashi lalu duduk di sampingnya, "Jadi, kenapa kau berlari dan menangis?" Tanya Akashi dengan nada suara harus mendapatkan jawaban.

[Your Name] menarik nafas, menetralkan dirinya sendiri yang sesenggukan, "Aku juga tidak tahu," balas [Your Name], "aku hanya merasa tidak sanggup melihatmu dengan Yuuko, dadaku terasa sangat sesak dan airmataku keluar begitu saja."

[Your Name] melihat Akashi tersenyum, "Ada apa?" tanya [Your Name].

Akashi menatapnya, "Bolehkah aku melakukan sesuatu?" tanya Akashi.

[Your Name] memiringkan kepalanya bingung, tetapi kemudian mengangguk.

Akashi lalu memperkecil jarak di antara mereka, kemudian menyentuhkan bibirnya pada bibir [Your Name].

Terasa sangat lembut dan hangat.

Setelah beberapa saat, Akashi menyudahi ciumannya.

[Your Name] membatu, wajahnya menghangat dan jantungnya berdegup dengan kencang, "Sei...?" tanya [Your Name].

Akashi tertawa pelan, "Apa kau tidak menyadarinya?" tanya Akashi.

[Your Name] menggeleng dengan polos, "Kau menyukaiku [Your Name]," kata Akashi lalu mengelus kepala gadis itu, "bisa diketahui dari reaksimu tadi."

[Your Name] kembali membatu, wajahnya jantungnya semakin berdegup dengan kencang, "L—lalu aku harus apa?" tanya [Your Name] takut.

"Jadilah kekasihku," kata Akashi, "dan aku tidak menerima penolakan."

[Your Name] menatap kearah kanannya sejenak, kemudian menatap laki-laki bersurai merah itu, "B—baiklah aku akan menjadi kekasihmu," katanya.

"Seharusnya memang begitu," kata Akashi. "Ngomong-ngomong, kau tadi salah paham saat melihatku dan Akino-san," ujar Akashi, "aku tadi memberitahunya supaya menjauhiku dan berhenti membantumu."

"Kenapa?" tanya [Your Name].

"Karena aku tahu, dia sama sekali tidak membantumu dan hanya ingin mendekatiku," jelas Akashi.

[Your Name] mengangguk, kemudian menatap Akashi yang duduk di sampingnya, "Sei?" panggil [Your Name], lalu dijawab dengan dehaman oleh Akashi, "um, bisakah kau melakukannya sekali lagi?" tanya [Your Name] malu-malu.

Akashi menoleh, "Menciummu? Tentu saja," balas Akashi, lalu memegang pipi kiri gadis itu dengan tangan kanannya, mendekatkan wajahnya pada gadis itu dan kemudian menautkan bibirnya sekali lagi.

[Your Name] tak tahu, bagaimana ia menggambarkan perasaannya saat ini.

Mungkin, inilah perasaan bahagia.

=~=~=~=~=

Astaga, OOCnya :'''v maafkan aku, aku ketagihan dengan bokushi//slap

dan maaf ini sudah malam sekali x'''D Mahouka terlalu males buka laptop daritadi dan baru inget ini hari Jum'at-- bahkan udah hari Sabtu :''V

Mungkin itu aja :'D

See you next Oneshots!

MK♥

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top