Risk [Himuro x Amnesia!Reader]
Halo! Assalamualaikum~
Mahouka balik bawa Himuro (lagi)! kali ini request dari MonicaMochi thanks for request!
enjoy~!
warnings: OOC, Typo(s), alur gaje, de-el-el
=~=~=~=~=
[Your Name] membuka matanya, ia mendapati sebuah langit-langit kamar berwarna putih, itupun ia hanya menduga-duga karena pandangannya buram, benar-benar buram.
"Syukurlah kau sudah sadar [Your Name]," sebuah suara yang terdengar tak asing merambat masuk ketelinganya, "Kau sudah tidak sadar selama beberapa hari," kata suara itu lagi.
Penglihatannya mulai membaik, ia mendapati sosok laki-laki bersurai hitam dengan senyum menawan menyapanya, "Apa kau butuh sesuatu? Biar kuambilkan" kata laki-laki itu "[Your Name]?"
[Your Name] menatap laki-laki itu sekali lagi, "Maaf, tapi kau siapa?" [Your Name] tidak asing dengan laki-laki ini, tetapi ia benar-benar tidak mengenalnya.
"Jangan bercanda [Your Name]," kata laki-laki itu lalu tertawa hambar, "Aku ini Himuro, kekasihmu, bagaimana bisa kau tidak tahu siapa aku?" tanya laki-laki itu lagi.
[Your Name] menatap laki-laki itu dengan sedih, jujur ia ingin mengetahui laki-laki ini, tapi ia benar-benar tidak tahu siapa laki-laki itu, "Aku benar-benar tidak tahu, maaf," katanya.
"Akan ku panggil dokter dulu," kata laki-laki itu, kemudian menghilang ditelan pintu.
[Your Name] menatap nanar pintu itu, ia benar-benar tidak tahu apapun, hanya namanya, umurnya, dan kenapa ia bisa berada disini. Matanya menatap sebuah jam dan sebuah kalender yang tak jauh dari tempat tidurnya. 11 Juni xx dan pukul setengah enam.
[Your Name] berbalik menatap jendela rumah sakit, langit sudah mulai menggelap, yang berarti setengah enam sore. Ia terdiam, mengingat-ingat apa yang sebenarnya telah ia lakukan, namun nihil, ia tidak dapat mengingat apa-apa.
Sebenarnya apa yang telah terjadi pada dirinya?
=~=~=~=~=
Himuro menatap wanita yang berdiri dihadapannya, "Bagaimana? Apa yang terjadi padanya?" tanya Himuro.
"kurasa kekasihmu mengalami Amnesia Retrogade," kata wanita itu pelan,"di mana kekasihmu tidak bisa mengingat informasi masa lalu sebelum periode atau tanggal tertentu. Kau tahu sendiri, ia tidak mengenalmu 'kan?"
"Apa?" Himuro tak sadar nada suaranya meninggi, "Kau bilang [Your Name] Amnesia Retrograde? Kau pikir aku percaya?" tanyanya emosi pada dokter wanita di hadapannya.
Kyoko—sang dokter—menghela nafas pelan, "Aku ini bibimu Tatsuya, bagaimana bisa aku berbohong padamu?"
"Tapi bukannya [Your Name] hanya terjatuh dari tangga?" tanya Himuro pada Kyoko.
"Ya, memang hanya terjatuh," kata Kyoko "Tapi benturan yang sangat keras di kepalanya membuat ia kehilangan ingatannya," jelas Kyoko "Dan aku ragu, itu hanya terjatuh dari tangga Tatsuya."
"Apa maksudnya?" tanya Himuro.
"Maksudnya," kata wanita itu menduga-duga, "kalau memang ia terjatuh dari tangga, benturan yang di dapati [Your Name] tidak separah itu," jelas wanita itu "Paling tidak hanya terkilir dan benjolan kecil, bukan sampai pingsan berhari-hari."
Himuro ikut berpikir, benar juga. "Atau, ia terjatuh dari lantai enam." Sambung Kyoko lalu terkikik pelan.
Himuro tersenyum tipis, "Tidak mungkin, sekolahku dan [Your Name] hanya dua lantai," jelas Himuro.
"Tatsuya," panggil wanita itu pelan, "Kurasa, kau harus menjaga [Your Name] dengan baik," katanya serius.
Himuro mengernyitkan alisnya, "Jangan bilang, ini karena fangirls lagi?"
Wanita itu tersenyum, "Aku belum mengatakannya, kau saja yang langsung menjawabnya," kata wanita itu. "Memangnya, kemana orangtua [Your Name]? ini sudah hampir malam, kenapa mereka belum datang?"
Himuro menghela nafas, "Mereka sedang di Tokyo untuk beberapa bulan," kata Himuro, "Dan aku yang akan menjaganya."
"Bagaimana kau akan membagi waktu?" tanya wanita itu dengan cemas, "kau juga sekolah 'kan Tatsuya?"
Himuro tersenyum, "serahkan saja padaku," katanya. "Kurasa, aku harus memeriksa keadaan [Your Name] dulu."
Wanita itu mengangguk, "Aku juga harus pergi, kalau kau membutuhkanku, kau tahu aku ada dimana," katanya, "Dan [Your Name] bisa pulang dua minggu lagi."
Himuro mengangguk, lalu masuk ke kamar rawat [Your Name]. Tatapannya mendapati sang gadis tengah duduk sembari menatap langit malam Akita, entah apa yang di pikirkan sang gadis.
Himuro mendekat, lalu duduk di sisi ranjang, "Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Himuro sambil tersenyum.
Gadis itu menggeleng, lalu menatap Himuro, "Aku hanya berpikir, hal terakhir yang ku ingat adalah di terima di SMA Yosen," jelas gadis itu, "Aku benar-benar, merasa bersalah karena tidak mengingatmu Himuro-kun."
Himuro tersenyum sedih, ia ingin menenagkan gadis itu dengan mengatakan ingatannya akan kembali, tetapi ia lupa menanyakan bibinya, apakah ingatan gadis ini kembali atau tidak?
"Tenang saja, bukankah kita bisa membuat ingatan yang baru?" tanya Himuro.
Himuro bisa melihat wajah gadis itu merona, "T—tolong, jangan mengatakan hal yang memalukan," kata gadis itu.
"Bukankah memang begitu?"
=~=~=~=~=
[Your Name] menatap gedung SMA Yosen dihadapannya, entah kenapa, bukan senang yang ia rasakan, tetapi perasaan was-was dan takut menyelimutinya.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Himuro yang berdiri disampingnya, ia bisa melihat laki-laki itu khawatir.
[Your Name] menggelengkan kepalanya, "Tidak, aku tidak apa-apa," dustanya lalu mengembangkan senyum, "Aku hanya... merindukan tempat ini."
Ia melangkahkan kakinya memasuki kawasan SMA Yosen, tangannya berkeringat, kakinya gemetar, dan takut benar-benar menguasai dirinya, "Tidak apa-apa [Your Name], ada Himuro-kun," gumamnya menenangkan diri.
Tunggu dulu, kenapa Himuro? Ia menggeleng. Ia tiba-tiba mengingat laki-laki itu memintanya untuk memanggil dengan nama depan, karena laki-laki itu memanggilnya dengan nama depan. Bukannya ia tidak mau melakukannya, hanya saja terasa memalukan.
Setelah mengganti sepatunya dengan sepatu ruangan, ia mengikuti Himuro. Kata Himuro, mereka sekelas.
Saat masuk di kelas, semua tatapan tertuju pada mereka berdua. [Your Name] bisa merasakan tubuhnya kembali gemetar, seperti perasaan ini terus-menerus menyelimutinya selama bersekolah di sini.
"Apa kau benar-benar tidak apa-apa [Your Name]?" tanya Himuro untuk kesekian kalinya.
[Your Name] hanya mengangguk.
Berjam-jam [Your Name] duduk di tempatnya dengan tidak nyaman, seperti sesuatu yang menganggunya, sesuatu yang menerornya, sesuatu yang menjadi inti ketakutannya berada di sini, di kelas ini.
Akhirnya bel pulang, Himuro menyuruhnya untuk menunggu di kelas, laki-laki itu berkata akan menemuinya setelah latihan basket.
Tetapi, karena [Your Name] yang tidak suka menunggu dan ia tidak membawa smartphone, ia mengelilingi gedung SMA Yosen, sembari mengorek-ngorek ingatannya.
Ia terus mengelilingi gedung SMA Yosen, perlahan-lahan tapi pasti, semua ingatannya kembali, saat ia pertama kali bertemu Himuro dan Murasakibara, tepat di depan guru SMA Yosen.
Lalu, ia melewati jendela yang terhubung dengan taman belakang SMA Yosen, wajahnya bersemu. Tempat inilah Himuro memintanya menjadi kekasih, dan di terimanya tanpa berpikir dua kali.
'Kalau di ingat-ingat, itu memalukan,' katanya dalam hati.
Ia kembali berjalan, mendapati tangga ketiga di dalam gedung SMA Yosen, entah mengapa rasa takut kembali menyelimutinya. Ia ingat, Himuro pernah mengatakan bahwa ia pingsan karena jatuh dari tangga.
Apakah ini tangga dimana ia jatuh? Kalau di perhatikan tidak terlalu tinggi, bagaimana bisa ia sampai amnesia?
"Heh, kenapa kau tidak mati saja?" sebuah suara mengejutkan [Your Name], ia berbalik dan mendapati lima orang gadis yang terlihat seperti preman menatapnya dengan tatapan tak suka, ia ingat salah satunya adalah teman sekelasnya.
"Ku pikir, kau sudah mati karena perbuatan kami," kata gadis dengan rambut panjang sepunggung, "Oh, dan bagusnya, kau sama sekali tidak ingat."
[Your Name] mengernyitkan alisnya, "Apa maksudmu? Aku benar-benar tidak mengerti yang kau katakan."
"Dia benar-benar tidak ingat," kata gadis bersurai pirang sebahu.
"Mungkin kalau kau menunjukkan 'itu', dia akan ingat," kata gadis yang mengikat ekor kuda rambutnya.
"Mungkin saja," kata gadis yang lain.
[Your Name] mengernyitkan alisnya, "Apa, kau mau ikut kami ke lantai dua [Last Name]?" tanyanya.
[Your Name] menatap mereka curiga, tetapi karena ia tidak terbiasa menolak permintaan seseorang, ia mengikuti mereka.
Setelah sampai di lantai dua, ke lima gadis itu berhenti, "kau tunggulah disini [Last Name], kata salah satu dari mereka. [Your Name] hanya menurut.
Taklama, gadis itu kembali dengan sebuah tongkat baseball besi, mata [Your Name] membulat sempurna. Ia ingat, kelima gadis ini adalah fangirls Himuro, dan tidak menyukai bahwa ia dan Himuro menjadi sepsang kekasih. Dan hari di mana ia masuk ke rumah sakit, di sebabkan oleh gadis-gadis ini.
Pantas saja, [Your Name] selalu merasa takut, itu karena salah satu gadis ini selalu menatapnya penuh kebencian. Dan gadis itu, adalah pemimpin gadis-gadis ini.
"Baiklah [Last Name]-san, aku akan membuat reka ulang, kejadian hari itu," kata gadis berambut pirang.
Lalu, ia bisa merasakan tubuhnya jatuh dari tangga, punggungnya menyentuh tanah, dan kepalanya terbentur diniding, 'rasanya sakit sekali,' katanya dalam hati.
Lalu ke lima gadis itu menghampirinya, "Dan inilah klimaksnya," kata gadis yang memegang tongkat baseball.
Rasa sakit yang luar biasa menjalar dari pipi ke kepalanya, gadis tadi baru saja memukulnya dengan tongkat baseball. Lalu yang lain menjambak, menendang, hingga menginjak-injak tubuhnya.
"Kumohon hentikan," katanya lirih.
"Tidak, kali ini ku pastikan kau tidak hanya kehilangan ingatanmu, tetapi juga nyawamu."
=~=~=~=~=
Himuro menghela nafas, [Your Name] tidak berada dikelas, dan gadis itu meninggalan barang-banrangnya disana. Himuro juga ingat, tadi pagi gadis itu melupakan smartphone miliknya.
Saat Himuro keluar dari kelas, entah mengapa, perasannya tidak enak tentang [Your Name]. ia seperti mengalami Déjà vu, hari di mana [Your Name] di bawa ke rumah sakit juga seperti ini. Gadis itu meninggalkan barang-barangnya di kelas dan sekolah benar-benar sudah sepi.
Himuro menelan saliva miliknya dengan susah payah, ia mulai menuju ke tempat [Your Name] pernah di temukan pingsan.
Saat Himuro sampai, ia bisa melihat sekumpulan gadis sedang memukuli sesuatu, Himuro melihat seorang gadis kalau tidak salah bernama Yuka, teman sekelasnya juga memukuli itu.
"Apa yang kalian lakukan?" perkataannya membuat sekumpulan gadis itu menegang, entah mengapa Himuro menjadi gugup, hingga terjadi keheningan.
"Hiks...," sebuah isakan terdengar, "Tatsuya... tolong aku."
Himuro membulatkan matanya, ia mengetahui suara itu. Suara milik [Your Name]. "Jangan bilang, kalian..." perkataan Himuro menggantung, tatkala melihat kondisi [Your Name] yang mengenaskan.
Lalu, [Your Name] terbatuk dan mengeluarkan darah.
=~=~=~=~=
Himuro menatap jam tangan di pergelangan tangannya, ia benar-benar payah, ia di tugaskan menjaga [Your Name], tetapi ialah penyebab utama gadis itu dalam bahaya.
Pintu ruang UGD belum terbuka, dan [Your Name] sudah tidak nyaman dengan duduknya. Bagaimana tidak? Tiga jam telah berlalu dan dokter belum keluar dari sana.
Apa yang akan ia katakan pada orang tua [Your Name] nanti? Apakah ia sepayah ini menjaga [Your Name]? Apa [Your Name] akan...
"Tatsuya," suara bibinya membuyarkan pikirannya, "kali ini benar-benar parah, paru-paru [Your Name] luka, tengkorak kepalanya juga sampai retak."
Himuro menggigit bibir bawahnya, "Tapi [Your Name] masih bisa di selamatkan," kata bibinya, "Bagaimana bisa terjadi?"
"Fangirls," jawab Himuro.
Ia bisa mendengar bibinya menghela nafas, "Apa mereka di penjarakan?" tanya bibinya.
Himuro mengangguk, "Kau tahu bibi, aku hanya berharap, [Your Name] masih ingin bersamaku setelah semua ini," kata Himuro dengan suara rendah.
Bibinya memegang pundaknya, "Kalau dia mencintaimu, ku rasa ia akan tetap bersamamu meski kehilangan tangan dan kaki," kata bibinya. "Ngomong-ngomong, [Your Name] sudah bisa kau temui."
Tanpa basa-basi, ia langsung menuju ke ruang UGD, karena [Your Name] belum di pindahkan ke ruang rawat. Himuro seakan-akan tercekik, tatkala melihat gadis itu penuh dengan perban, serta masker oksigen yang menutupi mulut dan hidungnya.
"Maaf [Your Name], seharusnya aku membawamu ke gedung olahraga tim basket," kata Himuro memegang kedua tangan [Your Name], "Aku benar-benar ceroboh."
"Aku tidak tahu, apakah kau masih mau bersama denganku atau tidak," kata Himuro lirih.
"T—tentu saja, aku masih ingin bersamamu."
Himuro mendengadah, menatap gadis yang kini tersenyum, meski terhalangi masker oksigen, "Tapi setelah apa yang terjadi padamu."
"Ini hanya satu dari sebagan resiko menjadi kekasihmu Himuro Tatsuya," kata gadis itu lalu tersenyum, "Dan aku sudah siap untuk ini."
Himuro berusaha untuk tertawa, "Tapi kumohon, jangan paksakan dirimu," katanya.
"Tentu saja," balas gadis itu lalu tersenyum.
Himuro juga ikut tersenyum, benar yang dikatakan bibinya, selama gadis ini mencintainya, gadis ini akan tetap bersamanya.
=~=~=~=~=
Huaa!! Selesai juga xD
Kalau Mahouka jadi [Your Name], udah nggak mau sama Himu, kapok :v //gak nanya.
Ini panjang banget, tapi konfliknya sebenernya simple :'D, paling sulit adalah, lima gadis itu :'v, terlanjur nulis lima orang dan males ubah. Waktu mereka ngomong juga Mahouka bingung sendiri :v...
Maaf kalau tidak memuaskan :'D
Oke see you next OneShoots!
MK♥
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top