My Sister Boyfriend [Kasamatsu x Reader]
Hallo~ Mahouka balik~ //cium reader satu-satu
yang udah sekolah mana suaranya!!?? ya kalau Mahouka sih minggu depan //ketawa jahat //digampar.
oke, oke ini request dari @OtonaoShuyato //mungkin dia ganti username dan NaomakiAyaru
Maaf jadinya lama dan kurang memuaskan :'D
enjoy~!
warnings: OOC, Typo(s), ceritanya gaje, de-el-el
=~=~=~=~=
[Your Name] menatap kakak perempuannya dan teman semasa kecilnya sedang berjalan sambil bergandengan tangan dari belakang, jelas, mereka berdua adalah sepasang kekasih, dan berpegangan tangan adalah hal yang wajar kan?
Di mata [Your Name] mereka sangat serasi, tetapi keserasian itu pula yang membuat ia ingin menjerit. Bagaimana tidak, Kasamatsu Yukio, yang tak lain dan tak bukan adalah teman semasa kecilnya adalah kekasih kakak perempuannya. Lalu, apa masalahnya?
Masalahnya, Kasamatsu adalah cinta pertamanya.
Dan sampai saat ini, ia masih menyukainya. Menyedihkan? Tentu saja, apalagi harus melihat mereka berdua berjalan bergandengan tangan sambil tertawa bersama setiap hari.
[Your Name] dan Kasamatsu, memang sudah lama berteman, meskipun umur mereka terpaut dua tahun. Ini di sebabkan karena jarak rumah mereka tidak begitu jauh, di tambah dulu, mereka memasuki taman kanak-kanak yang sama, dan akhirnya akrab.
Tetapi dulu, Kasamatsu tidak begitu dekat dengan Reika, kakak [Your Name] yang juga terpaut dua tahun dengan [Your Name]. Namun, entah saat tahun terakhir mereka—Kasamatsu dan Reika—di SMA, [Your Name] mendengar bahwa Kasamatsu menyatakan perasaannya pada Reika dan menjadi sepasang kekasih.
Memang benar, [Your Name] yang mengenal dan menyukai Kasamatsu terlebih dahulu. Tetapi, apa yang bisa dilakukannya jika Kasamatsu jatuh hati pada Reika? Tidak ada bukan?
Jadi, ia memutuskan untuk memalsukan senyumnya dan mengatakan 'Selamat, kuharap kalian bahagia.' dengan hati yang benar-benar terluka.
"[Your Name]," panggil kakakknya tiba-tiba, "apa yang akan kau lakukan saat upacara keulusan minggu depan [Your Name]?" tanya kakakknya.
[Your Name] berpikir sejenak, "Mungkin aku hanya akan duduk dan menyaksikan dari tempat duduk untuk anak kelas satu." Katanya sembari mengembangkan senyum.
Kakakknya tertawa, "Aku lupa kau masih kelas satu." Kata kakaknya, lalu kembali bercanda ria bersama Kasamatsu.
[Your Name] menghela nafas pelan, dadanya sesak, sangat sesak, ia tidak bisa terus-terusan menutupi perasannya seperti ini, "Aku benar-benar menyukainya," gumamnya pelan tanpa sadar.
"Kau suka siapa?" tanya kakaknya tiba-tiba, "kau menyukai seseorang dan tidak bilang padaku?"
[Your Name] terkejut, ia tidak menduga kakaknya akan mendengarkannya, "I—itu bukan siapa-siapa Reika-nee," kata [Your Name] sambil mengibaskan tangannya, "lagipula itu bukanlah hal yang penting."
"Aku tidak tahu kau bisa suka pada seseorang [Your Name]," kata Kasamatsu di sebelah kakaknya, "kuharap dia juga menyukaimu."
[Your Name] tersenyum miris, "Itu tidak mungkin, dia sudah bersama oranglain Yukio," katanya pelan. "Aku tidak bisa berharap apa-apa kecuali kebahagiaannya."
Kakaknya melangkah mendekatinya, "Kau menyukai orang yang sudah memiliki kekasih?" tanya kakaknya, "memangnya tidak ada laki-laki lain?"
"Aku dekat dengannya jauh sebelum dia punya kekasih Reika-nee," jelas [Your Name] pelan, "bahkan sebelum dia mengenal kekasihnya."
"Dia mencampakkanmu?" tanya kakaknya.
"Dia memang tidak tahu aku menyukainya."
"Apa perlu aku menghajarnya?" tanya Kasamatsu tiba-tiba,
[Your Name] dan kakaknya menatap laki-laki itu, kemudian terkikik pelan, "A—aku hanya mencoba membantu," kata Kasamatsu dengan wajah yang bersemu.
"Tidak perlu Yukio," kata [Your Name] di sela kikikkannya, "tetapi terima kasih."
"Aku dan Reika pasti akan selalu membantu dan mendukungmu [Your Name]," kata Kasamatsu, "jadi jangan sungkan."
[Your Name] tersenyum lalu menganggguk, 'Tapi, kalian berdua juga yang paling menyakitiku'
=~=~=~=~=
[Your Name] menghempaskan tubuhnya di kasur, sedetik kemudian, ia memejamkan matanya. Pikirannya kalut, waktu yang dimilikinya sangat terbatas, satu minggu. Dan setelah itu, Kasamatsu akan membeli apartemen dan meninggalkan rumah, menjadi laki-laki yang mandiri.
Apa ia harus menyatakan perasaannya? Atau memendamnya dan terus menerus terluka seperti ini?
Ia menyukai Kasamatsu, sangat menyukainya. Tetapi, ia juga tidak mau menjadi orang ketiga diantara hubungan kakaknya dan Kasamatsu.
Airmata terbendung di pelupuk matanya, ia benar-benar tidak tahu harus melakukan apa, seandainya saja kekasih Kasamatsu bukan kakaknya, ia pasti sudah menyatakan perasaannya. Masa bodoh ia ditolak, yang jelas Kasamatsu mengetahui perasaannya.
"[Your Name]," suara kakaknya mengintrupsi pikirannya, "aku ingin bicara padamu."
[Your Name] bangkit, kemudian membukakan pintu untuk kakaknya, "Ada apa Reika-nee?" tanyanya dengan suara parau.
Tanpa di suruh, kakaknya masuk ke dalam kamarnya lalu duduk di sisi ranjangnya, "Apa... kau benar-benar tidak ingin memberitahuku tentang orang yang kau suka?" tanya kakaknya dengan wajah khawatir. "Aku benar-benar merasa tidak enak, mengetahui dulu aku sering memberitahumu tentang orang-orang yang kusukai padamu dan meminta saran."
"Anggaplah, aku sedang membalas budi," lanjut kakaknya dengan senyuman.
Sialan, kalau kakaknya terus menerus seperti ini, bagaimana bisa ia menyatakan perasaannya? "Sungguh, ini bukan apa-apa Reika-nee," katanya mencoba menolak permintaan baik kakaknya.
"Beritahu aku [Your Name]."
[Your Name] menghela nafas, mau tak mau ia harus menurutinya, "Baiklah, tetapi aku tidak akan mengatakan siapa dia," kata [Your Name].
Kakaknya mengangguk, "Jadi, aku menyukai laki-laki ini, karena... ya aku dan dia sudah berteman sejak lama, siapa yang tidak akan menyimpan perasaan kalau seperti itu'kan?" jelas [Your Name], "tapi, ya, ternyata dia menyukai oranglain, aku bisa apa? ya aku sudah rela dan aku bahagia kalau dia juga bahagia."
[Your Name] tersenyum pelan, "Sudah, itu saja, kau boleh pergi sekarang." Kata [Your Name].
"Kau 'kan bilang, dia tidak tahu perasaanmu, kenapa kau tidak memberitahunya?"
[Your Name] menegang, kemudian tertawa hambar, "Aku tidak mau menjadi perusak hubungan mereka," jelas [Your Name], "biarkan saja—"
"Tapi kau tersiksa bukan?" sela kakaknya, "kau tersiksa karena dia tidak tahu."
"Tidak apa-apa, lagipula dia juga akan pergi untuk kuliah," kata [Your Name], "aku sudah tidak punya kesempatan, Reika-nee."
Kakaknya melipat tangan di dada, "Dia baru akan pergi, jadi dia masih ada, ungkapkanlah perasaanmu, aku tidak mau kau terus-terusan tersiksa seperti ini [Your Name]," kata kakaknya, "setidaknya, biarkan dirimu lega dan terlepas dari rasa menyesal dia tidak mengetahui perasaanmu."
[Your Name] terdiam sejenak, seandainya kakaknya ini tahu kalau orang yang di sukanya adalah kekasih kakaknya, apakah akan sama yang ia katakan saat ini? "Aku akan memberitahunya, saat upacara kelulusan," kata [Your Name] akhirnya, "paling tidak, ia tahu 'kan?"
Kakakknya mengembangkan senyum, "Bukankah itu yang terbaik?"
=~=~=~=~=
[Your Name] berdiri dengan gugup di sebelah gedung olahraga, ia tahu Kasamatsu akan memberikan ucapan perpisahan pada anggota tim basket. Dan disinilah ia, berdiri sambil memegang sebuah jimat keberuntungan buatan tangannya. Didalamnya terdapat kancing kedua seragamnya, tanda cinta dan tanda merelakan yang akhirnya ia buat.
"Sebaiknya, kita pergi saja dari sini," ia mendengar suara Kasamatsu.
"kau benar," kini suara Moriyama.
"Yukio!" kata [Your Name], saat melihat Kasamatsu keluar dari gedung olahraga.
"[Your Name], sedang apa kau di sini?" tanya laki-laki itu.
"A—aku menunggumu," balas [Your Name] gelagapan, kenapa ia malah gugup begini? "Bisa kita bicara sebentar?"
Kasamatsu menatap Kobori dan Moriyama, "Kami akan menunggumu di ruang guru, kita akan pamit dengan pelatih 'kan?" kata Kobori lalu memegang pundak Kasamatsu.
"Ah, dan [Your Name]-chan, kapan kau akan memberikanku e-mailmu?" tanya Moriyama.
"Akan kupikirkan terlebih dahulu," balas [Your Name].
"Sudah, kalian pergi sana," kata Kasamatsu, dan kedua temannya itupun meninggalkan mereka berdua.
[Your Name] mengajak Kasamatsu pada bangku terdekat, kemudian memberikan jimat yang ia buat, "Ini, hadiah kelulusan dariku," katanya lalu tersenyum simpul.
Laki-laki itu menerimanya, "Terima kasih, kau tidak perlu repot begini," katanya lalu tertawa pelan.
"Tidak apa-apa," balas [Your Name], "lagipula, kita sudah sangat jarang berbicara berdua seperti ini, kau terlalu sering bersama Reika-nee." Kata [Your Name] lalu tertawa.
Laki-laki itu tersenyum, "Kau benar," katanya pelan, "padahal dulu, aku hanya dekat denganmu, bukan Reika, tapi karena Reika yang sekelas denganku semenjak tahun pertama di Kaijō, aku mulai menyukai Reika," jelas laki-laki itu, "aku bahkan terkejut mengetahui Reika adalah kakakmu."
[Your Name] tersenyum miris, rasanya menyakitkan dan menyesakkan, mendengar laki-laki yang ia sukai mengungkapkan seberapa besar rasa sukanya pada kakaknya sendiri.
"Ah ngomong-ngomong, siapa orang yang kau sukai [Your Name]?" tanya laki-laki itu, "kau suka seseorang 'kan? Kenapa kau tidak mengatakannya padaku?"
[Your Name] tersenyum paksa, "Kau mau tahu Yukio?"
"Tentu saja! aku 'kan teman—"
"Aku suka padamu," sela [Your Name], "kau tidak perlu membalasnya, karena aku tahu seberapa besar rasa sukamu pada Reika-nee." Kata [Your Name] tersenyum.
"Apa?" tanya laki-laki itu terdengar shock, "sejak kapan?"
"Aku juga tidak tahu sejak kapan," kata [Your Name] di susul tawa hambarnya, "jangan beritahu Reika-nee, aku menyatakan perasanku."
"[Your Name] aku—"
"Kau jangan mengatakan jawabanmu, aku sudah tahu," kata [Your Name] lalu memaksakan senyumnya, "yang terpenting, kau mengetahuinya."
Ia bisa melihat laki-laki itu terdiam, "Maaf, aku tidak tahu harus berbuat apa," kata laki-laki itu, terdengar nada putus asa disuaranya.
"Kau tidak perlu melakukan apa-apa," kata [Your Name] "hanya jangan beri tahu Reika-nee, oke?"
"Yukio! [Your Name]!" Reika menghampiri mereka berdua, "aku baru saja pamit pada anggota softball putri, lalu mencari kalian berdua yang ternyata berada di sini," kata Reika sembari mengerucutkan bibirnya "Apa yang kalian berdua lakukan di sini?"
"a—ah itu.. kami—"
"Aku baru saja memberikan hadiah perpisahan pada Yukio," sela [Your Name] lalu tersenyum, "dan aku akan pergi sekarang, sampai jumpa di rumah Reika-nee." Kata [Your Name], kemudian meninggalkan Kasamatsu dan kakaknya.
Semakin ia menjauh dari Kasamatsu dan kakaknya, semakin banyak pula air mata yang terbendung di pelupuk matanya. Kenapa dadanya terasa tetap menyesakkan? Kenapa? Bukankah ia sudah menyatakan perasaannya? Bukankah ia tidak membutuhkan jawaban Kasamatsu? Lalu, Kenapa ia tetap ingin menangis?
Ia menghentikan langkahnya dan di saat yang sama, air matanya sudah tak dapat ia tahan, ia menangis, tetapi tidak bersuara. Murid-murid yang lewat melihatnya iba, namun ia masa bodoh.
Ia tahu, mengapa rasanya tetap menyakitkan, meskipun ia menyatakan perasaannya pada Kasamatsu, satu kenyataan yang membuatnya tetap merasakan sesak.
Karena pada akhirnya, Kasamatsu, tetaplah kekasih kakaknya.
=~=~=~=~=
Argh! Angst lagi, Mahouka sebenernya pengen gitu happy end yang jelas dan gak gaje(?) tapi, pasti kalau bikin happy end pasti gaje //cry
Maap kalau nggak memuaskan :')
See you next OneShots!
MK♥
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top