I Promise [Akashi x Reader x Momoi]
hola! Mahouka balik setelah gak update dua minggu //digampar
gomen-gomen, saya bingung sama alur rikuesan yang satu ini :'v but thanks to requester dan orang-orang dibelakang panggung(?) yang ngasih saran dan mendapat persetujuan //bungkuk
oke ini request dari @alice_dreamland thanks for request!!
enjoy~!
warnings: OOC, Typo(s), alur gak jelas, de-el-el
=~=~=~=~=
Akashi melangkahkan kakinya keluar dari jet pribadi milik perusahannya, entah sudah berapa lama ia meninggalkan Jepang demi study-nya. Jujur saja, kala itu ia tidak ingin meninggalkan Jepang karena ia memiliki kekasih. Tetapi, ayahnya yang keras itu malah mengancamnya dengan menjadikan kekasihnya sebagai taruhan.
Ia mulai berjalan meninggalkan landasan pacu dan mulai memasuki bandara. Disana, ia melihat beberapa laki-laki berbadan tegap membungkuk pertanda menyambutnya "selamat datang Seijuuro-sama" kata salah satu diantara mereka.
Akashi hanya menganggukkan kepalanya, dan setelah itu para bodyguardnya mulai mengangkati beberapa barang miliknya.
Limousine hitam nan mewah terparkir dengan bangga dihadapan Akashi. Akashi mulai melangkahkan kakinya memasuki limousine itu. ia duduk dipinggir dekat jendela, menumpu kepalanya dengan tangan dan menatap luar jendela.
Ketika limousine melewati sebuah toko bunga, sebuah pertanyaan muncul dibenaknya 'bagaimana kabarnya?' sudah lama ia tidak menemui gadis itu, jelas kalau pertanyaan itu muncul dikepalanya "antarkan aku ke **" kata Akashi pada supirnya
"tapi Seijuuro-sama, Masaomi-sama meminta kita untuk—"
"jangan membantah, ikuti saja perkataanku" sela Akashi "aku yang akan bertanggung jawab, jadi antarkan aku" kata Akashi penuh tekanan.
Sang supir lalu mengangguk, kemudian mengantar Akashi ketempat yang ia inginkan. Akashi bisa merasakan jantungnya berdegup dengan kencang, perasaan bahagia menggebu-gebu didalam dadanya. Ia benar-benar ingin bertemu dengan gadis itu.
Setelah beberapa menit terlewati, kini limousine miliknya berhenti didepan puing-puing bekas bangunan, ia keluar dari limousinenya dan menatap puing-puing itu "apa-apaan ini!?" katanya dengan penuh emosi "kau mengantarku ditempat yang salah!" teriak Akashi pada sang supir.
"t—tapi tempat ini adalah alamat yang tuan sebutkan" kata sang supir dengan suara bergetar.
Akashi berdecak, ia memandang sekeliling, ini memang benar daerah yang ia tunjukkan pada sang supir. Ia melihat papan nama keluarga bangunan yang sudah menjadi puing-puing itu '[Last Name]' ia menelan dengan susah payah saliva miliknya.
Ia masuk kedalam limousine, membanting pintunya dengan keras "sekarang bawa aku ketempat otou-sama" kata Akashi.
Limousine itu mulai berjalan kembali, Akashi kesal sekaligus khawatir memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada gadis itu. pikirannya kacau, ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Kemudian ia teringat sepupu gadis itu.
Momoi Satsuki.
=~=~=~=~=
Akashi berdecak kesal sambil melonggarkan dasinya, lagi-lagi ayahnya mengeluh dengan apa yang dilakukannya. Padahal ia hanya terlambat sedikit dan mendapat ocehan panjang disertai hinaan seperti ketidak becusannya menjadi penerus Akashi oleh ayahnya.
ia duduk disebuah kursi dikamarnya, lalu memijat pelan keningnya. Ini baru hari pertama di Jepang, dan rasanya ia ingin kembali ke Jerman untuk sibuk dengan tugas kuliahnya. Tapi apa daya, ia baru saja menyelesaikan kuliahnya seminggu yang lalu.
Ia lalu bangkit lalu menghempaskan tubuhnya ketempat tidur, memandang langit-langit kamarnya. Terlalu banyak beban untuknya, belum lagi ia menemukan gadis itu.
Ia memejamkan matanya sejenak, fisik dan mentalnya butuh istirahat. Sudah berapa lama ia tidak merasakan hal seperti ini, biasanya gadis itu akan menyemangatinya dan mengatakan semuanya akan berlalu.
Akashi menggigit bibir bawahnya, ia benar-benar merindukan gadis itu "Miyoshi" panggil Akashi pada butler kepercayaannya.
Pintu terbuka, menampakkan laki-laki berusia sekitar empatpuluh tahun bersurai coklat dan berbadan tegap "ada apa Seijuuro-sama?" tanyanya sambil membungkuk hormat.
"cari tahukan aku tentang gadis bernama—"
"maaf tuan muda" sela Miyoshi "Masaomi-sama melarang kami memberitahukan sesuatu yang berhubungan dengan [Last Name]."
Akashi kembali berdecak "kalau begitu cari tahu tentang Aomine Daiki" kata Akashi, karena jika ia menyuruh Miyoshi mencari tahu tentang Momoi, sama saja ia mencari tahu tentang gadis itu "dan aku membutuhkannya sekarang" tambah Akashi.
Laki-laki berkepala empat itu mengangguk "baiklah Seijuuro-sama" kemudian meninggalkan kamar Akashi.
Akashi kembali membaringkan tubuhnya, ia benar-benar merindukan gadis itu. ia bahkan seperti mendengar suara gadis itu memanggilnya, ada dimana sebenarnya gadis itu?
"Seijuuro-sama" suara Miyoshi membuyarkan pikirannya, laki-laki itu sudah berada didepan pintunya "Aomine Daiki bekerja sebagai polisi dan tinggal di sebuah apartemen kecil di Tokyo, apakah tuan ingin menemuinya?"
"iya" kata Akashi singkat "tolong kosongkan jadwalku besok siang" kata Akashi.
Sang butler mengangguk "saya permisi tuan" dan dengan itu meninggalkan kamar Akashi.
Akashi menghela nafasnya, ia sudah puas mengetahui dimana salah satu orang—yang mungkin—mendekatkannya pada gadis itu.
'aku akan menemukanmu'
=~=~=~=~=
Akashi kini duduk disalah satu restoran keluarga di tengah kota Tokyo "jadi Akashi, apa yang kau inginkan?" tanya laki-laki berkulit hitam dihadapan Akashi. Aomine Daiki.
Akashi menghela nafas "kau pasti sudah tahu Daiki" kata Akashi dengan nada santai namun mengintimidasi.
Laki-laki itu memegang tenguknya "bagaimana aku bisa tahu kalau kau memberitahunya? Sialan" balas laki-laki itu.
Akashi hampir saja mengeluarkan gunting kesayangannya, namun mengingat kemampuan otak laki-laki dihadapannya ini dibawah rata-rata, ia mengurungkan niatnya.
"aku mencari [Your Name], dimana dia?" kata Akashi tanpa basa-basi.
Laki-laki dihadapannya menggeleng "maaf, tapi aku tak pernah mendengar kabar [Last Name] setelah kau meninggalkannya tanpa pamit beberapa tahun yang lalu" balasnya
Akashi berdecak, ada apa dengan gadis itu sebenarnya? "kalau begitu, bagaimana dengan Satsuki?" tanya Akashi.
"oh, kalau Satsuki, dia bekerja di salah satu rumah sakit jiwa di sini" kata Aomine "dia masih tinggal di rumahnya yang dulu, apa perlu ku antar?"
Akashi menimang-nimang sejenak "baiklah" katanya kemudian.
Mereka berduapun bangkit dari tempat duduk mereka, Akashi dan Aomine melangkah ke limousine milik Akashi, Akashi merasakan bahwa Aomine berhenti "ada apa Daiki?" tanyanya.
Aomine memandangnya dengan tidak percaya "kau gila Akashi!?" teriak Aomine "bagaimana kau bisa memiliki Toyota Century Royal, yang hanya dimiliki oleh keluarga kerajaan? Dan setahuku limousine ini hanya empat di dunia!" kata Aomine menggebu-gebu.
Akashi menghela nafas "itu bukan urusanmu, kau mau naik atau jalan kaki?" tanya Akashi sudah siap diambang pintu limousine miliknya.
Laki-laki itu kemudian memasuki limousine miliknya. Akashi bisa melihat laki-laki bersetelan polisi lengkap itu duduk dengan tidak nyaman "jangan terlalu dipikirkan Daiki, beri tahu aku dimana alamatnya."
"oh iya" kata laki-laki itu. "ia tinggal di **."
"baiklah, kita kealamat itu" titah Akashi pada supirnya.
Sang supir mengangguk, kemudian menjalankan limousine ke tempat yang Akashi sebutkan.
"jadi Daiki" kata Akashi memecah keheningan "bagaimana kabar yang lainnya?" tanya Akashi.
"oh, maksudmu anak-anak Kisedai?" tanya laki-laki itu dan dibalas anggukan oleh Akashi "hm, Murasakibara baru saja membuka sebuah café di Akita, lalu Midorima baru saja mendapatkan gelar dokternya, Kise menjadi seorang pilot yah masih diselingi kegiatan modeling, lalu Kuroko dia masih mengambil jurusan sastra dan magang disebuah taman kanak-kanak."
Akashi mengangguk, ternyata teman-temannya sudah mencapai cita-citanya masing-masing "bagaimana denganmu Akashi? pergi tanpa jejak dan tak ada kabar bertahun-tahun, lalu setelah kembali, kau langsung mencari [Your Name]."
Akashi menghela nafas "ayahku memaksaku untuk mengambil kuliah jurusan management dan bisnis di Jerman" jelas Akashi "awalnya aku tidak mau, mengingat [Your Name] masih menjadi kekasihku waktu itu, tetapi ayahku mengancam dengan mengatakan akan melakukan sesuatu padanya."
Laki-laki dihadapannya menghela nafas "semua orang berpikir kau mencampakkan [Your Name] tahu" katanya dengan suara rendah.
"aku tidak mencampakkan—"
"siapa yang tidak berpikir kau tidak mencampakkannya dengan pergi begitu saja tanpa memberitahunya?" sela Aomine "maafkan aku, tetapi yang akan dipercaya orang lain adalah apa yang kau lakukan dan bukan yang kau katakan."
Akashi terdiam, ia tidak menyangka laki-laki itu membuatnya speechless seperti ini "kau benar-benar telah berubah."
=~=~=~=~=
Momoi menonton tv dihadapannya dengan tatapan datar, ia sama sekali tidak menikmatinya. Acara yang harusnya menghibur malah sama sekali tak berefek padanya. Ia lalu membaringkan tubuhnya di sofa, pekerjaannya menghadapi pasien-pasien yang telah kehilangan akal sehatnya membuat ia selalu lembur menyelesaikan tugasnya.
"kalau kau tidak sanggup, kau mengundurkan diri saja" kata ayahnya yang duduk disebelah kepalanya.
"tidak, aku tidak apa-apa" kata Momoi "lagipula aku sudah menganalisa hampir seluruh pasien yang kutangani" lanjutnya "tou-chan tidak usah khawatir."
"tou-chan dan kaa-chan akan pergi kerumah nenekmu ketika kaa-chan sudah mengemasi barangnya" kata ayahnya "kau yakin tak ingin ikut?" tanya ayahnya.
Momoi menggeleng "aku masih punya banyak pekerjaan" jawabnya.
Ayahnya mengusap pelan kepalanya "jangan terlalu memaksakan diri" kata ayahnya, dan dibalas anggukan olehnya.
"ayo tou-chan kita berangkat" kata ibunya yang sudah siap dengan koper sedang miliknya "Satsuki, jaga rumah."
"iya" kata Momoi lalu mengantar kedua orangtuanya hingga dipintu "kalian hati-hati dijalan" kata Momoi sambil melambaikan tangannya.
Ketika ia baru saja ingin kembali memasuki rumahnya, ia melihat sebuah limousine mewah terparkir didepan rumahnya 'Toyota Century Royal? Apa yang diinginkan salah satu anggota kerajaan dirumahku?' pikirnya.
Pintu limousine itu terbuka, menampakkan laki-laki bersurai navy dan berkulit tan "yo Satsuki" panggilnya.
"D—dai-chan!" katanya terkejut, lalu ia sadar seorang lagi yang keluar dari limousine itu, kulitnya putih sebagaimana orang Jepang pada umumnya dengan surai merah "Akashi-kun?"
Mereka bertiga berdiri dalam keheningan "Satsuki aku—"
"aku tidak akan memberitahu apapun tentang [Your Name]-chan" kata Momoi, lalu berlari memasuki rumahnya.
Belum sempat ia memasuki rumahnya, Aomine sudah berdiri diambang pintu rumahnya "kau harus dengar penjelasan Akashi dulu Satsuki" kata Aomine.
"tidak mau dan tidak perlu" kata Momoi cepat "menyingkirlah Dai-chan!"
Momoi mendengar suara langkah mendekat "apakah aku harus melakukan zarei* agar kau mendengarkanku, Momoi?" tanya Akashi.
Momoi sadar laki-laki itu memanggilnya dengan nama belakangnya, bukan dengan nama depannya "Akashi...kun?" katanya agak ragu.
"mau mendengarkan penjelasanku dulu?"
=~=~=~=~=
Momoi menghela nafas sejenak, ternyata dibalik kepergian Akashi adalah ayahnya. Ia tidak tahu harus bagaimana "jadi, apa yang kau inginkan?" tanya Momoi
Ia bisa melihat Akashi agak ragu "aku benar-benar... ingin menemui [Your Name]" katanya "aku sangat merindukannya, aku tahu kalau kau tidak ingin aku menemuinya, tetapi aku mengunjungi rumahnya dan disana hanya ada puing-puing" jelas Akashi "tolong, biarkan aku menemuinya."
Momoi luluh melihat ketulusan Akashi "baiklah aku akan ganti baju dulu" kata Momoi lalu pergi mengganti bajunya dikamar.
Saat mencari baju, Momoi khawatir, bagaimana respon Akashi selanjutnya, ia sebenarnya tidak ingin seseorangpun mengetahui dimana [Your Name] kecuali ia dan keluarganya, tetapi melihat ketulusan Akashi, ia berubah pikiran.
Setelah selesai, ia langsung keluar dan mengambil beberapa lembar tugasnya dan menggandeng tasnya di bahu "ayo berangkat" kata Momoi.
=~=~=~=~=
Akashi menatap heran ketika mereka bertiga sampai disebuah rumah sakit jiwa "kau tahu Satsuki" kata Aomine saat mereka menelusuri koridor yang serba putih "kita ingin menemui [Your Name], bukan mengunjungi tempat kerjamu" kata Aomine sambil memandangi koridor yang dipenuhi orang-orang yang tidak waras.
Momoi tidak menjawab perkataan Aomine, Momoi mulai membuka sebuah lorong, kalau diperhatikan, koridor lorong ini sedikit lebih sepi "Momoi apa yang kita lakukan disini?" tanya Akashi
"Akashi benar Satsuki, apa yang kita lakukan disini?" Aomine kembali bertanya, mulai ngeri dengan suasana koridor rumah sakit yang sepi.
Momoi tetap tidak menjawab "Momoi, jawab pertanyaanku sekarang" kata Akashi penuh penekanan.
Momoi lalu membuka sebuah ruangan, disana ada seorang gadis bersurai [Hair Colour] memandang kosong kearah tembok sambil menggumamkan sesuatu.
Akashi bisa tahu itu [Your Name], meskipun rambut gadis itu sangat kusut dan berantakan, tubuhnya yang lebih kurus daripada terakhir ia melihatnya, dan kulitnya yang lebih pucat dari sebelumnya "apa yang... terjadi Momoi?" tanya Akashi seperti berbisik.
Momoi menghela nafas "setalah Akashi-kun pergi, keluarga [Your Name] menjadi kacau, ibunya yang meninggalkan karena tuberculosis akut, kakaknya yang pengguna narkoba jenis ekstasi, ayahnya yang menjadi pemabuk, disaat ia tengah berjuang mengumpulkan uang untuk kuliah" jelas Momoi "sebagai salah satu anggota keluarganya aku mengajaknya agar tinggal di rumahku, tetapi ia menolak, dan ingin berjuang sendiri."
Akashi terdiam, masih menatap [Your Name] dari jauh "beberapa hari kemudian, setelah ia pulang dari tempat kerjanya dan kuliah, ternyata rumahnya terbakar, ayahnya tidak sengaja membuang botol alcohol pada perapian dan menyebabkan kebakaran" Kata Momoi sambil menatap iba [Your Name] "awalnya ia baik-baik saja, tetapi setelah mengetahui kau juga menghilang, aku merasa semua alasannya untuk tetap waras sudah hilang, ia ditelan oleh ketidak warasan dan kefrustasian dalam dirinya."
Akashi berusaha menelan salivanya "jadi... kau tidak ingin memberitahukan keadaan [Your Name] yang... seperti ini?" tanya Akashi ragu.
Momoi mengangguk.
"astaga..." gumam Akashi pelan.
"[YourName]-chan mengidap Onomatomania dan Trichotillomania" jelas Momoi "ia akan menggumamkan kata-kata yang mengganggunya dan terkadang menjambak rambutnya sendiri" Akashi bisa merasakan suara Momoi bergetar.
"bisakau... tinggalkan kami berdua?" tanya Akashi, dan setelah itu ia mendengar langkah kaki yang menjauh.
Ia mendekat kearah [Your Name] rasanya,hatinya tercabik-cabik melihat [Your Name] yang seperti ini. Ia bisa mengingat [YourName] yang ceria, semangat, dan selalu menghiburnya "[Your Name]..." panggilnya dengan suara parau.
"Sei-kun... tou-san... aniki... Sei-kun... tou-san...aniki..." ia terus menerus bergumam, Akashi semakin merasa bersalah.
Ia berdiri dihadapan [Your Name] lalu mensejajarkan kepalanya dengan gadis itu "[YourName]" panggil Akashi lagi.
Akashi melihat gadis itu berhenti bergumam sejenak, lalu menatapnya "maafkan aku" kata Akashi lalu mengembangkan senyumnya setulus mungkin.
Gadis dihadapannya terdiam, lalu mengeluarkan airmata "Sei-kun..." katanya parau "Sei-kun..." katanya sekali lagi.
Akashi mendekap tubuh gadis itu "maafkan aku... maafkan aku..." kata Akashi meneggelamkan [YourName] dalam pelukannya. Sesaat kemudian ia melepaskan pelukannya lalu menatap gadis itu "karena aku sudah kembali, bagaimana kalau kau juga kembali sehat?" tanya Akashi.
Gadis itu terdiam sejenak, lalu mengembangkan senyumnya dan mengangguk "sekali lagi maafkan aku [Your Name], dan aku berjanji tidak akan menggilkanmu lagi" kataAkashi lalu mengecup pelan kening [Your Name] dan kembali menenggelamkannya didalam pelukannya.
'aku berjanji [Your Name]'
=~=~=~=~=
readernya keluar bentaran amat //ketawa nista //digampar// maap, maap saya kurang ide, soalnya Momoi sih, gak bisa triangle love, requester juga nggak minta Yuri jadi terlalu banyak batasan //sungkem
maaf kalau tidak memuaskan :'3
udah itu aja
See you next OneShots!
MK♥
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top