I'm Sorry, But I'm Happy [Kise x Reader x Akashi]

Hallo readersku tercinta~~ //jangan sok akrab plis.

berapa lama Mahouka nggak on? sebulan? dua bulan? pokoknya lama ya. maaf, maaf. Mahouka kena writer block dan mager, ditambah tugas Mahouka banyak banget ;;

malah curhat ;;

ini request dari Kitty_Milky semoga doi nggak lupa :'D

Oke, Enjoy~!

warnings: OOC, typo(s), gaje, de-el-el


=~=~=~=~=

"Sepertinya aku menyukai Akashi-kun."

Tubuh Kise menegang. Apa yang dikatakan sahabatnya tadi? Menyukai Akashi? Benarkah?

Kise tertawa perlahan, "Kau pasti bercanda [Your Name]-cchi," ujarnya lalu menyolek pelan lengan gadis itu.

Sungguh, Kise tidak bisa membayangkan gadis yang telah menjadi teman semasa kecilnya itu menyukai seseorang. Apalagi jika yang gadis itu sukai merupakan temannya.

"Kau bercanda kanssu?" tanya Kise memastikan.

[Your Name] yang ditanya malah menunduk malu menembunyikan semburat merah di pipinya. Gadis itu bahkan memainkan tangannya pertanda gugup, "Y—ya mau bagaimana lagi, Akashi-kun baik dan ramah," jelas [Your Name] masih terlihat malu, "siapa yang tidak jatuh cinta padanya?"

Kise bisa merasakan jantungnya sempat berhenti beberapa saat. Kenapa gadis ini malah jatuh cinta dengan orang lain? Bukan dirinya?

Maksud Kise adalah, mereka bertemu lebih dulu, menghabiskan waktu lebih lama, saling mengenal lebih lama. Apa yang kurang untuk mendapatkan hati gadis itu?

"Kau serius?" tanya Kise lagi, "maksudku, bukan orang lainssu?"

[Your Name] menatap Kise dengan heran, "Kau tidak percaya padaku?" gadis itu berbalik tanya, "padahal kita ini sudah berteman dari sekolah dasar Ryouta."

Teman.

Kise kini tahu kenapa gadis itu tidak pernah memiliki perasaan padanya. Karena dirinya hanya sebatas teman.

"Baiklah aku percayassu," kata Kise dengan nada malas-malasan, "jadi apa yang [Your Name]-cchi lakukan?"

Jika boleh jujur, Kise sama sekali tidak ingin berurusan dengan kisah cinta [Your Name]. Bukannya apa, hanya saja ia belum siap melihat teman yang paling berharga untuknya menjadi kekasih orang lain.

Tapi beda cerita jika yang disukai gadis itu adalah dirinya.

Gadis yang kini tengah duduk di kantin SMP Teikō bersama Kise itu terlihat berpikir, "Dua minggu lagi ada festival kan?" tanya [Your Name].

Kise mengangguk membenarkan, "Apa kau akan melakukan kokuhaku di acara penutupanssu?" tanya Kise spontan.

"Wah! Ide yang bagus!" kata [Your Name] bersemangat, "kau sangat membantu Ryouta."

'Sialan.' Kise mengutuk dirinya dalam hati, kenapa ia malah memberi saran? Bukannya ia sudah memutuskan untuk tidak mengurusi kisah cinta [Your Name]?

[Your Name] berdiri dari duduknya, "Aku mau berkonsultasi dengan Momo-chan tentang ini," ujar [Your Name], "sampai jumpa di kelas, Ryouta!"

Kise terus memandangi gadis itu hingga hilang dari pandangannya. Kise menopang dagu lalu memainkan makanannya tanpa minat.

Hilang sudah nafsu makan Kise, padahal tadi ia sangat ingin memakan soba yang biasa dijual di kantin. Tapi pengakuan [Your Name] yang menyukai Akashi membuatnya kenyang tiba-tiba.

Ya, kenyang makan hati.

"Lebih baik aku kembali ke kelas," gumamnya pada diri sendiri.

Ia lalu berdiri dari tempatnya dan segera menuju ke kelasnya.

=~=~=~=~=

"Ryouta, aku akan melakukan kokuhaku saat acara kembang api dimulai," jelas [Your Name] bersemangat, "bukankah itu sangat keren?"

Kise mengangguk tidak perduli. Masih ada satu minggu sebelum festival sekolah dimulai, tetapi Kise sudah mendengar ocehan [Your Name] tentang acara kokuhakunya sebanyak lima kali hari ini.

Apa Kise menjadi sahabat yang tidak baik jika mengharapkan cinta [Your Name] tidak terbalas?

"Dan kau tahu apa Ryouta?" suara [Your Name] membuyarkan lamunannya, "Momo-chan memberi tahuku kalau Akashi-kun tidak bisa membuat lelucon*," jelas [Your Name] lalu tertawa pelan.

Kise menyukai tawa [Your Name], selalu menyukainya. Tetapi entah mengapa tawanya terasa berbeda.

Apa karena bukan ia penyebabnya?

"Apa ada masalah Ryouta?" tanya [Your Name], mungkin menyadari tingkah aneh Kise.

Kise menggeleng, "Tidak adassu," dusta Kise, "hanya saja jadwal pemotretanku semakin padat."

Kise menyadari bahwa raut wajah [Your Name] berubah mendengar perkataannya.

[Your Name] memegang puncak kepalanya, "Jangan memaksakan diri, aku tidak suka melihat kau selalu memaksakan dirimu," kata [Your Name] dengan nada suara khawatir, "apa perlu kita pergi karaoke? Atau kau mau aku memasak makanan kesukaanmu?"

Kise tersenyum, ia selalu suka kepekaan [Your Name] terhadap orang di sekitarnya. Sayangnya, gadis itu tidak peka dengan perasaan sahabatnya sendiri.

"Jadi bagaimana, Ryouta?" tanya gadis itu.

"Aku rindu masakan [Your Name]-cchi," jawab Kise.

[Your Name] menunjukkan senyumnya lagi, "Kalau begitu, ayo kita singgah ke mini market di depan untuk membeli bahan-bahannya," kata [Your Name].

Kise mengangguk.

Setidaknya, ia ingin menghabiskan waktu bersama [Your Name] sebelum gadis itu menjadi kekasih orang lain dan tidak dapat menyempatkan diri lagi bersamanya.

Ya, mungkin itu saja sudah cukup.

=~=~=~=~=

[Your Name] menghela napas pelan, kakinya pegal karena sedari tadi berdiri di depan pintu masuk kelasnya yang dirombak menjadi café oleh teman-temannya. Sialnya, ia mendapatkan peran menjadi penerima tamu.

Untung kalau penerima tamunya diberi meja dan kursi, tapi karena kursi kelasnya tidak cukup dan pengurus OSIS juga kehabisan kursi dan meja, mau tak mau [Your Name] berdiri.

Di tambah, banyak siswi dari sekolah lain yang datang ke café kelasnya hanya untuk melihat Kise secara langsung. Maklum, sahabatnya itu adalah model terkenal.

Tetapi, fans sahabatnya itu harus menelan kekecewaan bulat-bulat karena Kise sedang ada pemotretan yang mungkin selesai petang nanti.

"Aku sudah tidak sanggup berdiri," gumam [Your Name].

"Kalau begitu duduklah [Last Name]-san," pemilik suara itu membuat [Your Name] terkejut bukan main.

Tentu saja terkejut, laki-laki yang disukainya kini berdiri tepat di hadapannya.

"A—akashi-kun?" tiba-tiba saja [Your Name] gelagapan, "s—sedang apa kau di sini?"

Akashi tersenyum dan [Your Name] bisa merasakan wajahnya memerah, "Aku sedang berkeliling untuk memeriksa beberapa kelas," jelas Akashi, "dan kebetulan aku mendapatkan kelasmu untuk diperiksa."

[Your Name] mengangguk mengerti, pasti pekerjaan OSIS, "Kau sendiri?" tanya Akashi sembari mengerutkan alis, "kenapa kau berdiri?"

[Your Name] tertawa gugup, "Kau bisa bilang tugasku adalah sebagai resepsionis," ujar [Your Name].

Akashi mengangguk, "Sudah berapa lama kau berdiri [Last Name]-san?" tanya Akashi lagi.

[Your Name] berpikir sejenak, "Aku sudah berdiri sejak café ini dibuka," jawab [Your Name].

[Your Name] lalu melihat pergelangan tangannya, sudah hampir jam makan siang, yang berarti shiftnya akan berakhir, "Tapi shiftku sebentar lagi akan selesai," ujar [Your Name].

Lagi, Akashi kembali tersenyum, "Kalau begitu, apa teman-temanmu keberatan jika aku memintamu untuk menemaniku dan menunjukkan apa saja yang ada di café ini?"

Jantung [Your Name] berdetak dua kali lebih cepat seketika. Apa Akashi mengajaknya...

'Tentu saja bukan kencan [Your Name]! sadarlah!' Kata [Your Name] dalam hati.

[Your Name] membalas senyuman Akashi, "Tentu saja," jawab [Your Name], "tapi setelah shiftku selesai."

Akashi mengangguk setuju.

Selang berapa lama, seorang teman sekelas berkata ia yang akan menggantikan shift [Your Name].

"Ayo masuk Akashi-kun," ajak [Your Name] sesaat setelah salah satu teman sekelasnya menggantikan shiftnya.

Akashi hanya mengikuti [Your Name].

[Your Name] lalu mengajak Akashi untuk duduk di meja yang kosong, "Aku menyarankan Fettucine Carbonara** atau kau mau sup Miso?" tanya [Your Name].

Akashi tertawa pelan, "[Last Name]-san, aku memintamu menemaniku, bukan menjadi pelayan pribadiku," ujar laki-laki itu, "sekarang duduk dan temani aku."

Perkataan itu membuat wajah [Your Name] merona. Bagaimana bisa seseorang tidak jatuh cinta pada laki-laki ini?

"U—uh baiklah," jawab [Your Name] malu-malu.

Dengan gugup, [Your Name] duduk di hadapan laki-laki bersurai merah itu.

Mereka berdua lalu memesan makanan dan [Your Name] menjelaskan apa saja yang ada di café yang dibuat oleh teman sekelasnya.

Misalnya, café mereka menggabungkan tema Jepang dan Italia—bisa dilihat dari menu makanannya, ada enam murid sebagai pelayan, ada empat sebagai koki, dan ada satu yang berjaga di pintu masuk. Sisanya adalah murid yang bertugas mencuci peralatan atau murid yang tidak ikut karena klubnya juga ikut melakukan kegiatan lain.

"Terima kasih karena memberitahuku tentang café yang dibuat kelasmu [Last Name]-san," ujar Akashi ketika [Your Name] telah menjelaskan semua tentang café kelasnya dan sesaat setelah mereka menghabiskan makanan yang tadi mereka pesan.

[Your Name] tersenyum, "Santai saja Akashi-kun," balas [Your Name].

Saat Akashi hendak pergi meninggalkan kelas [Your Name], [Your Name] memegang lengan dan memanggil nama laki-laki itu.

"Akashi-kun?"

Akashi menghentikan langkahnya, kemudian berbalik menatap [Your Name].

"Apa... kau sibuk saat acara kembang api sore ini?"

[Your Name] bisa merasakan jantungnya seperti ingin meledak saat ini juga.

"Sepertinya tidak," jawab laki-laki itu.

[Your Name] menarik napas, lalu menatap laki-laki itu.

"Apa kau bisa menemaniku sore ini?"

=~=~=~=~=

Entah beruntung atau apa, Kise mendapatkan jadwal pemotretan tepat di mana festival sekolahnya diadakan dan sepertinya pemotretannya akan berlangsung hingga sore. Yang berarti ia tidak akan mendengar jawaban dari kokuhaku [Your Name].

Kise lalu memandang pantulan dirinya di cermin.

Sedari tadi dirinya merasa sangat cemas, seperti sesuatu yang buruk akan terjadi. Bukankah di studio ini aman-aman saja?

Ada satpam di luar, semua peralatan sudah diperiksa sebelum digunakan, dan semua staff yang terlibat pasti seorang professional.

Lalu, kenapa ia merasa cemas?

Atau karena ia tahu [Your Name] akan melakukan kokuhaku?

Kise menghela napas pelan, mengingat hal itu saja sudah membuat dada Kise merasa sesak.

"Kise-kun?" sebuah suara menyadarkan Kise dari lamunannya.

"Ah, maaf," kata Kise spontan.

"Apa ada yang menganggu pikiranmu?" tanya seorang staff padanya, "kau terlihat cemas daritadi."

Kise menggeleng lalu tersenyum, "Tidak ada, tenang saja," Kise meyakinkan.

"Jangan cemas, sisa empat kostum dan kau bisa pergi ke festival sekolahmu," ujar staff itu dengan ramah.

Kise terkejut, mengapa staff ini mengetahui sekolahnya mengadakan festival? Tapi kemudian ia tersenyum, "Terima kasih."

=~=~=~=~=

[Your Name] tidak henti memainkan ujung roknya karena gugup. Angin yang berhembus di atas atap tidak mengerikan keringat yang bercucuran di dahi serta lehernya, keramaian di lapangan outdoor malah membuatnya semakin gugup.

'Tenanglah.' Katanya dalam hati.

Masih ada lima menit sebelum acara kembang api dimulai dan [Your Name] yakin bahwa Akashi sedang menuju kemari.

[Your Name] berusaha menarik napas pelan, berusaha menghilangkan rasa gugup yang sedari tadi menganggunya.

'Atur nafasmu [Your Name].' Ujarnya sembari menghirup dan menghela napas.

Pintu atap terbuka, menunjukkan laki-laki bersurai merah berjalan ke arahnya, "Apa kau sudah lama menunggu [Last Name]-san?" tanya laki-laki itu dengan ramah.

[Your Name] menggeleng, "Aku baru saja sampai," dusta [Your Name], padahal ia sudah di sini tiga puluh menit yang lalu.

Mereka berdua terdiam di dalam keheningan. [Your Name] sibuk mengatur detak jantungnya yang semakin menggila, sedangkan Akashi menatap kerumunan orang-orang yang kini berkumpul di tengah lapangan outdoor.

'Inilah saatnya [Your Name]!' [Your Name] bertekad, ia lalu menatap laki-laki yang beberapa centi lebih tinggi darinya itu.

"Akashi-kun, aku—

DUAR

--menyukaimu," kata [Your Name] bertepatan dengan meledaknya kembang api pertama.

[Your Name] langsung menunduk malu, 'A—akashi-kun dengar tidak ya?' [Your Name] bisa merasakan wajahnya memerah.

Kenapa ia bisa sesial ini?

"Maaf [Last Name]-san," suara Akashi membuat [Your Name] mendengadah, ia mendapati manik ruby milik laki-laki itu menatap tepat ke arahnya, "tapi aku tidak bisa membalas perasaanmu."

Rasanya [Your Name] ingin menangis saat itu juga, tetapi melihat Akashi yang menatapnya sembari tersenyum prihatin membuatnya malah mengembangkan senyum palsunya.

"Tidak apa-apa Akashi-kun," ujar [Your Name] masih dengan senyumnya, "aku mengerti."

Akashi mengelus pelan puncak kepalanya, "Sebaiknya kita menikmati acara kembang apinya," ujar Akashi kemudian kembali menatap langit yang kini terhiasi kembang api.

[Your Name] berusaha melihat langit dengan pandangan berkaca-kaca menahan air mata.

Setidaknya ia harus menahan air mata sampai Akashi pergi.

=~=~=~=~=

Kise turun dari mobil managernya tanpa mengatakan apa-apa, ia lalu berlari memasuki kawasan sekolahnya. Ia menelusuri koridor SMP Teikō yang sudah sepi karena festival sudah selesai, bahkan acara kembang api juga sudah selesai.

Saat sampai di depan kelasnya, Kise menggeser pintu dengan terburu-buru.

"Apa [Your Name]-cchi ada di sinissu?" tanya Kise dengan napas yang terengah-engah pada teman-teman sekelasnya yang sedang membersihkan kelas.

"Aku melihatnya menuju ke atap tadi," jawab salah satu dari mereka.

Setelah mengucapkan terima kasih, Kise langsung berlari menuju ke atap.

Jantung Kise berdetak tidak menentu, mungkin karena sedari tadi ia berlari.

Atau mungkin karena ia takut mengetahui jawaban dari kokuhaku [Your Name]?

Beberapa langkah lagi Kise akan sampai di depan pintu yang menuju ke atap SMP Teikō. Dengan cepat ia membuka pintu itu.

Hal pertama yang ia dapati adalah [Your Name] yang berdiri sembari membelakanginya, "[Your Name]-cchi?" panggilnya pelan.

Kise tidak tahu apa yang telah terjadi pada [Your Name].

Dan itu membuatnya takut.

Kise mendekati [Your Name]. Semakin dekat ia dengan gadis itu, semakin jelas suara isak tangis terdengar di telinga Kise.

"[Your Name]-cchi, apa kau menangisssu?" Kise memegang pundak [Your Name].

Dan benar saja, [Your Name] sedang menangis. Bahkan matanya memerah dan bengkak.

"Ryouta..." panggil [Your Name] dengan suara serak.

Kise tidak tahu apa yang telah terjadi dan dengan spontan ia menenggelamkan [Your Name] di dalam pelukannya.

Kise mengelus pelan punggung gadis itu, setidaknya sedikit menenangkan gadis itu.

Setelah beberapa lama menangis, [Your Name] akhirnya berhenti walaupun masih sesenggukan.

Kise bernapas lega, "Apa yang terjadi [Your Name]-cchi?" tanya Kise langsung.

[Your Name] tidak menjawab, ia malah memalingkan wajahnya.

"Apa Akashi-cchi tidak datangssu?"

"Aku malah bersyukur kalau dia tidak datang," jawab [Your Name] masih dengan suara seraknya.

Kise mengerutkan alis, ia sama sekali tidak mengerti maksud [Your Name]. Bukannya [Your Name] menyukai Akashi?

Mereka hanyut dalam keheningan, Kise yang masih tidak tahu apa yang terjadi dan [Your Name] yang menutup rapat-rapat mulutnya.

[Your Name] menghela napas, "Akashi-kun menolakku," katanya singkat.

"Eh?"

Ditolak? [Your Name] ditolak? Sungguh?

Tapi bukannya Akashi selalu menanyakan tentang [Your Name] padanya? Bukannya Akashi selalu menyempatkan diri untuk selalu berbicara pada [Your Name] setiap ia mengunjungi lapangan indoor? Dan bukannya itu berarti Akashi memiliki perasaan pada [Your Name]?

Tapi, kenapa Akashi menolak [Your Name]?

"Ayo kita pulang," kata [Your Name] lalu menarik tangannya.

"Kenapa?"

"Aku juga tidak tahu," jawab [Your Name], bisa didengar dari suaranya bisa saja ia kembali menangis, "ia hanya bilang tidak bisa membalas perasaanku."

Kise tidak tahu apa yang harus ia lakukan, tapi satu hal yang pasti...

Kise sangat senang.

'Maafkan aku [Your Name]-cchi, tapi aku senang Akashi-cchi menolakmu.'

=~=~=~=~=

* lelucon = hasil melucu; tindak (perkataan) yang lucu; penggeli hati; percakapan yang jenaka; (sumber: KBBI)

Lol, awalnya Mahouka pikir lelucoan XDXDXD tapi setelah lihat KBBI, Mahouka dapet pencerahan XDXD

** Fettucine Carbonara = Fettucine merupakansalah satu jenis pasta yang agak tebal, lebar, dan panjang seperti mie yangterbuat dari telur dan tepung dan Carbonara adalah telur dan potongan keju yangdikocok rata untuk menciptakan saus. Jadi, Fettucine Carbonara pasta fettucinidengan saus telur dan keju [enakloh xD]


Sekian dari Mahouka~!

See you next Oneshots!

Yanagawa Shita, wifunya Shoutan :v

MK

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top