Graduation [Nijimura x Reader]
Arg! Hari terakhir 2016! padahal Mahouka masih inget bulan Desember tahun lalu ada mirror web xD
alhamdulillah masih bisa menulis untuk tahun ini xD ya meskipun ada beberapa lama Mahouka vakum xD tapi masih nulis kan ya!
oke ini request dari izuki_kitakore yang katanya baru lulus SMP, jadi request dengan suasana kelulusan XD
Selamat menempu jenjang pendidikan yang baru! jangan kapok untuk belajar XD
Enjoy~!
Warnings: OOC, Typo(s), ceritanya gaje, de-el-el.
=~=~=~=~=
[Your Name] terdiam dan terengah-engah seteah menerobos kerumunan siswa-siswi yang lain, matanya lalu menatap papan pengumuman kelulusan dengan serius. Ia mencari-cari namanya yang mungkin tertulis di sana.
10 besar? Tidak mungkin.
Iamulai mencari dari urutan terbawah. Perasaannya mulai campur aduk tatkala ia tidak mendapati namanya di 200 besar, apa lagi di 150, ia mulai menelan ludah.
'Kalau sampai aku tidak lulus, percuma juga aku belajar dengan susah payah,' katanya dalam hati.
Setelah beberapa menit, ia menemukan namanya, nafasnya tercekat tatkala mengetahui posisi namanya, "I—itu sembilan belas besar?" ucapnya tak percaya sembari membekap mulutnya.
Tentu saja ia tidak percaya, ia yang selama tiga tahun ini adalah murid paling biasa di SMP Teiko tiba-tiba masuk dua puluh besar saat ujian akhir itu mengejutkan. Pada ujian sebelumnya saja, ia hanya berada di posisi seratus enam puluh besar di antara ratusan siswa-siswi yang lain.
"Wah, namamu di urutan sembilan belas," sebuah suara mengejutkannya.
Manik [Eye Colour] miliknya mendapati laki-laki bersurai raven berdiri di sampingnya, tak lupa dengan senyuman khas milik laki-laki itu.
[Your Name] mengembangkan senyumnya, "Aku juga tidak percaya," katanya lalu mulai tertawa pelan, "lalu, bagaimana rasanya berada di posisi 5 besar Nijimura-kun?"
Laki-laki itu tertawa sembari menggaruk kepalanya, "Kau bisa saja [Last Name]," katanya, kemudian tangannya yang tidak menggaruk kepala mengelus pelan puncak kepala [Your Name].
Jantung [Your Name] berdetak lebih cepat, pipinya juga terasa hangat, "Selamat atas kelulusanmu Nijimura-kun," kata [Your Name] sembari tersenyum.
"Kau juga," balas laki-laki itu kemudian memberi senyuman.
[Your Name] membalasnya, kemudian matanya tak sengaja tertuju pada pada kancing kedua laki-laki itu, 'Tidak ada,' katanya dalam hati.
Tiba-tiba ia menjadi sedih, laki-laki itu pasti telah memberikan kancing kedua seragamnya pada gadis yang ia sukai. Gadis itu sangat beruntung.
"Apa kau tidak berpamitan dengan teman sekelas yang lain?" tanya laki-laki itu padanya.
[Your Name] menggeleng pelan, "Belum, aku masih belum siap untuk berpamitan dengan orang-orang yang selama ini menghabiskan masa SMP denganku," jawabnya, "tapi aku akan ke ruang guru, berpamitan dengan semua guru yang ada di sana."
Laki-laki di sampingnya tersenyum, "Kalau begitu aku ikut denganmu."
[Your Name] setuju dan mereka berdua berjalan menuju ke ruang guru.
Di perjalanan, mereka terus berbincang tentang apa yang terjadi selama tiga tahun di Teiko, seperti ekstrakurikuler, guru favorit, hal memalukan dan lain-lain.
Hingga, keduanya sampai di depan ruang guru.
"Permisi," kata [Your Name] pelan tatkala ia menggeser pintu ruang guru.
"Maaf menganggu," kata si raven setelahnya.
[Your Name] mulai menuju ke meja salah satu guru yang mengajar kelasnya, "Shimizu-sensei, terima kasih atas bimbinganmu selama ini, aku benar-benar merasa beruntung memiliki guru yang hebat sepertimu," kata [Your Name] sembari membungkuk hormat.
Laki-laki yang mengikuti [Your Name] juga ikut membungkuk, "Aku juga sensei, terima kasih atas bimbinganmu selama ini."
Wanita yang berusia sekitar empat puluh tahunan yang diketahui sebagai guru dari kedua murid itu mengembangkan senyumnya, "Kalian membuatku terharu," kata wanita itu, "aku berharap kalian akan menjadi orang hebat yang melebihiku di kemudian hari."
[Your Name] menegakkan tubuhnya, lalu mulai tersenyum, "Terima kasih sensei."
[Your Name] lalu mengucapkan terima kasih pada semua guru yang berada di ruang guru pada hari itu, bahkan ia sempat menangis tatkala harus mengucapkan terima kasih pada wali kelas yang paling berkesan untuknya.
"Perasaanku benar-benar menjadi berat untuk meninggalkan sekolah ini," kata [Your Name] saat ia dan laki-laki itu kembali menelusuri koridor SMP Teiko.
Laki-laki di sampingnya mengangguk setuju, "Ya, apalagi ketika kau sudah cukup lama dan cukup nyaman dengan suasananya."
[Your Name] berdeham setuju, "Sepertinya kita harus segera ke kelas," kata [Your Name].
"Ya, kita harus segera ke sana, pasti teman-teman yang lain masih ada di sana."
Mereka berdua lalu berjalan menuju ke kelas mereka, menelusuri koridor SMP Teiko yang akan mereka tinggalkan beberapa hari lagi.
Kelas demi kelas mereka lewati, ruang lab, perpustakaan, kantin, mereka berdua melewatinya. [Your Name] yakin, ia pasti akan merindukan suasana ini.
Mereka lalu sampai di kelas, bahkan sorak-sorai kebahagiaan sudah terdengar dari depan kelas mereka.
Kali ini, Nijimura yang membuka pintu dan alhasil membuat seluruh penghuni kelas menatap ke arah pintu.
"Oi Nijimura, kau dari mana saja?" tanya Akito, salah satu teman sekelasnya.
"Ya, kami sudah ingin mengambil foto dengan teman sekelas yang lain, tetapi kau dan [Last Name] lama sekali." sahut Natsume yang juga salah satu teman sekelasnya.
"[Last Name]-chan, kemarilah agar kita bisa berfoto bersama," panggil teman sebangku [Your Name], Fuyumi.
[Your Name] hanya tersenyum kaku, ia tidak terbiasa untuk berfoto.
Seluruh murid yang sekelas dengan Nijimura dan [Your Name] pun berbaris merapikan diri di depan papan tulis yang bertuliskan 'Selamat Atas Kelulusannya!' yang ditulis dengan sangat meriah.
Entah keberuntungan atau apa, [Your Name] berdiri tepat di samping Nijimura.
"Ayolah teman-teman, jangan terlalu kaku, lebih bebaslah," kata Tsukina sang pemilik kamera, "aku akan mengatur waktunya." lalu gadis berambut coklat kemerahan itu ikut mengambil posisi di depan kamera, "Ayo, berpose yang bebas!" teriak gadis itu lagi.
Tiba-tiba [Your Name] merasakan tangan Nijimura berada di bahunya dan juga laki-laki itu menarik tubuhnya untuk lebih dekat. Wajahnya pasti memerah, ia yakin itu.
Meskipun sesi foto itu selesai, wajah [Your Name] tetap saja merah dan jantungnya berdegup dengan kencang.
"Kuharap foto itu cepat tercetak," kata laki-laki itu lalu memberikan senyumnya.
'Sial, kenapa Nijimura-kun megatakan hal yang memalukan?' tanya [Your Name] dalam hati.
"Ah, [Your Name], bisakah kita bicara berdua sebentar?" tanya laki-laki itu padanya.
[Your Name] menatap laki-laki itu bingung, tetapi kemudian megangguk.
Mereka berdua kini berada di koridor SMP Teiko. Cahaya matahari yang mulai menjingga karena hari sudah sore, menyentuh kulit keduanya.
"Hei [Your Name], kau tahu kan ayahku sakit?" tanya laki-laki itu tiba-tiba.
[Your Name] menatap laki-laki itu dengan tatapan heran sejenak, tetapi akhirnya ia mengangguk, "Iya, aku tahu," jawab [Your Name].
Laki-laki itu terdiam sejenak, "Bagaimana mengatakan ini ya?" tanya laki-laki itu sekali lagi sembari menggaruk-garuk kepalanya.
[Your Name] hanya diam masih menatap laki-laki itu, "Mengatakan apa?"
Laki-laki itu tidak menjawab, ia malah merogoh kantung celananya dan mengeluarkan sebuah jimat keberuntungan, "Ini hadiah kelulusan dariku," kata laki-laki itu, "maaf kalau itu tidak seberapa."
[Your Name] menerima jimat itu lalu menatapnya, warna merah disertai motif bunga sakura yang cantik membuat senyumnya mengembang, "Tidak apa-apa, aku menyukainya. Terima kasih."
[Your Name] juga merogoh saku almamaternya, "Um, ya, aku juga memberimu hadiah kelulusan berupa jimat keberuntungan," kata [Your Name] dan memberikan jimat keberuntungan berwarna biru tua dengan motif kepingan salju.
Laki-laki itu tertawa pelan, "Ternyata pemikiran kita sama," kata laki-laki itu disertai tawanya, "tetapi, terima kasih."
Mereka berdua lalu terdiam, saling menatap jimat keberuntungan mereka. Suara semilir angin bahkan terdengar sangat nyaring.
"Aku akan ke Amerika," kata laki-laki itu tiba-tiba.
"Eh?"
"Kau tahu 'kan keadaan ayahku bagaimana, dan kau juga sudah tahu kalau dia sudah dirawat di Amerika," ucap laki-laki itu, "makanya aku akan meninggalkan Jepang dan menyusul keluargaku ke sana," jelas laki-laki itu.
[Your Name] terdiam, menunggu perkataan laki-laki itu selanjutnya.
"Aku akan berangkat besok."
[Your Name] masih diam, laki-laki ini akan pindah? Lalu bagaimana dengan SMA yang dipilihnya di kota ini? Lalu bagaimana dengan teman-temannya? Lalu bagaimana dengan foto yang bahkan belum tercetak? Dan bagaimana dengan dirinya yang belum menyatakan perasaannya?
"Niji—"
Perkataannya terhenti, tatkala sebuah benda lembut menyentuh bibirnya. Itu bibir milik Nijimura.
"Aku menyukaimu [Last Name]," kata laki-laki itu, "aku benar-benar menyukaimu."
[Your Name] membatu karena shock, "Kau tidak tahu betapa sulitnya mengatakan perpisahan pada orang yang kau sukai," kata laki-laki itu lagi.
Airmata [Your Name] mendadak keluar dari matanya, "A—aku juga menyukaimu," kata [Your Name], "bahkan a—aku memberikan kancing kedua seragamku di jimat keberuntunganmu," kata [Your Name].
Ia bisa melihat wajah laki-laki itu terkejut, "Kenapa kau h—harus pergi setelah mengungkapkan perasaanmu? Lalu bagaimana d—denganku? Apa yang harus k—kulakukan jika kau tidak ada?" tanya [Your Name] dengan sesenggukan.
"N—nijimura-kun aku—"
Lagi, perkataannya terhenti karena laki-laki itu menciumnya.
"Kau tahu apa?" tanya laki-laki itu, "aku juga memberikan kancing kedua seragamku pada jimatmu," jelas laki-laki itu, "aku harus pergi, maaf. Aku berharap kau tetap menjadi dirimu yang aku sukai, aku pasti akan merindukannya."
Airmata [Your Name] mengalir semakin deras, tanpa sadar ia memeluk tubuh laki-laki yang lebih tinggi darinya itu.
"Aku juga p—pasti merindukanmu," kata [Your Name] di dalam pelukan laki-laki itu, "cepat kembali d—dan jangan lupakan aku."
Ia bisa merasakan laki-laki itu membalas pelukannya, dan memberikan usapan pelan yang menenangkan di punggungnya.
"Aku pasti kembali dan aku pasti tidak akan melupakanmu," kata laki-laki itu.
Mereka berdua mempererat pelukan mereka, seakan-akan itulah pelukan terakhir yang akan mereka berikan.
Di hari kelulusan, di mana mereka berdua saling memberikan hadiah, membagi ciuman pertama, mengungkapkan perasaan, dan memberikan pelukan perpisahan.
Semuanya terjadi, di hari kelulusan mereka.
=~=~=~=~=
Entah kenapa Mahouka flashback pas Mahouka lulus :'''v masih inget waktu perpisahan dijewer sama guru kesenian karena selalu kumpulin gambaran telat berminggu-minggu tapi sekaligus :''v Ibuu maafkan Mahouka :''v
Maaf OOCnya Nijimura keterlaluan xD aku hanya membayangkan 'laki-laki yang lembut hanya pada orang spesial-nya' dan keluar dari image Nijimura. Maaf kalau mengecewakan :''D
oh ya, karena Mahouka gak bakal on di wp untuk tahun baruan, Mahouka mengucapkan Happy New Year 2017!! //kecepetan :v//
Mahouka cuma berharap yang terbaik untuk readers di tahun 2017, semoga yang jomblo cepetan taken dan yang taken cepetan putus//eh// yang taken semoga langgeng xD
udah segitu aja, Mahouka juga gak yakin ini dibaca :v
Dan doakan saja Mahouka ada ide buat ff spesial tahun baru :v
sekian dari Mahouka,
See you next Oneshots!
Yanagawa Shita, Wifunya Shoutan.
MK♥
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top