Dunia Ini [Mayuzumi x Reader]

Hallo~! Mahouka balik ^^ gimana, ada yang kangen? enggak ya xD

Ya, Mahouka baru aja balik dari UAS xS

oke banyak yang request Mayuzumi sama Mahouka karena belum ada fictnya XD

I tag you guys monalisaruntulalo5, fujoshiet [mungkin udah ganti username], RaliceRFA, dan Hanaru5

Thanks for request ^^

Enjoy~!

Warnings: OOC, Typo(s), gaje, dll.


=~=~=~=~=


[Your Name] berlari menerjang derasnya hujan hari ini, matanya tak henti mengeluarkan airmata—walaupun tersamarkan oleh air hujan—, ia juga tak henti mengutuk kedua orangtuanya yang selalu mengatakan kebohongan padanya.

'Kami hanya sedikit berdebat.'

'Kami akan baik-baik saja.'

'Tenang saja, tak akan terjadi apa-apa.'

'Tou-san dan Kaa-san akan bercerai minggu depan.'

Kebohongan indah dan kebenaran menyakitkan itu terngiang-ngiang di kepalanya. kalau memang dari awal mereka akan berpisah, untuk apa memberikan harapan palsu pada dirinya ini?

Sial, dunia memang penuh kebohongan.

Ia lalu terjatuh dan wajahnya menghantam trotoar dengan keras. Tidak, ini tidak sakit, hatinya jauh lebih sakit mengetahui orangtuanya akan bercerai.

Ia ingin menangis lebih keras, tetapi apa yang akan berubah jika ia menangis? Tidak ada.

Semua orang yang melihatnya merasa iba, tetapi tidak ada yang menolong.

Ia mencengkram tangannya dengan kuat. Rasanya, semua emosinya meluap, bahkan hancur menjadi debu. Lampu lalu lintas yang berada tak jauh di hadapannya, terasa seperti menertawai kepedihannya.

Saat ini, ia merasa seperti berada di jalan pulang yang salah. Tidak, sekarang tidak ada lagi tempat untuknya pulang. Semua pengakuan tentang tempat di mana ia tinggal dan ia sebut tempat untuk pulang, seakan ingin ia lupakan karena orangtuanya.

Ia lalu bangkit, memegangi pipinya yang bengkak dan ia agak terisak. Ia sadar, meskipun ia melarikan diri, ia tetap tidak bisa menghentikan perceraian kedua orangtuanya.

Kakinya kembali melangkah, kali ini tidak berlari tetapi menunduk menatap jalanan dengan kosong. Airmatanya masih membanjiri pipinya dan sesekali terisak.

Ia merasa dirinya kekanakan, berlari dari rumah dan meninggalkan sebuah teriakan kata-kata kasar kepada kedua orangtuanya, kini ia merasa bersalah.

Harusnya ia sadar, ia bukan lagi anak kecil dan ia harus menerima bahwa keputusan orangtuanya adalah berpisah.

Tetapi di sisi lain, ia tidak mau perpisahan kedua orangtuanya.

"[Your Name]?"

Ia mendengadah, mendapati laki-laki bersurai abu-abu yang memegang sebuah payung menatapnya dengan tatapan heran, "Ini hujan, dan kau malah tidak memakai payung. Kau bodoh atau bagaimana sih? Mau sakit?" ucap laki-laki itu.

[Your Name] hanya diam dan kembali menunduk, ia menatap genangan air di bawahnya. Ia tak mau terlihat menyedihkan di hadapan laki-laki yang di sukainya. Tapi apa daya, takdir berkata lain, ia tetap terlihat menyedihkan.

"Kau dengar aku tidak?" tanya laki-laki itu datar tetapi sedikit terdengar kesal.

[Your Name] tak menjawab, ia ingin segera pergi dari tempat itu.

Wajahnya yang terpantul dari genangan air benar-benar menyedihkan, seakan-akan mengejarnya dan memberitahunya bahwa ia memang sangat menyedihkan seperti pantulannya.

Sekarang, ia bertanya pada dirinya sendiri, apa alasannya untuk hidup?

Orangtua? Tidak mungkin. Orang yang disukainya? Lebih tidak mungkin lagi.

Ia bisa mendengar suara langkah dan diikuti sepasang sepatu di dekat genangan air di mana ia bercermin. Lalu, ia merasakan dagunya di tarik paksa untuk mendengadah, "Aku berbicara padamu, tataplah aku."

[Your Name] sudah tidak tahu harus tersipu atau menghindar. Tatapan tajam laki-laki itu membuatnya tak bisa melakukan apa-apa.

Laki-laki itu masih memegang dagunya dan menatapnya, "Pipimu juga bengkak dan kau sudah mulai pucat, kita kerumahku."

[Your Name] yang tak bisa membalas perkataan laki-laki itu. Semua hal yang terjadi pada dirinya berkecamuk di kepalanya.

=~=~=~=~=

Kini, mereka berdua berada di kediaman Mayuzumi. Rumah tetangganya, rumah di mana ia menghabiskan masa kecil yang indah, dan rumah di mana orang yang disukainya tinggal.

[Your Name] sudah mengeringkan tubuhnya dan meminjam baju Mayuzumi. Saat ini, ia duduk di atas tempat tidur Mayuzumi, sedangkan si pemilik tempat tidur duduk di kursi meja belajar yang ia hadapkan pada tempat tidur.

Mereka berada di posisi itu sejak 10 menit yang lalu. Tak ada yang berbicara, Mayuzumi memandang [Your Name] yang malah menunduk memandang selimut yang menutupi setengah tubuhnya.

Mayuzumi menghela napas berat, "Baiklah, sekarang apa yang terjadi padamu?" tanya laki-laki itu, didengar dari nada bicaranya laki-laki bersurai kelabu itu sedang sangat kesal.

Yang ditanya malah semakin menunduk, seakan-akan hal yang ia alami tidak pantas menjadi topik.

Kembali hening, [Your Name] tidak mengindahkan pertanyaan Mayuzumi beberapa menit yang lalu.

"Baiklah kalau itu yang kau mau," kata laki-laki itu akhirnya, kemudian melangkah menuju ke pintu. "Kau tidak mau di ganggu kan? Kalau begitu diam saja di sini selama mungkin, sampai kau membusuk karena kesepian dan semoga masalahmu tidak selesai."

[Your Name] terkejut mendengar ucapan laki-laki itu, matanya yang memang sudah membengkak kembali berair, "Kenapa sih kau selalu seperti ini!?" kata gadis itu kesal. "Kau tahu aku butuh ruang, aku butuh waktu untuk menenangkan diri, tidak bisakah kau mengerti keadaanku!?"

Laki-laki itu tersenyum miring, "Mengerti? Kau mau dimengerti?" kata laki-laki itu dengan nada meremehkan, "bagaimana aku bisa mengerti kalau kau tidak bilang apa yang terjadi padamu? Aku sudah memberimu ruang dengan membawamu ke sini, bahkan aku sudah memberimu waktu dengan menunggumu untuk berbicara, setelah kuberikan ruang dan waktu bukankah aku harusnya pergi dan membiarkanmu?" jelas laki-laki itu.

"Dengar, aku bukanlah yang salah di sini, kaulah yang salah, kaulah yang menutup masalahmu dan menolak untuk dimengerti."

[Your Name] terkejut lalu menggigit bibir bawahnya, apa yang dikatakan laki-laki itu benar. Dirinyalah yang salah, tetapi karena tertekan ia malah menuduh laki-laki itu.

Airmatanya kembali membanjiri pipinya, "Maafkan aku..." katanya pelan disusul isakan.

Ia bisa mendengar suara langkah lalu diikuti suara decitan tempat tidur. Sedetik kemudian, ia bisa merasakan tubuhnya ditarik ke dalam sebuah pelukan, "Apa ini karena orangtuamu?" tanya laki-laki itu.

Tangis [Your Name] pecah sembari membalas pelukan laki-laki itu, laki-laki ini tahu alasan dirinya menjadi tidak karuan seperti ini, laki-laki itu tahu bahwa dirinya tidak mengharapkan perceraian kedua orangtuanya. Dan pertanyaan tadi hanyalah untuk memastikan sebuah dugaan.

"Apa yang harus kulakukan Chihiro..."

[Your Name] tidak tahu harus melakukan apa, ia tidak ingin kehilangan kasih sayang salah satu orangtuanya, ia tidak mau berpisah dari salah satu dari mereka.

Laki-laki itu menghela nafas pelan, "Aku tidak tahu [Your Name]," jawab laki-laki itu.

[Your Name] semakin menenggelamkan dirinya ke dalam pelukan laki-laki itu. Ia tahu, laki-laki itu bahkan tidak sanggup untuk mengatakan semuanya akan baik-baik saja.

Setidaknya, perkataan itu lebih baik daripada berbohong.

=~=~=~=~=

Tuk...Tuk...

Palu Hakim telah terketuk dan memberikan putusan bahwa kedua orangtua [Your Name] telah bercerai.

Berhari-hari [Your Name] meminta agar kedua orangtuanya membatalkan perceraian mereka, tetapi tidak memberikan hasil. Mereka tetap ingin bercerai.

Tidakkah mereka memikirkan anak mereka? Bagaimana mentalnya di kemudian hari?

Dunia memang tidak adil dan kejam.

[Your Name] keluar dari ruang sidang, 'Hujan sebentar lagi berhenti,' pikirnya saat menatap hujan yang mulai berganti menjadi gerimis.

Entah kenapa, memori masa kecilnya terputar, di mana ia bermain, menonton film, atau bahkan berwisata saat liburan bersama ayah dan ibunya.

Ia rindu masa-masa itu, penuh dengan kebahagiaan dan tanpa adanya kesedihan. Penuh dengan harapan dan tak ada gambaran akan perpisahan.

[Your Name] kini membenci dunia ini, karena kebahagiannya kini hanyalah sebuah kenangan.

Ia melangkah menuju tempat keluar pengadilan, ia tak mau menunggu ibunya yang akan tinggal bersamanya atau mengucapkan selamat tinggal pada ayahnya yang akan langsung pindah ke negara lain.

Langkahnya terhenti, tatkala mendapati laki-laki bersurai abu-abu berdiri di gerbang pengadilan, "Chihiro..." katanya pelan.

Laki-laki itu menatapnya, "Bagaimana kalau kau lari sebentar dari hidupmu itu?" tanya laki-laki itu mengulurkan tangannya.

[Your Name] kembali tak dapat menahan tangisnya, ia meraih uluran tangan laki-laki itu.

Selalu saja, apapun yang terjadi padanya, laki-laki itu pasti menemukan cara agar dirinya sedikit melupakan hidupnya ini walau hanya sementara.

Duniaini tidak adil dan kejam, tetapi di saat yang sama sangat indah.


=~=~=~=~=

Entah kenapa seketika ingat Mikasa XD

Sebenarnya Mahouka punya dua Chihiro, tapi yang satu belum selesai.

Siapa yang di kotanya hujan melulu? //angkat tangan.

Ok mungkin itu aja,

See you next Oneshots!

MK♥

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top