Aku Berharap Kau Bahagia [Aomine x Reader]
Hallo~ Mahouka kembali dengan Aomine (lagi)
Maaf minggu lalu dan kemarin Mahouka gak bisa update, ada masalah projek real life :'D DAN ITU SENI. I HATE SENI SO MUCH :''''''
Cuqup :v
Yang penting Mahouka update hari ini
ini request dari NurRahmadania2 terima kasih sudah request! entahlah doi masih inget atau nggak :'D
Enjoy~!
Warnings: Typo(s), OOC, alurnya gaje, de-el-el
=~=~=~=~=
[Your Name] membuka matanya, mendapati smartphonenya bergetar pertanda pesan masuk.
Ia bangkit lalu mengucek matanya, di layar smartphonenya tertera nama Aomine Daiki. Senyumnya tanpa sadar mengembang.
From: Aomine Daiki
To: [Full Name]
Ayo kita ke café depan toko buku yang menjual majalah Mai-chan sepulang sekolah, aku akan menunggumu di gerbang.
Senyum [Your Name] belum pudar dari bibirnya. Tangannya yang lentik mulai menekan keyboard di layar touch screen smartphonenya.
To: Aomine Daiki
From: [Full Name]
Baiklah Aho.
[Your Name] lalu beranjak dari kasurnya dan bersiap ke sekolah.
=~=~=~=~=
[Your Name] menatap jam yang berada di atas papan tulis kelasnya, rasanya jarum detiknya berputar begitu lambat, padahal tinggal lima menit sebelum pulang sekolah.
[Your Name] mulai menghitung dalam hati, '3... 2... 1...'
KRING!!
Bel Akademi Touo berbunyi nyaring pertanda jam pelajaran telah selesai.
Setelah menunggu selama kurang lebih 7 jam mata pelajaran, akhirnya bel surgawi itu berdering ke seluruh antero Akademi Touo.
[Your Name] membereskan barang-barangnya dengan terburu-buru, lalu menuju ke meja yang berada dua baris di depannya, "Yuki!" panggil [Your Name] pada teman sekelasnya, Fuyumi Yukino.
Gadis bersurai hitam itu menatap [Your Name], "Ada apa?" tanyanya malas-malasan.
[Your Name] mengembangkan senyumnya, "Hari ini aku ijin tidak masuk latihan klub," katanya masih tersenyum, "aku ada urusan dengan Daiki," lanjutnya.
Gadis di hadapannya itu tersenyum maklum, mengetahui temannya ini sedang ingin mengadakan kencan dengan orang yang disukainya, "Baiklah pergi sana," ujar gadis itu, "aku akan memberi tahu senpai. Dan kalau jadian, jangan lupa mentraktirku."
[Your Name] mengangguk, "Kutraktir apapun yang kau mau!" kata [Your Name], kemudian mulai beranjak dan melambaikan tangannya pada Fuyumi yang masih duduk di bangkunya.
[Your Name] melangkah melewati koridor Akademi Touo dengan hati yang berbunga-bunga. Ia bahkan sampai melantunkan lagu dengan nyaring saking senangnya.
Memang ini bukan pertama kalinya ia dan Aomine pergi bersama, tetapi ini adalah pertama kali mereka hanya pergi berdua tanpa Momoi Satsuki, sahabat dari Aomine Daiki.
Namun, baru saja ia sampai di loker sepatu, hujan telah mengguyur tanah dengan tidak sabaran. [Your Name] menghela napas, apa Aomine akan membatalkan janji mereka?
"Oi [Your Name]," suara berat khas seorang Aomine Daiki merambat ke telinganya, "hujannya deras sekali," keluh laki-laki itu disusul helaan napas.
Ia mendapati raut wajah laki-laki itu berubah masam, "Apa kita tidak jadi pergi?" tanya [Your Name]. sejujurnya, ia tidak mau menanyakan hal itu.
"Tentu saja kita akan tetap pergi," kata Aomine, "apa kau bawa payung?" tanya laki-laki itu.
[Your Name] menggeleng, lalu menatap laki-laki itu dengan kesal, "Apa kau tidak ingat siapa yang menjadikan payungku sebagai tongkat baseball kemarin?" tanya [Your Name] ketus, "tentu saja kau ingat, kau kan pelakunya Aho."
Laki-laki itu berdecih, memang benar ialah yang menjadikan payung [Your Name] menjadi tongkat baseball saat bermain dengan anak-anak di taman kemarin. Dan celakanya, payung itu patah menjadi dua bagian.
[Your Name] bisa melihat laki-laki itu menggaruk tengkuknya, "Kalau begitu kita tunggu persetujuan Ryo untuk meminjam payungnya," kata laki-laki itu.
Tak sampai lima menit, laki-laki itu mengecek smartphone miliknya, "Yosh, kita sudah dapat persetujuan," kata Aomine lalu menarik lengannya menuju ke tempat penitipan payung yang berada di sisi kiri ruangan.
Aomine mengambil sebuah payung berwarna coklat tua yang di pegangannya tertulis nama Sakurai Ryo. 'Payungnya Sakurai-kun ya,' pikir [Your Name].
Aomine membuka payung tersebut dan menyuruh [Your Name] untuk mendekat, "Dengar, hujannya sangat deras dan payungnya tidak begitu besar," kata laki-laki itu lalu menarik bahu [Your Name], "jadi, kita akan berlari, ok?"
"Kenapa kita harus berlari?" tanya [Your Name] sembari menatap laki-laki yang lebih tinggi darinya itu.
Laki-laki itu berdecih, "Kan sudah kubilang, payung ini tidak begitu besar dan hujannya deras!" ujar laki-laki itu kesal, "aku tidak mau kau basah kuyup bodoh."
Wajah [Your Name] merona, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Jadi, laki-laki ini menghawatirkannya?
"Ikuti aba-abaku, dan kita akan berlari, ok?" tanya laki-laki itu, "ayo lari!" perintah laki-laki itu dan sedetik kemudian, mereka berdua berlari di bawah payung menerobos hujan.
[Your Name] mengakuinya, berlari menerobos hujan terasa menyenangkan. Apalagi dengan orang yang kau sukai.
Setelah beberapa mereka berlari, kini mereka tiba di depan sebuah café, "Masuklah dan pesankan aku burger teriyaki seperti biasa dan jangan lupa susu pisang untuk minumnya," pesan laki-laki itu, selang beberapa saat laki-laki itu sudah berada di toko buku yang bersebrangan dengan café itu.
[Your Name] mengembangkan senyum lalu menggeleng pelan. Laki-laki itu memang selalu seperti itu, datang ke tempat ini hanya jika majalah gravure terbaru Mai-chan sudah terbit.
Suara lonceng kecil di atas pintu café itu berdenting pelan saat [Your Name] masuk. Ia lalu duduk di kursi yang berada di samping etalase, kemudian ia memesan makanan untuknya dan laki-laki yang datang bersamanya.
[Your Name] melihat keluar etalase, bibirnya kembali mengembangkan senyum tatkala melihat laki-laki bersurai navy blue itu keluar dari toko buku sembari memegang payung.
Bel pintu café itu kembali berdenting, saat Aomine masuk dengan tubuh yang agak basah, "Kau sudah pesan?" tanya laki-laki itu sesaat setelah melihat [Your Name].
[Your Name] mengangguk, "Sudah kok, tenang saja," kata [Your Name].
Setelah duduk laki-laki itu mengeringkan kepalanya dengan handuk yang ia bawa, [Your Name] merasakan laki-laki itu menatapnya, "Bajumu basah," kata laki-laki itu.
[Your Name] menatap bajunya, "Namanya juga kehujanan," kata [Your Name] acuh tak acuh.
Laki-laki itu berdecih, lalu mengorek-ngorek isi tasnya. Tak lama kemudian, sebuah handuk putih kecil dilempar dan mendarat tepat di kepala [Your Name], "Berterima kasihlah, aku membawa dua handuk, keringkan bajumu," kata laki-laki itu, "dan tenang saja itu bersih."
Lagi, jantung [Your Name] kembali berdetak dengan kencang. Tingkah laki-laki ini tidak baik untuk jantungnya.
"T—terima kasih," kata [Your Name] pelan kemudian menggunakan handuk itu.
Mereka berdua diam, sibuk mengeringkan tubuh mereka masing-masing.
Jantung [Your Name] masih berdetak dengan cepat, sudut matanya menangkap sosok laki-laki di hadapannya. Wajahnya mulai menghangat.
[Your Name] tahu, semakin ia memendam perasaan ini, semakin sulit kesempatan yang akan ia dapatkan untuk menyatakannya.
Ia bertekad, untuk menyatakannya sekarang.
"D—daiki," panggilnya dengan susah payah, "itu, em—" [Your Name] sulit menemukan kata-kata, "apa kau menyukai seseorang?" tanya [Your Name] akhirnya.
Ia mengutuk dirinya dalam hati.
Laki-laki itu berhenti mengeringkan kepalanya, lalu mengalihkan pandangannya. Meskipun tidak begitu terlihat, sebuah semburat merah tipis berada di pipinya.
Laki-laki itu menggaruk belakang kepalanya, "Karena kau menanyakannya... kurasa iya," kata Aomine.
Aomine lalu tersenyum lebar, "Aku baru menyadarinya," kata laki-laki itu lagi, "dia selalu memberiku perhatian, membalas pesanku setiap pagi, menyetujui semua rencanaku tanpa membantah, dan... aku begitu dekat dengannya."
Wajah [Your Name] semakin memerah. Apakah yang di maksud laki-laki itu adalah... dirinya?
"Daiki aku—"
"Aku menyukai Satsuki."
Belum sempat [Your Name] menyelesaikan pernyataan cintanya, laki-laki itu malah mengugkapkan ia menyukai gadis lain.
Airmata membendung di pelupuk mata [Your Name], rasanya hatinya hancur berkeping-keping saat itu juga.
Harusnya ia tahu, bahwa laki-laki itu memberinya perhatian hanya karena mereka teman, salahnya sendiri megharapkan laki-laki itu.
Dan orang yang paling dekat dengan laki-laki itu adalah, Momoi Satsuki.
[Your Name] dengan cepat mengembangkan senyumnya setulus mungkin, "Momo-chan gadis yang baik," kata [Your Name].
Laki-laki di hadapannya tersipu, "Ya begitulah," katanya, "aku akan menyatakan perasaanku padanya."
"Kuharap dia akan menerima perasaanmu," kata [Your Name], "dan aku juga berharap kalian bahagia."
Ya, hanya inilah yang bisa ia lakukan. Mengharapkan laki-laki yang dicintainya berbahagia dengan gadis lain.
=~=~=~=~=
Yap, yap, seperti yang perequest mau, readernya di php. sebenarnya Mahouka nggak yakin dengan adegan php di sini, rasanya nggak pas gitu, tapi udah ganti alur sampai empat kali Mahouka menyerah dan berharap ini yang terbaik :'D
Dan karena request bentar lagi habis, doakan Februari nanti Mahouka buka request lagi ^^
Mungkin itu saja dari Mahouka~
See you next OneShots!
Yanagawa Ashita, wifunya Shoutan
MK♥
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top