Where's Dad and Mom? (Sequel of "Help Me, Nii-chan")

Genre: Family
Rate: T

  Yey! Saya kembali dengan hasil demo readertachi yang minta sequel-an "Help Me, Nii-chan" (?) Khususnya TsukiNeko_ yang sudah request part ini! Nee, mungkin agak gimana gitu(?) Tapi saya harap readertachi tetap suka!
Saa, jaa mata, readertachi!

  Pagi itu (First name) telah bangun dari tidur nya. Mendudukkan diri, (First name) lalu mengarahkan pandangan ke segala arah. Ekspresi bingung tampak di wajahnya ketika mengetahui bahwa ia telah berada di kamar miliknya sendiri.

  "Bukannya tadi malam aku berada di kamar nii-chan? Mengapa sekarang aku bisa berada di sini?"

  (First name) menatap jam weker yang berada di nakas. Rupanya hari ini libur. Beranjak dari ranjang, gadis itu berniat untuk melakukan rutinitas pagi nya. Karena hari libur, bukan berarti ia bisa bermalas-malasan.

  (First name) segera turun menuju dapur. Hari ini dia harus memasak untuk sarapan. Tangga di rumah ia turuni. Sesampainya di dapur, gadis itu mendapati kakak nya yang tengah mencuci pisau. Tak hanya itu, (First name) juga melihat makanan yang sudah tersaji di meja makan.

  'Huh? Tidak ada daging. Lalu untuk apa pisau itu?' Batin (First name) bertanya. Tak mau ambil pusing, gadis itu segera mendudukkan diri di samping meja makan. Menu sarapan pagi itu adalah roti bakar ditemani sosis dan telur goreng.

  "Um... Nii-chan? Mengapa hanya ada dua porsi di sini?" Tanya (First name) saat mengetahui jumlah porsi yang tersaji di meja makan.

  Merasa terpanggil, Tatsuya menengok ke arah adiknya. "Tou-san dan kaa-san ada urusan pagi-pagi sekali. Karena itu mereka sudah sarapan lebih dulu." Jelasnya sambil menempatkan pisau yang telah selesai dicuci ke tempatnya.

  "Oh... Seperti itu..." Balas (First name) seraya mengangguk paham.

  Tatsuya tersenyum kemudian menyusul sang adik yang tengah menikmati sarapan nya di meja makan.

  "Nee, nii-chan. Hari ini aku akan mengerjakan tugas di rumah teman. Apa boleh?"

  "Tentu saja. Tapi jangan pulang malam."

  "Benar boleh? Baiklah, nii-chan! Arigatou gozaimasu!" Seru (First name) senang karena mendapatkan izin.

  Kembali Tatsuya tersenyum. Setelah itu mereka berdua segera melanjutkan acara makan. (First name) selesai lebih dulu. Gadis itu segera mencuci piringnya lalu berlari menuju kamar, bersiap untuk pergi.

  "Ittekimasu, nii-chan!" Teriak (First name) dari pintu depan lalu berlari keluar rumah.

  "Itterasshai." Balas Tatsuya sambil tersenyum geli melihat tingkah adiknya.

  Saat sekiranya sang adik telah pergi dari rumah, Tatsuya segera berjalan menuju kamar kedua orangtua nya. Sebelumnya ia sudah membereskan meja makan terlebih dahulu.

  "Aku harus membersihkan semua ini." Ujar Tatsuya sesampainya di kamar kepada dirinya sendiri setelah sebelumnya menghela nafas lelah.

  Kondisi kamar kedua orangtua Tatsuya bisa dibilang mengerikan. Kasur king sized di ruangan itu tampak berantakan. Sprei, bed cover, dan dua buah bantal di kasur diselimuti oleh bekas darah yang sudah mengering. Jika kalian bertanya mengapa kondisi kamar bisa seperti itu, jawabannya hanya satu, yaitu Tatsuya. Ya. Putra tunggal keluarga Himuro itulah penyebab kekacauan di kamar kedua orangtuanya. Tatsuya membunuh ayah dan ibunya sendiri. Mengapa? Semua karena rasa sayangnya kepada sang adik. Ia tak terima mengetahui perlakuan kasar yang ditujukan kedua orangtuanya untuk (First name).

  Tatsuya berjalan ke sudut kamar, mengikuti jejak darah yang berasal dari kasur. Di sudut kamar itu, terdapat sebuah tumpukan selimut. Tatsuya menyingkapnya hingga tampak lah dua mayat dengan kondisi mengenaskan. Keduanya memiliki luka tusuk di leher dan sayatan yang membentang ke dada. Helaan nafas keluar dari pemuda tampan itu. Kemudian ia tersenyum lelah.

  "Aku juga harus membereskan ini." Ucapnya kepada diri sendiri lalu mengurus dua mayat tersebut.

.

  (First name) berlari ke rumah nya. Tugas yang ia kerjakan baru selesai saat hari sudah siang. Ketika gadis itu masuk ke rumah, hanya kekosongan yang ia dapati. Kedua orangtuanya tak ada, begitu pula sang kakak.

  "Nii-chan! Kau sedang apa?" Seru (First name) tatkala ia mendapati sang kakak tengah mengubur sesuatu di halaman belakang rumah.

  Tatsuya menengokkan kepala menatap adiknya sambil tersenyum. "Hanya mengubur sesuatu." Jawab Tatsuya seadanya.

  "Apa itu?" (First name) mendekatkan diri ke arah kakaknya.

  "Bukan apa-apa." Balas Tatsuya. "Sekarang sudah saatnya makan siang 'kan? Ayo makan. Kali ini nii-chan akan memasak menu makan siang kesukaanmu." Tambah Tatsuya untuk mengalihkan pembicaraan.

"Eh, tapi—"

  "Sudahlah. Sekali-kali kau istirahat." Sela Tatsuya sembari menarik adiknya memasuki rumah.

.

  (First name) hanya berbaring dengan malas di kasurnya. Semua kewajiban nya sudah ia kerjakan. Ia sudah mandi, makan malam, mengerjakan tugas bahkan belajar untuk pelajaran besok. (First name) menengokkan kepala ke arah nakas, menatap jam weker yang berada di sana.

  "Sudah petang tapi tou-chan dan kaa-chan belum juga pulang? Mungkin lebih baik kutanya nii-chan saja." Ujar (First name) kemudian bangkit dari kasur dan berjalan ke luar kamar menuju kamar sang kakak.

  "Tak usah khawatir." Ucap Tatsuya ketika sang adik sudah berada di kamarnya dan menanyakan keberadaan ayah dan ibu mereka.

  (First name) menghela nafas. "Baiklah... Arigatou gozaimasu, nii-chan." Ucap gadis itu sebelum akhirnya keluar dari kamar sang kakak.

  Anak bungsu keluarga Himuro itu melangkahkan kaki nya menuju kamar. Saat melewati kamar kedua orangtua nya, ia melihat pintu kamar tersebut tak tertutup rapat, hal yang sangat jarang terjadi saat ayah dan ibu nya keluar rumah.

  "Huh? Tak biasanya tou-chan dan kaa-chan lupa menutup pintu jika pergi." Komentar (First name) sembari mendekatkan diri ke kamar orangtua nya. "Jika aku cek sebentar tidak apa-apa 'kan?" Tanya gadis itu kepada diri sendiri.

  Menengokkan kepala ke kanan dan kiri, (First name) segera masuk saat mendapati bahwa tak ada seorang pun yang mengawasinya. Kondisi kamar kedua orangtua nya terlihat rapi dan bersih. Bau obat pel tercium ketika gadis itu menginjakkan kakinya ke dalam. (First name) mendekatkan diri ke ranjang. Sprei di kasur itu tampak bersih dan rapi, terlihat jelas bahwa sudah diganti dengan yang baru.

  "Seingatku aku belum menggantinya." Ucap (First name) bingung.

  (First name) melangkahkan kakinya ke arah nakas. Dengan rasa penasaran tinggi, gadis itu membuka laci di sana dan mendapati dua buah handphone yang biasa dipakai oleh kedua orangtuanya.

  "Ponsel? Tidak biasanya tou-chan dan kaa-chan pergi tanpa ponsel." (First name) mulai merasa curiga, lalu ia ambil dua buah ponsel itu dari nakas. "Mungkin nii-chan tahu sesuatu." Lanjut gadis itu kemudian membalikkan badan, berniat menemui sang kakak.

  Akan tetapi tepat ketika (First name) membalikkan badan, sosok sang kakak sudah berdiri di hadapannya. Senyuman terpampang di wajah tampan pemuda berponi sebelah itu.

  "Nii-chan, apa benar tou-chan dan kaa-chan pergi?" Tanya (First name) ragu.

  "Tentu saja." Jawab Tatsuya sambil tersenyum meyakinkan.

  "Benarkah? Nii-chan tidak berbohong 'kan?"

  "Nii-chan tidak berbohong, (First name)"

  "Tapi aku tidak percaya. Entah mengapa aku merasa kau tidak sepenuhnya jujur, nii-chan."

  Mendengar ucapan adiknya, Tatsuya hanya menatap gadis itu masih dengan senyuman. Akan tetapi, perlahan senyuman lembut pemuda itu berubah. Senyuman lembut nya berganti menjadi sebuah senyuman aneh yang membuat (First name) sempat bergidik ngeri.

  "Mereka benar-benar telah pergi, (First name). Mereka telah pergi ke akhirat. Ke surga. Ya, ku harap begitu." Ujar Tatsuya sambil memperpendek jarak antara dirinya dengan sang adik. "Dan jika kau tanya siapa yang melakukannya, maka jawabannya adalah aku." Tambahnya sembari membelai lembut pipi (First name).

  Bagai menatap mata medusa, gadis bersurai (Hair colour) itu hanya membatu memandang sang kakak dengan kedua bola mata terbelalak kaget. Perlahan airmata menggenangi manik (Eyes colour) nya. Ponsel yang ia bawa tanpa sadar terjatuh ke lantai.

  "Mengapa?" Tanya (First name) dengan pandangan tak percaya sambil melangkah mundur, menjauhi kakaknya.

  "Karena mereka sudah menyakitimu."

  (First name) menggeleng pelan, tak mau mempercayai ucapan kakaknya. Tatsuya yang melihat itu tersenyum sendu.

  "Apa kau takut padaku?" Tanya Tatsuya masih dengan senyuman sendunya.

  Sang adik menggeleng lagi. Ia terisak. Perasaannya kacau. Ia sedih, merasa bersalah dan sedikit emosi karena ucapan kakaknya.

  "Tidak... Aku hanya sedih. Mengapa nii-chan melakukan semua ini? Apakah nii-chan tidak apa-apa tanpa tou-chan dan kaa-chan? Apakah semua ini salah ku? Maaf..." Ucap gadis itu di tengah tangisnya.

  (First name) segera menerjang sang kakak kemudian memeluknya erat. Tangisnya pecah. Ia benamkan wajahnya ke dada bidang Tatsuya dan kembali menangis terisak. Berulangkali kata "maaf" ia ucapkan.

  "Tak apa. Bukan salahmu. Aku sendiri yang menginginkannya." Ujar Tatsuya menenangkan sambil membelai lembut punggung adiknya.

  "Tapi—"

  "Sssh..." Tatsuya memotong ucapan (First name). "Sudah kubilang tak apa. Jangan menangis lagi. Kau mau membuat nii-chan sedih?" Tanya Tatsuya lalu mendongakkan kepala adiknya.

  (First name) menggeleng pelan, isakannya perlahan reda. Tatsuya tersenyum lembut lalu menghapus jejak airmata gadis itu.

  "Saa, saatnya makan malam. Biarkan nii-chan yang memasak lagi kali ini." Ujar Tatsuya dengan tangan yang menepuk-nepuk pelan kepala sang adik.

  Sejenak (First name) hanya diam. Tapi kemudian ia ikut menghapus airmata nya lalu tersenyum senang.

  "Um! Arigatou, nii-chan! Biar aku membantumu!" Balas (First name) sambil mengangguk senang, tak lagi terisak seperti tadi.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top