Video (Nijimura x Reader)

Genre: Angst (?)

Rate: T

Minna, kali ini ada author note sebelum cerita dimulai! Saa, saya cuma mau bilang kalau ini request dari Mahouka-san. Arigatou atas request nya, ne! Hope you will like it!

  Seorang pemuda tengah duduk meringkuk di sudut kamarnya yang gelap. Hanya cahaya mentari senja dari jendelanya yang terbukalah satu-satunya pencahayaan di kamar tersebut. Memang tak ada niat sedikitpun dalam dirinya untuk sekedar menyalakan lampu.

  Di tangannya tergenggam handycam yang terus-menerus memutar sebuah video. Pemuda berambut hitam itu hanya menatap nanar video yang ada. Sebuah video dimana dirinya dan seorang gadis bersurai (Hair colour) tengah bersenang-senang. Bergandengan tangan, tertawa bersama, dan saling membagi senyum adalah hal yang mereka lakukan.

  Semua yang ada di dalam video tersebut tampak begitu kontras dengan penampilannya saat ini yang sangat kacau. Pelupuk matanya bengkak akibat menangis, bahkan jejak airmata belum juga hilang dari pipinya.

  "Mengapa kau meninggalkanku begitu cepat?", tanyanya entah kepada siapa. "Mengapa kau lebih mementingkan cincin itu? Dasar bodoh", sebuah dengusan geli yang dipaksakan terdengar.

  Berbagai pertanyaan yang entah ditujukan kepada siapa ia lontarkan. Sambil menatap sendu video yang ada, ingatannya melayang ke suatu kejadian yang tak akan pernah ia lupa.

-flashback-

  Seorang pemuda berambut hitam tengah berjalan bersama seorang gadis bersurai (Hair colour) ke taman kota. Kedua tangan mereka saling bergandengan. Dan dengan riangnya mereka berjalan.

  "Shuuzou-kun, ayo membuat video!", seru gadis itu dengan riang kepada si pemuda berambut hitam. Sebuah handycam sudah berada di tangannya.

  Pemuda berambut hitam bernama Shuuzou, lebih tepatnya Nijimura Shuuzou itu tersenyum geli lalu mengacak-acak rambut gadis didepannya.

  "Dasar. Baiklah. Biar aku yang merekam", tawarnya.

  Dengan senang hati gadis itu memberikan handycam yang tadinya ia bawa. Nijimura kemudian mulai mengambil video gadis tersebut.

  "Hai, hai, minna-san! Namaku (Full name)!", seru gadis itu riang sambil terus berjalan. "Teman-temanku memanggilku (Your name). Tapi, kekasihku memanggilku 'Taiyou'. Aneh 'kan?", kemudian (Your name) menggembungkan pipinya yang chubby.

  Nijimura menahan tawa melihat aksi lucu kekasihnya. Ya, dia adalah kekasih (Your name) sejak mereka kelas tiga SMP. Dan sekarang, keduanya telah berkuliah di universitas yang sama.

  Nijimura memang memanggil (Your name) dengan 'Taiyou'. Dia bilang, karena matahari dan pelangi selalu muncul bersama setelah hujan. Dan pelangi tak akan pernah terlihat jika tak ada matahari. Oleh karena itu, Nijimura mengibaratkan dirinya pelangi, dan matahari adalah kekasihnya sendiri.

  "Oh iya! Mari kuperkenalkan kalian kepada kekasihku!", seru (Your name) kemudian langsung mengambil handycam dari tangan Nijimura.

  "T-Taiyou! Oi! Jangan merekamku!", Nijimura berusaha merebut kembali handycam yang dibawa (Your name).

  Namun gadis manis itu tak menghiraukan. Dia tetap merekam Nijimura dengan senangnya.

  "Nee, minna-san! Ini dia kekasihku. Si Tuan Pelangi! Eh, ano.. maksudku Nijimura Shuuzou", ucap (Your name) kemudian tertawa geli.

  Pemuda berambut hitam itu hanya bisa pasrah. Namun pada akhirnya, mereka justru membuat video bersama. Dan ketika sepasang kekasih itu tengah duduk di bangku taman melihat video yang tadi mereka buat, tiba-tiba Nijimura berlutut di hadapan (Your name). Tak menghiraukan tatapan dari pengunjung taman yang lain.

  "Nee, Taiyou. Iie, maksudku (Full name)", Nijimura mulai mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya. "Will you marry me?"

  Kemudian dibukanya kotak kecil itu. Tampaklah sebuah cincin yang begitu indah berhiaskan sebuah permata kecil di tengahnya. Berkat apa yang dilakukan oleh Nijimura, kini wajah (Your name) menjadi semerah kepiting rebus. Dia hanya bisa menutup mulutnya dengan kedua tangan tak percaya.

  "S-Shuuzou-kun. A-apa kau yakin? M-maksudku.. apa yang..", (Your name) bingung harus bereaksi seperti apa. Dia senang sekaligus tak menyangka.

  "Apakah aku terlihat sedang bercanda?", Nijimura menatap kedua manik (Eyes colour) milik gadis itu.

  "I-Iie"

  Hening melanda sesaat. Kemudian, setelah memikirkan jawaban yang tepat, (Your name) pun mengangguk. Senyuman terkembang di pipinya. Nijimura ikut tersenyum. Lalu ia mulai memasangkan cincin tersebut di jari manis (Your name).

  "Kalau begitu ayo pulang,-", ucap Nijimura sambil bangkit dari posisinya tadi. "Taiyou-chan", Nijimura mengulurkan tangannya bak pangeran.

  "T-tak usah menambah sufiks '-chan', Shuuzou-kun", dengan malu-malu (Your name) menerima uluran tangan tersebut.

  Nijimura hanya tersenyum. Lalu sepasang kekasih itu segera melangkahkan kaki pulang. Di perjalanan, (Your name) terus saja memandangi cincin pemberian Nijimura. Tak henti-hentinya ia mengagumi cincin tersebut.

  "Kireii~ Shuuzou-kun pintar memilih cincin ya~", puji (Your name). Cincin tadi ia lepas dan terus saja ia pandangi.

  "Hey, berhentilah memandangi cincin itu. Lihatlah ke jalan", ucap Nijimura khawatir.

  Gadis itu tetap saja menatap cincin miliknya dengan kagum. Karena hal itulah kemudian ia tanpa sengaja menabrak orang lain. Membuat cincin yang tadi dia pegang terjatuh, menggelinding ke jalan raya.

  "Woooaa! Cincinnya!", tanpa melihat jalan gadis manis itu langsung saja mendatangi cincin tadi.

  Beruntung jalanan sedang sepi saat itu. (Your name) telah mendapatkan kembali cincin miliknya.

  "Shuuzou-kun, aku menemukannya!", seru gadis itu senang sambil melambai ke arah Nijimura.

  "(First name)! Cepat kemari!", Nijimura berteriak. Ekspresinya tak dapat didefinisikan. Rasa takut dan khawatir bercampur menjadi satu didalamnya.

  Memang saat (Your name) mendatangi cincin itu, jalan sedang sepi. Namun ketika ia sudah mendapatkan cincin tadi, tiba-tiba sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi.

  (Your name) mengetahui hal itu. Namun dia hanya bisa menatap mobil tersebut dengan tatapan takut. Kakinya tak mau bergerak seolah sudah terpaku di tengah jalan. Waktu seakan-akan berjalan sangat lambat. Hingga pada akhirnya, mobil tersebut menabrak tubuh kecil (Your name).

  "(First name)!", seru Nijimura lalu sesegera mungkin mendatangi kekasihnya itu.

  Tubuh gadis itu kini telah berlumuran darah. Namun ia masih memiliki sedikit kesadaran. Mobil yang tadi menabrak meninggalkannya begitu saja. Nijimura langsung menggendong kekasihnya itu ke tepi jalan. Sesegera mungkin ia menghubungi ambulan.

  "S-Shuuzou.. -kun.. cincinnya.. bisa ku.. dapatkan..", ucap (Your name) lirih sambil tersenyum.

  "Bodoh! Jangan berbicara! Sebentar lagi ambulan akan datang!", ucap Nijimura khawatir.

  Tak lama kemudian ambulan datang. Gadis itu lalu dibawa ke rumah sakit. Di perjalanan, Nijimura terus saja menggenggam tangan kekasihnya dengan erat.

  "Bertahanlah.. kumohon..", ucap Nijimura lirih.

  (Your name) hanya tersenyum. Pandangannya mulai mengabur. Dia tak yakin bisa mempertahankan kesadarannya sampai di rumah sakit. Perlahan, kedua mata gadis itu tertutup.

  "(First name)..", gumam Nijimura.

.

  Mereka telah sampai di rumah sakit. Gadis malang itu langsung mendapatkan perawatan pertama. Nijimura dengan sabar menunggu. Hingga akhirnya, dokter keluar dan memberi kabar yang membuat jantung pemuda itu seakan berhenti.

  (Your name), kekasihnya yang baru saja dia lamar, hari itu juga menghembuskan nafas terakhirnya. Karena gadis itu sudah kehilangan banyak darah saat perjalan ke rumah sakit.

  Dengan langkah gontai, Nijimura mendatangi kamar dimana (Your name) masih terbaring. Kedua iris matanya yang indah telah tersembunyi di balik kelopak matanya.

  "Kau.. meninggalkanku.. tepat ketika aku melamarmu?", airmata mulai menggenang di kedua pelupuk mata Nijimura. Digenggamnya tangan (Your name) yang kini mulai terasa dingin. "Tega sekali kau..", lanjutnya dengan suara serak.

  Semua perasaan berkecamuk di dalam hati Nijimura. Baru saja hari itu dia mendapatkan kebahagiaan, dan di hari itu juga kebahagiaan tersebut direnggut. Sungguh ironis. Kini, apa yang bisa ia lakukan? Tak ada. Dia hanya bisa menerima kenyataan pahit itu saja.
-End of flashback-

  "Seandainya kau tidak mengambil cincin bodoh itu. Kau pasti ada disisiku sekarang", ucap Nijimura. Kepedihan terdengar jelas dalam nada bicaranya.

  Matahari telah sepenuhnya tenggelam. Kini hanya cahaya bulan yang menggantikannya. Nijimura masih saja duduk termenung di sudut kamar, tak sedikitpun ingin beranjak dari sana.

  Tok. Tok. Tok.

  Suara ketukan pintu terdengar. Sesosok wanita paruh baya memasuki kamar yang gelap tersebut. Kemudian, tangannya menekan saklar lampu, menampakkan Nijimura dengan kondisinya yang kacau. Wanita itu mulai menghampiri Nijimura.

  "Shuuzou, berhentilah seperti itu. Kau akan membuat (First name)-chan sedih disana", suara lembut dari wanita tadi terdengar.

  Nijimura tidak menanggapinya. Dirinya terlalu sedih sekalipun untuk menjawab pertanyaan sang ibu. Sejujurnya dia tak ingin membuat (Your name) sedih, tapi tak bisa dipungkiri juga bahwa dia masih mengingat jelas kejadian kemarin.

  "(First name)-chan baru dimakamkan tadi. Biarkan dia di alam sana dengan tenang, Shuuzou. Relakan dia", tutur sang ibu dengan lembut sekaligus penuh kesedihan. "Kalau kau sudah selesai, turunlah, makan malam telah siap", kemudian perempuan paruh baya itu meninggalkan kamar sang anak.

  Namun Nijimura tetap tak bergeming. Dia tetap duduk disana, memandang video yang entah sudah berapa kali ia putar. Kenangan-kenangan akan kekasihnya itu terus saja terulang didalam otaknya. Apalagi saat ia melihat cincin yang tergeletak tepat disampingnya. Cincin yang telah membuat (Your name) bahagia sekaligus membuat nyawa gadis tersebut melayang.

  "Shuuzou-kun"

  Sebuah suara yang sangat dikenal Nijimura terdengar. Sontak pemuda itu langsung menengadahkan kepala mencari sumber suara. Dan kedua bola mata obsidian nya membulat sempurna saat mendapati sosok yang begitu ia kenal berada tepat didepannya. Sosok yang seharusnya sudah tak ada lagi di dunia ini.

  "Taiyou..", gumam Nijimura lirih. Sebuah rasa ketidakpercayaan tergambar jelas di kedua bola matanya.

  Tawaan geli terdengar, disusul senyuman manis dari si pemilik suara. "Konbanwa, Shuuzou-kun"

  "Kenapa kau bisa disini?", tanya Nijimura. Kedua tangannya mengepal erat. Kebahagiaan sekaligus kepedihan menjadi satu dalam hatinya.

  Kini didepan pemuda tersebut ada sosok yang begitu ia rindukan. (Your name), kekasihnya yang baru tadi siang dimakamkan kini berada tepat didepannya. Namun tubuh gadis itu tampak tembus pandang, kulitnya pucat dan pandangannya kosong. Tapi senyuman manis tetap melekat dibibirnya.

  "Aku tidak bisa pergi dengan tenang, Shuuzou-kun. Shuuzou-kun belum merelakanku", ucap (Your name) mengabaikan pertanyaan Nijimura. "Onegai, relakan aku, Shuuzou-kun", tambahnya dengan senyuman sendu.

  "Seandainya aku bisa, aku telah merelakanmu. Tapi, mana mungkin pelangi dapat melupakan matahari? Tanpanya pelangi bahkan tak ada", balas Nijimura. Dia menatap arwah kekasihnya itu dengan senyuman.

  Namun (Your name) tahu, senyuman itu menyimpan rasa sakit yang begitu dalam. Dengan perlahan, kekasih Nijimura itu memeluk sosok pemuda didepannya.

  "Iie, matahari tak akan pernah menghilang. Sekalipun iya, dia hanya akan menghilang sesaat waktu malam. Di siang hari, dia tetap berusaha bersinar sekalipun awan menutupinya", ujarnya dengan lembut. "Dan pelangi tetap akan terbentuk walaupun tak ada matahari. Bukankah kau bisa melihat warna pelangi dalam gelembung? Atau bahkan kau bisa membuatnya sendiri dengan memadukan beberapa warna"

  Nijimura tak bisa merasakan pelukan itu. Dia bahkan tak menghiraukan ucapan kekasihnya. Biarlah dia egois, karena jika dia merelakan (Your name) maka gadis itu tak akan bisa lagi ia lihat. Tapi, di satu sisi, hati kecilnya tak ingin membuat arwah gadis itu menderita. Walaupun Nijimura tak tahu apakah kekasihnya itu menderita atau tidak.

  (Your name) menyadari apa yang dipirkan kekasihnya. Nijimura begitu menyayanginya, dan hal tersebutlah yang membuat pemuda itu susah untuk merelakannya.

  "Shuuzou-kun, onegai, relakan aku. Aku yakin, suatu saat nanti kita akan bertemu lagi. Onegai, Shuuzou-kun. Onegai..", pelukan (Your name) semakin erat. Bahkan kedua bola matanya kini mengeluarkan airmata.

  Melihat hal itu, airmata Nijimura ikut menetes. Bodohnya dia, telah membuat kekasihnya menangis bahkan saat gadis itu sudah tak ada lagi di dunia. Baiklah, kini keputusannya telah bulat.

  "Pergilah", titah Nijimura singkat.

  (Your name) hanya menatap pemuda itu. Pandangannya menyiratkan kebingungan.

  "Pergilah. Aku merelakanmu. Tidak, maksudku aku akan berusaha merelakanmu", tambahnya sambil menatap (Your name).

  Gadis itu tersenyum. Ia mulai melonggarkan pelukannya. Perlahan tubuh gadis itu semakin memudar.

  "Arigatou, Shuuzou-kun. Iie, arigatou, watashi no niji", ucap (Your name) untuk yang terakhir kali sebelum tubuhnya benar-benar menghilang.

  "Taiyou..", sekali lagi Nijimura hanya bisa menggumamkan nama panggilan gadis itu.

  Mulai sekarang, dia harus berusaha merelakan kekasihnya. Sekalipun Nijimura yakin hal itu tak akan mudah. Dan dia tak yakin apakah dirinya bisa menjalani hidup tanpa gadis yang telah membawa pergi sebagian hatinya itu. Dia hanya bisa berharap suatu saat mereka akan dipertemukan kembali. Walaupun Nijimura tidak sepenuhnya percaya hal itu bisa terjadi.

.

A/N:
Readertachi, bagaimana fic angst saya yang pertama ini? Tidak dapat feel nya ya? Duh, saya masih perlu belajar membuat angst. Kalau begitu, vote and comment selalu ditunggu! Tak lupa keripik sambalnya!
Saa, jaa matta, readertachi~!


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top