That XX (Kise x Reader)

Genre: Songfic, Romance, Hurt/Comfort (?)
Rate: T

Warning: Cursing, absurd, hasil ketikan cepat jadi ada kemungkinan typo, tidak dianjurkan untuk anak-anak karena saya tidak mau memberi kalian tambahan kosa kata anu (?)

I was walking down the street
when I saw your man (Yeah I saw him)
I saw that my predictions were right (I told you)
He took off the ring you gave him
and linked his arm around someone
I’ll just leave it
at that (I don’t wanna hurt you)

  Aku melihatnya.

  Aku melihat kekasihmu yang merangkap sebagai rekan basketku dulu—yang sejujurnya tak mau lagi kuanggap begitu. Ya, pemuda berambut sewarna langit malam yang sangat kau puja-puja. Laki-laki berengsek yang berani-beraninya—dan sesuai prediksiku—melepaskan cincin pemberianmu dulu. Dan brengseknya lagi, dia sekarang tampak mengaitkan tangannya dengan orang lain. Kelihatan terlalu asyik berjalan melihat-lihat toko di pinggir jalan sampai-sampai tak menyadari rambut kuning mencolok milikku.

  Tapi, mau sejengkel apapun perasaanku sekarang, mau seberapa besar keinginanku untuk memoles wajahnya dengan alas sepatuku ini, aku tak akan melakukan itu.
 
  Aku pergi.

  Pergi menuju apartemenmu dengan tujuan mulia—memberitahukan kejadian super ini kepadamu. Walaupun jujur, aku tidak mau menyakitimu.

But you actually get mad at me (Why?)
Saying that there’s no way
he’d do that (Sure you’re right)
I became aware of you being upset
And I said I must have seen someone else
Yes, I’ll lie for you (I’m sorry)

  "Apa yang kaukatakan, Ryouta?! Daiki tidak mungkin seperti itu! Kau pasti salah lihat!"

  Kanapa menyangkal? Kau tidak percaya padaku? Kenapa? Aku ini sahabatmu. Jadi mana mungkin aku membohongimu, apalagi tentang hal seperti ini.

  Yah, walau sebenarnya aku ingin sekali berbohong—melebih-lebihkan sikap jeleknya agar ia menjadi buruk sekali dimatamu.

  "Tapi aku melihatnya sendiri, (Your name)cchi..."

  "Mana buktinya?!"

  Kampret.

  Aku menyesal karena saat itu lupa untuk mengambil gambarnya dengan handphone-ku.

  "Kau benar. Mungkin aku salah lihat-ssu. Gomenne, (Your name)cchi."

Oh I hate you for not knowing me
I hate this waiting
Please let go of his hand now
When you are sad,
I feel like I could die baby

  Aku duduk. Tidak sendirian. Didepanku sekarang ada kau dan si berengsek itu. Sedang duduk di sofa yang sama dengan tangan saling terkait.

  Singkatnya, aku, Kise Ryouta, model tampan yang tengah naik daun ini sedang jadi obat nyamuk.

  Jika saja si hitam dekil itu tidak datang tiba-tiba saat aku sedang asyik berduaan denganmu, aku tak akan jadi dekorasi di ruangan ini. Kenapa aku tidak pergi? Please, jarak dari apartemenku ke apartemen ini tidak sedekat jarak antara jari tengah dengan jari manis.

  Sial. Sial. Sial.

  Aku benci timing yang tidak tepat ini! Kalau boleh bilang, aku benci jadi kambing congek begini! Salah tidak kalau aku tiba-tiba berseru meminta mereka melepaskan kaitan tangan itu?! Excuse me, ada orang disini! Jangan menganggap seolah kalian pemilik bumi dan makhluk lain cuma ngontrak!

  Tapi, sialnya lagi aku lebih nelangsa kalau melihatmu sedih. Mending jadi kambing congek atau obat nyamuk atau istilah apa sajalah itu daripada melihatmu bersedih.

What does that XX have that I don’t?
Exactly why can’t I have you?
That XX doesn’t love you
Until when are you going to cry like a fool?

  Astaga! Kenapa kau selalu memuji-muji dia, (Your name)cchi?! Demi gitar klasik milik senpai, apa bagusnya dia itu?! Sudah hitam, gosong, dekil, mesum pula!

  Apa yang dia punya tapi aku tidak, sih?!

  Oh, lupa.

  Semua tentang dia yang kusebutkan tadi tidak ada dalam diriku. Tapi, serius! Astaga... Dia itu tidak mencintaimu—lagi. Lihat saja sekarang! Kau bahkan menangis karena dia yang barusan membentakmu lalu pergi begitu saja!

You look happy
when you talk about him (You look happy)
You look good since you’re laughing like this (I’m happy)
You say that you really love him
That it’s going to last forever
You believe in this and I don’t know what to say no more

  "Daiki itu keren jika sedang bermain basket. Um... Tidak hanya waktu bermain basket saja, sih. Waktu tidur juga keren."

  Entah itu kalimat pujian keberapa yang kau ucapkan hari ini. Aku bahkan tak menghitung, terlalu eneg bahkan hanya untuk mendengarnya.

  Tapi, sekalipun eneg, ada hikmahnya juga. Hikmahnya? Aku bisa melihat tawamu. Karena jujur, kau terlihat sangat manis kalau tertawa. Akan lebih manis lagi seandainya sumber tawamu bukan si mesum dakian itu.

  "Ah, aku berlebihan, ya? Mungkin karena aku sangat mencintainya? Dan mungkin karena dia juga bilang kita akan terus bersama? Kau lihat sendiri, kan, Ryouta? Bagaimana Daiki tadi meminta maaf soal kemarin dan bilang begitu?"

  Fix, aku speechless.

  Ok, sepertinya diam lebih baik. Karena aku tidak mau menghapus binar penuh rasa bahagia di manikmu yang indah itu dengan mengatakan fakta soal betapa kampretnya kekasihmu.

All of your friends know him well (yup they know)
Why are you the only one
who can’t see what everyone else sees? (It’s you)
They say love is blind, oh baby you so blind
I really hope you will break up

  "Daiki itu susah diatur. Anggota basket paling semaunya sendiri saat di Teikou. Jadi, aku sempat kaget saat tahu orang sedisiplin (Your name) menjadi kekasihnya."

  "Aomine itu mesum—jelas. Lihat saja majalah yang diam-diam selalu dia bawa, nanodayo."

  "Minechin itu menyebalkan. Pelit. Tidak mau berbagi. Aku kasihan dengan (Your name)chin."

  "Ryouta~! Daiki menembakku~! Aaa... Aku senang sekali~!"

  (Your name)cchi. Dari zaman kita berada di SMP yang sama dan sampai sekarang kita berada di SMA yang beda, aku tahu kalau cinta itu buta. Tapi tidak sebuta ini juga! Kau kelewat buta, (Your name)cchi!

  Demi lucky item milik si maniak oha asa, apakah kulit gelap kekasihmu yang membuatmu begitu buta hingga bahkan untuk melihat hal yang jelas saja tidak bisa? Berapa kali harus kubilang, dia itu tidak mencintaimu lagi! Lihat saja sikapnya sekarang! Peka dong, (Your name)cchi! Peka! Dia tidak lagi memakai cincinmu!

  Kami-sama, aku rela tak bisa jadi copycat lagi asalkan engkau mau memberikan kepekaan lebih dan membuka mata hati (Your name)cchi supaya dia tidak tersesat di jalan berkelok milik kekasihnya.

Oh I hate you for not knowing me
I hate this waiting
Please let go of his hand now
When you are sad,
I feel like I could die baby

  "Hiks... Kenapa dia tidak kunjung meminta maaf? Padahal biasanya ia akan datang tidak sampai tiga hari setelah kita bertengkar... Tapi ini sudah seminggu! Hiks..."

  Aku mencintaimu.

  Dan juga benci di saat yang bersamaan.

  Sangat benci kalau sudah seperi ini. Please, kenapa kau tidak memutuskannya saja? Setelah semua yang sudah dia lakukan, kau masih akan mempertahankannnya?

  Tega kau, (Your name)cchi.

  Kau tak tahu kalau melihatmu bersama dia saja sudah membuatku sakit? Dan sekarang aku harus melihatmu sedih? Rasanya aku akan mati karena semua itu. Biar saja aku hiperbola. Memang dasarnya aku alay.

What does that XX have that I don’t?
Exactly why can’t I have you?
That XX doesn’t love you
Until when are you going to cry like a fool?

  "Apa yang si breng—Aominecchi punya sedangkan aku tidak?"

  "Um... Kulit eksotis?"

  "Tepat," seketika aku facepalm. "Tapi kalau aku mau aku bisa saja jadi dekil-ssu! Oh, lupakan. Jadi, kenapa aku tidak bisa memilikimu? Apa hanya karena dia gelap dan aku tidak?"

  Cukup.

  Aku sudah muak dengan semua ini. Maka dari itu aku langsung bertanya begitu tepat di hari kesepuluh setelah dia bertengkar denganmu. Maaf, tapi untuk saat ini persetan dengan kau yang masih setia menghabiskan berlembar-lembar tisu karena menangis.

  "Dia sudah tidak mencintaimu, (Your name)cchi..."

Expensive cars, pretty clothes
Classy restaurants, they suit you well
But that bastard next to you really isn’t it
He does not go well with you

  "Terimakasih untuk hari ini, Daiki. Kau memang yang terbaik!"

  Dari jarak kurang lebih lima meter dari kalian saja aku bisa mendengar pekikan bahagiamu. Bahkan dengan semua atribut yang menutupiku. Jas, topi, kacamata hitam, dan masker yang sukses membuatku tak dikenal fans, dan juga dirimu.

  Oh, aku tahu kalian habis kencan ke sebuah restauran ternama.

  Tidak, aku tidak stalking kalian. Pokoknya tidak. Aku hanya kebetulan lewat dan memakai semua atribut ini lalu melihat kalian keluar dari sebuah restauran mahal.

  Semua yang diberikannya kepadamu memang pantas. Tumpangan dengan mobil mewah, pakaian indah, ajakan makan di restoran klasik—yang seluruhnya tidak kupahami bisa didapat darimana olehnya—semua itu benar-benar pantas untukmu.

  Tapi tidak dengan si pemberi yang kampretnya kelewatan itu.

  Swear, demi apapun, kekasihmu yang urakan itu tidak cocok dengan dirimu yang penuh kelembutan.

He smiles fake smiles next to you
He touches your cheeks and hair
But inside, he is definitely thinking of some other girl
How could he do that? It’s like a sin

  "Sama-sama, (Your name). Anggap saja ini permintaan maafku soal masalah kemarin," kemudian dia tersenyum.

  Che, senyum palsu itu.

  Wajahnya saja yang kelihatan tersenyum, tangannya saja yang tampak membelai lembut pipi dan rambutmu. Tapi, lihat saja dalamnya. Berani taruhan, dia pasti sedang memikirkan perempuan lain. Entah gadis merah jambu tempo hari atau gadis baru lagi.

  Bagaimana dia bisa melakukan hal seperti itu?! Seperti dosa namanya. Dasar pendosa!

  Tunggu, bukannya menghujat, memaki, mencela, dan menghina itu dosa juga?

  Alah, masa bodoh! Setidaknya aku tidak dekil seperti dia!

As much as you shed tears,
I’ll treat you better baby
The pain you handle by yourself,
will you share some of them to me baby?

  Aku tidak tahu sudah kali yang keberapa ini ketika kau menangis di hadapanku dengan alasan yang sama setiap harinya. Si bangsat itu membuatmu menangis lagi. Dan ujung-ujungnya, akulah yang harus jadi pundak untuk dirimu yang rapuh sekarang. Menjadi pelawak dadakan untuk menghiburmu yang kini tampak tidak karuan.

  "Sudah, (Your name)cchi... Jangan terlalau dipikirkan... Kali ini apa yang dia lakukan-ssu?"

  Hening.

  Kenapa kau tidak mau menjawab? Ayolah, apakah kau tidak mau membagi rasa sakitmu itu? Kalau kau mau—dan bisa—aku akan dengan senang hati menerimanya, asalkan kau tidak merasakannya lagi.

Please look at me,
why don’t you know that your love is me?
Why are you the only one who doesn’t know?

  "(Your name)cchi..."

  Aku mendongakkan kepalamu, membuat manik kita saling bertemu, tatapan lembutku dengan pandangan penuh kesedihan dari matamu yang sembab.

  "Jangan menangis lagi... Kumohon-ssu..."

  Hening lagi.

  "Aku mencintaimu, (Your name)cchi. Aku sangat mencintaimu. Dari dulu. Bahkan lebih dari dia-ssu. Tapi kenapa kau tidak menyadarinya juga?"

  "R-Ryouta..."

  Kau menatapku dengan bola mata yang membola. Biar. Aku tidak lagi peduli. Bahkan jika sekarang kau baru putus dengannya, aku tak akan ambil pusing. Aku sudah tidak tahan lagi. Gedek dengan perasaan yang terpendam begitu lama. Eneg dengan dirimu yang tak peka-peka. Dan muak melihatmu menangis karena dia.

  Pokoknya, sekarang atau tidak sama sekali.

  "Aku mencintaimu-ssu. Maukah kau menjadi kekasihku?"

What does that XX have that I don’t?
Exactly why can’t I have you?
That XX doesn’t love you
Until when are you going to cry like a fool?

  "Aku... Mau, Ryouta."

  Akhirnya!

  Penantianku sampai melumut terbalas juga! Arigatou, Kami-sama! Terimakasih karena kau sudah membukakan pintu hati (Your name)cchi kepadaku! Terimakasih sudah membawanya keluar dari kegelapan si dakian itu!

  Saking senangnya aku bahkan tanpa sadar sudah memelukmu erat. Menenggelamkan wajah di helaian rambut harum milikmu.

  "Akhirnya kau menjadi kekasihku-ssu! Akhirnya aku menjadi pengganti si kampret yang berengsek itu-ssu! Si kampret yang tidak mencintaimu itu! Dan... Akhirnya (Your name)cchi tidak menangis lagi!"

What does that XX have that I don’t?
Exactly why can’t I have you?
That XX doesn’t love you
Until when are you going to cry like a fool?

  "Jujur! Aku kesal setengah mati-ssu! Apa sih yang dia punya sedangkan aku tidak?! Berani menjawab kulit eksotis dan aku akan menciummu-ssu!"

  "Ahaha... Tidak, Ryouta. Kalau kau bertanya begitu sekarang, iya juga, ya? Apa ya yang dia punya sedangkan kau tidak?"

  Walaupun wajahku terlihat kesal karena ucapan barusan, tapi dalam hati aku senang. Setidaknya sekarang kau sudah kembali seperti dulu lagi. Kembali tersenyum ceria, dan lebih senangnya lagi karena kau sudah tidak bersamanya.

  Oh, satu lagi.

  Kau tidak menangis seperti orang bodoh seperti tempo-tempo hari. Walaupun kenyataannya kau itu lebih pintar—jauh lebih pintar kalau boleh jujur—dariku.

.

Gomenne, ini bukan request. Harusnya sih publish request-an yang bejibun. Tapi apa daya saya yang tidak kuat menahan hasrat untuk menulis songfic ini.

"That XX" punyanya G-Dragon terlalu menggoda (?)

Lagunya terlalu easy listening bagi saya. Saya suka. Apalagi setelah baca artinya XD

Saa, jaa mata, readertachi!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top