Thank You for >100k! (2)

Ini dia bagian selanjutnya dari part spesial 100k+ reads! Maap update-nya lama. Saya baru asyik bernostalgia dengan game PS 2, nonton Bungou Stray Dogs S2 (Chuuya~ Daku semakin tersepona pada dikau~), dan... PKL! (Setelah sebelumnya sakit dulu. Hiks)
Di part ini kayanya saya kurang sengklek deh. Jadi, kalau kurang lucu maap (Emang yang dulu lucu? Enggak~) Saya bukan pelawak. Jadi, ya maklumlah...

Douzo, readertachi!

(Di sini saya buat setting ceritanya mereka kelas 3 SMA dan readertachi kelas 1 SMA, ok?)

.

#2 WHAT IF THEY ARE YOUR ELDER BROTHER

.

Kuroko Tetsuya

"A-ano... Sumimasen... Kuroko Tetsuya ga imasuka."

"Kuroko-kun? Sepertinya dia tadi ke kantin bersama Kagami-kun."

"Aa. Sou desuka. Arigatou gozaimasu." (Your name) segera membungkukkan badan dan bersiap pergi. Tapi baru saja membalikkan badan dan berjalan beberapa langkah, pandangan matanya sudah menangkap sosok sang kakak bersama pemuda tinggi berambut merah kehitaman.

"(Your name)-chan? Ada apa?" Tetsuya yang pertama kali menanyai sang adik.

"Ah, etto... Aku ingin ke toko buku. Bisa temani aku?"

Tetsuya berpikir sebentar sebelum kemudian menganggukkan kepala.

"Tentu saja, (Your name)-chan." Ujar Tetsuya tersenyum tipis sambil mengelus puncak kepala adiknya.

"Arigatou! Jaa na, Tetsuya-kun!" seru sang adik kemudian berlari sambil tertawa kecil, berniat mengejek sang kakak dengan menyebut langsung nama kecilnya.

Tetsuya hanya menggelengkan kepala maklum.

"Er... Kuroko... Tak kusangka kau bisa mendapatkan kekasih." Akhirnya pemuda yang sedari tadi bungkam angkat suara juga.

"Kekasih?" Tetsuya lalu mengerti bahwa yang dimaksud rekannya itu ialah adiknya. "(Your name)-chan itu adikku, Kagami-kun."

"Oh... Adik..." Kagami mengangguk-angguk paham. "HAH?! PEMBOHONG!"

.

Kise Ryouta

"(Your name)cchi! Coba ini-ssu! Lalu ini! Ini juga!"

"Eh?! Ini terlalu banyak, Ryou-nii!"

"Daijoubu... Ryou-nii yang bayar!"

(Your name) menghela nafas pasrah lalu membawa beberapa baju pilihan kakaknya tadi ke ruang ganti, bersiap untuk mencobanya. Tak lama kemudian ia keluar dengan balutan one-piece selutut dengan warna yang cocok untuk kulitnya.

"Uwaa! Naisu, (Your name)cchi!" Komen Ryouta dengan ibu jari yang terangkat. "Coba yang lainnya-ssu!"

Si adik menurut. Ia kembali ke ruang ganti kemudian keluar dengan kaos berkerah longgar yang megekspos sebelah pundaknya dan celana jeans ketat selutut.

"Uwoo! (Your name)cchi kawaii-ssu!" Ryouta segera berjalan cepat kearah adiknya yang masih berdiri malu-malu di depan ruang ganti. "Sudah kuduga adikku ini saaaangat lucu-ssu!" Kemudian dipeluknya erat sang adik tanpa peduli lingkungan sekitar.

"Aaa! Ryou-nii! Berhenti!" (Your name) meronta dalam dekapan erat sang kakak. "Kita jadi bahan tontonan pembeli lain, Ryouta nii-san!"

.

Aomine Daiki

Seperti hari-hari biasanya, siang itu tim basket Akademi Touou sedang berlatih di gymnasium. Di pinggir lapangan, berdirilah (Your name) bersama seorang gadis bersurai pink yang tak lain dan tak bukan ialah Momoi Satsuki, manager tim basket Touou.

"Semuanya berlatih, Satsuki-senpai?"

Helaan nafas keluar dari mulut Satsuki.

"Seperti biasa, Dai-chan membolos di atap. Aku sudah menyuruhnya tapi ia tak datang juga."

"Ck. Kalau begitu biar aku yang mengurusnya."

Dan dalam hitungan detik (Your name) sudah pergi dari gymnasium. Tak butuh waktu lama kini gadis itu sudah sampai di atap sekolah. Dan di hadapannya kini tampaklah sang kakak yang tengah berbaring santai dengan sebelah tangan menutupi muka.

"Nii-san!" (Your name) berjalan dengan kaki yang dihentakkan ke arah sang kakak. "Daiki nii-san!"

"Hm?" Gumaman malas menjadi balasan.

"Ayo berlatih!"

"Tidak mau."

(Your name) mendengus kesal. Lalu tiba-tiba sebuah ide melintas di benaknya. Ia tahu, sang kakak tak akan mempan dengan paksaan. Maka dari itu, (Your name) berinisiatif untuk mengancam kakaknya.

"Kalau nii-san tidak mau berlatih, aku tidak akan membuatkan teriyaki burger untuk nanti malam."

"Aku bisa beli."

"Aku tidak akan mau mengerjakan tugas Matematika nii-san lagi."

"Aku bisa meminta Satsuki melakukannya."

(Your name) mendecakkan lidah sebal. Ancamannya tidak mempan. Beberapa detik kemudian ia menyeringai penuh makna. Jika ancaman juga tak mempan, bagaimana dengan imbalan?

"Nee, nii-san. Kalau kau mau berlatih, aku akan membelikanmu majalah Mai-chan edisi bulan depan."

"Ha?! Kau serius?!" Daiki seketika terbangun dari posisi tidurnya.

(Your name) hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Seharusnya kau bilang daritadi!" Daiki bangkit berdiri. "Nah, ikuzo, (Your name)!"

Lalu tanpa aba-aba apapun Daiki langsung menggendong adiknya itu di pundak dan berlari keluar dari atap sekolah menuju gymnasium. Sepertinya cara imbalan yang (Your name) pakai memang ampuh untuk membujuk kakaknya latihan. Terlalu ampuh malah. Buktinya sekarang seruan sang adik yang minta diturunkan sama sekali tidak digubris olehnya.

.

Midorima Shintarou

"Aku senang lucky item-ku hari ini benda lucu!"

"Memangnya lucky item (Your name)-chan hari ini apa?"

"Ini!" (Your name) menunjukkan lucky item-nya yang berupa boneka Monzaemon, salah satu jenis digimon yang berbentuk boneka beruang warna kuning.

"Hooo! Aku tahu boneka ini!" Seru Takao sambil merebut boneka kuning itu dari tangan (Your name).

"Mou, Takao-senpai! Kembalikaaan!" Kemudian (Your name) mengejar Takao yang sudah berlari membawa bonekanya.

Sementara itu, seorang laki-laki yang sedari tadi berjalan bersama keduanya hanya diam. Membiarkan adiknya kewalahan mengejar teman seangkatannya demi merebut lucky item yang ia miliki. Untuk beberapa menit Shintarou tetap tak menggubris adiknya yang masih saja berlari. Dan kalau boleh jujur, ia memang tak ada niatan untuk membantu. Tapi, jika adik manisnya itu meminta tolong, maka Shintarou tak bisa menolak. Bukan berarti ia peduli atau apa, hanya saja tak mungkin bukan menolak permintaan tolong dari anggota keluarganya sendiri?

"Shin-nii!"

(Your name) yang sejak tadi sibuk mengejar Takao akhirnya berlari ke arah sang kakak. Wajahnya merah karena menahan kesal dan matanya tampak berkaca-kaca. Sepertinya tak kunjung dapat merebut kembali bonekanya membuat gadis itu jengkel setengah mati sampai ke tahap ingin menangis.

"Takao-senpai menyebalkan! Uh... Tolong ambilkan lucky item-ku, Shin-nii! Aku tidak bisa mengambilnya karena Takao-senpai terlalu tinggi..." Adu (Your name) kepada Shintarou.

Shintarou yang melihat adiknya begitu jengkel campur frustasi campur geram dan campur lain-lainnya itu langsung membenarkan letak kacamatanya. Dengan langkah pasti pemuda wortel itu berjalan ke arah Takao.

"Oh, Shin-chan! Ada ap-ugh!"

Takao belum sempat mengungkapkan keseluruhan kalimatnya tapi pemuda pemilik Hawk's Eyes itu sudah lebih dulu ditarik paksa oleh sang shooting guard. Shintarou tanpa ragu-ragu langsung menyeret Takao ke arah sang adik. Ia kemudian merebut boneka kuning tadi dari Takao dan menyerahkannya ke (Your name).

"Ini milikmu." Shintarou menyerahkan boneka Monzaemon itu ke adiknya. "Dan kau harus meminta maaf, Bakao." Lalu tanpa aba-aba Shintarou langsung menundukkan kepala Takao hingga pemuda ceria itu membungukkan badan sembilan puluh derajat.

"Aa, arigatou, nii-san!" Ujar (Your name) dengan manik yang berbinar senang.

Shintarou hanya membenarkan kacamatanya sambil mengalihkan pandangan ke arah lain. Adiknya kelewat lucu untuk ditatap. Ke-tsundere-annya mencegah ia untuk langsung memeluk, atau setidaknya menepuk kepala gadis itu pelan.

"Maa, maa, rupanya Shin-chan itu sangat sayang adik, ya... Tak kusangka..." Komentar Takao usil seperti biasa.

"A-aku melakukan ini bukan berarti apa-apa, nanodayo! Aku hanya menjalankan kewajibanku sebagai kakak." Sanggah Shintarou. Biasa... Tsundere-nya kambuh.

"Mou, Takao-senpai jangan mengganggu Shin-nii terus." (Your name) membela kakaknya. "Shin-nii 'kan memang sayang aku~" Lalu gadis itu memeluk kakaknya tiba-tiba.

Rupanya tidak adik tidak rekan main basket, semuanya sama saja. Sama-sama suka mengganggu Shintarou si tsundere kita tercinta.

.

Murasakibara Atsushi

(Your name) berjalan ke dapur dengan langkah malas. Seandainya saja snack di kamarnya tidak habis, gadis itu tak akan mau repot-repot turun dari kasurnya demi mengambil persediaan snack yang ia miliki. Kini gadis itu sudah sampai di dapur. Ia segera mendekati lemari makanan dan membukanya.

"Atshushi nii-chaan! Kau mengambil snacks ku lagiiii?!" Teriak (Your name) tanpa ragu dari dapur.

Setelah itu terdengar suara langkah kaki menuju dapur. Di ambang pintu kini sudah berdiri Atsushi dengan wajah malasnya seperti biasa. Ia segera mendekati sang adik. Tiga bungkus Pocky berbagai rasa ada di tangannya.

"(Your name)chin berisik..."

"Woaaa! Itu Pocky-ku, nii-chan! Kau mengambilnya?!" Seru (Your name) sembari menunjuk Pocky yang Atsushi bawa.

"Ini bukan punya (Your name)chin... Sewaktu aku mengambilnya, tak ada nama (Your name)chin di Pocky ini..." Balas Atsushi dengan santai. Satu batang Pocky memasuki mulutnya.

Wajah (Your name) memerah berkat menahan kesal. Kakaknya itu sudah mengambil milik orang lain, masih juga membuat alasan tanpa merasa bersalah. Yah, walaupun alasannya cukup masuk akal. Karena Atsushi tak pernah mengambil barang yang jelas-jelas milik orang lain. Tapi, masa iya (Your name) harus menamai snacks yang ia beli supaya tak diambil tangan-tangan tak tahu diri macam Atsushi?

"Tapi itu memang punyaku, Atsushi-nii!"

"Tapi tidak ada nama (Your name)chin disini..." Atsushi menunjukkan Pocky-nya.

"Pokoknya itu punyaku, Atsushi-nii! Itu punyaku! Titik! Nii-chan harus menggantinya! Kalau tidak aku akan lapor ke Kaa-chan! Aku akan menyuruh Kaa-chan supaya Nii-chan tidak boleh makan snacks lagi! Akan kusuruh Kaa-chan supaya tidak memberi Nii-chan uang jajan lagi! Pokoknya-hmph!" Ucapan (Your name) disela oleh sebatang Pocky Chocolate yang masuk ke mulutnya.

"(Your name)chin berisik."

Dikatai begitu membuat (Your name) makin geram. Kakaknya itu benar-benar. Sudah makan snacks orang tanpa izin, masih juga mengatai berisik. (Your name) yang kesal memakan Pocky-nya dengan cepat lalu kembali melanjutkan ceramahnya.

"Aku tidak akan berisik kalau Atsushi-nii tidak terus-terusan memakan snacks-ku! Ini sudah kali yang kesekian, Nii-chan! Ugh... Atsushi-nii benar-benar menyebalkan!" Seru (Your name) kemudian memunggungi Atsushi dengan kedua tangan dilipat di depan dada.

Atsushi tidak suka ini. Ia tidak suka kalau adiknya kesal, apalagi karena dirinya. Atsushi tahu kalau adiknya benar-benar kesal karena Pocky yang ia makan. Tapi otak polos Atsushi tak tahu kalau yang ia makan itu milik adiknya. Bagi Atsushi, selama tidak ada nama di barang tersebut, maka barang itu ditujukan untuk umum. Lagipula kalau ada namanya, Atsushi tak akan langsung memakan Pocky itu karena ia akan meminta izin-merengek-lebih dulu supaya diizinkan untuk ikut makan.

"(Your name)chin jangan marah. Aku tidak suka (Your name)chin marah." Atsushi memeluk adiknya dari belakang. " Sebagai gantinya (Your name)chin akan kubelikan lima Pocky sekaligus. Ayo~" Dan Atsushi menaruh kepalanya di atas kepala sang adik dan mengajaknya berjalan. (Your name) tampak tengah mengendong beruang sekarang.

.

Akashi Seijuurou

(Your name) diam-diam melangkahkan kakinya keluar dari kediaman keluarga Akashi. Setiap berpapasan dengan maid maupun butler keluarganya, gadis itu selalu saja menempelkan telunjuk di depan bibir, menyuruh setiap pengurus rumah itu untuk diam.

"Yes!" (Your name) berseru senang tatkala ia berhasil keluar dari rumahnya sendiri. Selagi sang kakak baru sibuk dengan tugas sekolah, putri keluarga Akashi itupun akhirnya bisa juga keluar dengan leluasa-tanpa harus didampingi sang kakak.

Setelah berhasil menghentikan sebuah taksi, gadis manis itu segera mendudukkan diri dengan santai sembari menunggu hingga taksi itu membawanya ke tempat tujuan, sebuah toko buku yang terletak cukup jauh dari rumahnya.

"Arigatou." (Your name) berjalan ke depan toko buku yang ia tuju setelah sebelumnya membayar ongkos taksi. "Takarai-kun!" Gadis itu memanggil seorang pemuda seangkatannya yang kini tengah berdiri di depan toko buku. "Sudah menunggu lama?"

Pemuda bernama Takarai itu menggeleng. "Bagiku satu jam itu tak lama kalau demi menunggu seorang (Your name)." Kemudian ia tertawa saat mendapatkan pukulan-agak-pelan dari (Your name).

"Sudahlah. Ayo masuk, Takarai-kun!"

Setelah itu dua orang remaja tadi berjalan memasuki toko buku. Di dalam mereka asyik memilih-milih berbagai macam buku yang tersedia. Dan sekirannya ada buku yang menarik minat, mereka akan membelinya. Beberapa saat kemudian mereka sudah keluar dari toko buku dengan masing-masing membawa satu plastik sedang berisi buku yang mereka beli.

"Nee, (Your name). Kau lapar? Sekarang sudah memasuki waktu makan siang. Bagaimana kalau kita ke restaurant itu? Aku yang traktir."

(Your name) menimbang-nimbang sebentar sebelum akhirnya menyetujui tawaran teman sekelasnya itu. Mereka segera berjalan ke restaurant yang dimaksud. Setelah memilih tempat duduk kedua remaja itu mulai mengobrol guna menghabiskan waktu saat menunggu pesanan mereka selesai dibuat. Tak lama kemudian pesanan mereka datang. Keduanya menikmati hidangan masing-masing dalam diam.

"Mobil itu..." Gumam (Your name) saat matanya melihat sebuah mobil yang ia kenal terpakir di depan restaurant. 'M-masaka-!'

"(Your name)."

(Your name) mendengar suara yang familiar baginya, bersamaan dengan gadis itu yang tiba-tiba menegakkan posisi duduk. Gadis itu menoleh ke arah sumber suara dan seketika kedua bolamatanya membulat sempurna.

"O-onii-sama..."

"Ada yang harus kau jelaskan kepadaku setelah ini."

Dan acara (Your name) hari itu yang seharusnya lancar jaya pun terhenti tiba-tiba akibat kehadiran sang kakak yang kini berdiri di samping meja dengan tangan didepan dada dan pandangan penuh intimidasi seperti biasa.

(Your name) berani jamin, setelah ini ia pasti akan ditarik pergi-setelah makan siangnya selesai-dari restaurant dan dipaksa masuk ke mobil Seijuurou. Belum lagi setelah sampai di rumah ia sudah disediakan siraman rohani dari sang kakak, dan kalau nasib (Your name) sedang sial, maka Otou-sama-nya juga akan ikut ambil bagian.

.

Nijimura Shuuzou

Shuuzou itu tipe kakak yang kejam.

Ketika adiknya sedang ingin bertanding melawannya, ia tak mau mengalah. Bahkan dengan santainya mencetak angka terus-menerus tanpa membiarkan adiknya melakukan hal yang sama. Kalau setelahnya (Your name) jadi sakit hati pun ia tak peduli. Jangan harap Shuuzou mau melakukan hal yang membuat sakit hati adiknya pergi.

Shuuzou itu juga tipe kakak yang sadis.

Pernah suatu ketika (Your name) baru saja selesai membuat kerajinan untuk tugas sekolahnya. Setelah menaruh hasil karyanya di meja belajar dan bersiap tidur, keesokan harinya (Your name) tak mendapati kerajinannya di dalam kamar. Sontak (Your name) langsung mencari-carinya. Dan (Your name) hanya bisa menangis setelahnya saat menyadari usaha begadangnya guna membuat kerajinan sia-sia karena gadis itu mendapati tugasnya dalam keadaan mengenaskan di kamar sang kakak.

"Angkat, (Your name)... Astaga... Kau ini sedang apa sih?"

Kala itu Shuuzou tampak mondar-mandir di ruang tamu dengan handphone yang menempel di telinga. Hujan turun dengan deras tetapi adiknya belum pulang juga. Kedua orangtuanya jelas khawatir. Maka dari itu sekarang Shuuzou tengah berusaha mati-matian menghubungi adiknya-yangmana ia sendiri ragu apakah panggilannya terhubung atau tidak.

Brak.

Tiba-tiba pintu rumah terbuka. Shuuzou sontak berjalan kesana. Dan ia tak tahu harus berekspresi bagaimana saat melihat adiknya berada di ambang pintu, basah kuyup dan menggigil kedinginan.

"Kaa-san! Tou-san! Dia pulang!" sambil berseru Shuuzou mendatangi adiknya, membantu gadis itu yang tampaknya sudah tak kuat lagi berdiri.

Kemudian seisi rumah Nijimura tampak sibuk mengurusi anggota termuda di keluarga mereka. Karena berkat acara hujan-hujanan itu, (Your name) sekarang sukses terbaring tak berdaya di kasur karena demam yang melanda.

"Kau masih kedinginan?" Shuuzou mendatangi sang adik di kamarnya.

(Your name) hanya menjawabnya dengan anggukan, membuat Shuuzou menghela nafas kemudian mengambil selimut tambahan untuk sang adik.

"Jangan ceroboh lagi. Kau pikir nekat menerjang hujan selebat itu tidak beresiko? Dasar. Kukira kau itu pintar. Ternyata bodoh juga." Shuuzou mengomel sambil menyelimuti adiknya. Kemudian pemuda itu mendudukkan diri di samping sang adik. "Jangan diulangi. Paham? Lihat keadaanmu sekarang berkat ulahmu sendiri." Tambahnya sambil menyingkirkan helaian rambut sang adik yang menutupi dahi.

"Sudah. Aku pergi dulu. Kalau kau ingin sesuatu, bilang saja. Aku akan kemari lagi saat jam makan malam." Ujar Shuuzou sebelum akhirnya meninggalkan sang adik sendirian di kamar.

Shuuzou memang kejam dan sadis.

Tapi, mau sekejam dan sesadis apapun seorang Nijimura Shuuzou, ia tetap saja hanya seorang kakak yang sayang kepada adiknya.

.

Haizaki Shougo

"Jadilah kekasihku!" Seorang pemuda membungkukkan badan sambil menyerahkan setangkai bunga mawar kepada (Your name).

"E-eh? T-tapi kita baru bertemu sekarang, 'kan?" (Your name) menatap bingung campur heran pemuda yang dikenalnya lewat jejaring sosial itu.

"T-tapi aku sudah menyukaimu sejak chat pertama kita!" Pemuda itu menatap lurus ke kedua bola mata (Your name).

Gadis itu bingung sendiri. Jujur saja ia juga gugup. Ia ingin menolak tapi tidak tega. Tapi kalau diterima, ia tidak cinta.

"M-maaf! Aku tidak mau!" dan (Your name) segera berlari, namun sayangnya pemuda tadi sudah lebih dulu mencekal tangannya lalu menarik gadis itu kembali mendekat.

"Kau harus mau! Aku sudah mengorbankan banyak hal untuk mengetahui semua tentangmu! Makanan favoritmu, warna kesukaanmu, bahkan ukuran bajumu! Aku juga sudah membeli banyak benda kesukaanmu! Jadi, kau harus mau!"

Pandangan ngeri (Your name) layangkan ke arah pemuda di hadapannya. Astaga, selain wajahnya yang tampak seperti pemuda idaman, ternyata dalamnya stalker handal. (Your name) membuat catatan mental dalam pikiran. Don't judge a book by its cover.

"T-tidak mau! Kau mengerikan! Tolo-mph!" sebuah tangan segera menahan suara (Your name) untuk keluar.

"Hahaha! Tidak akan ada yang mendengarmu! Kau milikku-"

Buagh!

Tanpa diduga dan disangka, sebuah plastik berisi belanjaan terlempar mendarat tepat di wajah rupawan sang pemuda yang (Your name) anggap mengerikan, membuat pemuda itu terhuyung ke belakang lalu terjatuh dengan kepala yang mencium aspal duluan. Menengokkan kepala ke arah datangnya tas belanjaan, (Your name) mendapati kakaknya berdiri dengan wajah geram.

"Siapa yang menjadi milik siapa, hah?!" Shougo berseru lantang sambil mendekati pemuda tadi dengan langkah dihentakkan penuh rasa kesal. "Jawab aku, brengsek!" Lanjutnya sambil meraih kerah baju pemuda itu.

Dengan wajah memucat pemuda dalam cengkaraman Shougo meronta lalu berlari terbirit setelah sebelumnya mendapat pukulan telak di wajah.

"Jangan pernah mengganggu adikku lagi kalau kau tidak mau wajahmu itu jadi buruk rupa! Dasar stalker sialan! Kupatahkan lehermu jadi dua baru tahu rasa!" Setelahnya Shougo menghampiri sang adik tercinta yang masih setia berdiri memandangnya. "Apa lihat-lihat? Ayo, pergi!" kemudian digandenganya tangan sang adik dari tempat kejadian perkara.

"Shougo-nii, arigatou." ujar (Your name) dengan senyuman yang mengembang, membuat langkah keduanya berhenti-karena (Your name) ikut melakukan hal yang sama sedetik kemudian.

"Che. Aku tidak butuh ucapan terima kasihmu. Ganti saja jajajanku yang harus menganggur di tanah itu dengan yang baru. Dua kali lipat. Aku tak mau tahu." Lalu Shougo kembali berjalan, kali ini meninggalkan adikya di belakang.

(Your name) masih tersenyum. Ia harus menebalkan catatan mental dalam benaknya.

Don't judge a book by its cover.

Jangan lihat wajah sangar seorang Haizaki Shougo karena di dalamnya terdapat rasa sayang untuk sang adik tercinta-dan sifat tsundere yang tak disadarinya.

.

Kagami Taiga

"Lalu setelah ini apa yang harus dimasukkan?"

"Tepung. Kau ambil di rak bagian atas."

(Your name) yang tadinya sibuk mencampur telur dan gula langsung menghentikan kegiatannya untuk mengambil tepung di rak.

"Che." (Your name) mendecih kesal saat menyadari seberapa tingginya rak yang Taiga maksud. "Kau mengejekku, Taiga nii-san?"

"Mengejek ap-" Taiga membalikkan badan menatap adiknya. "Bwahahaha!"

Sontak Taiga langsung tertawa terbahak-bahak setelah menyadari maksud ucapan adiknya. Pemuda beralis cabang itu kemudian mendatangi si adik.

"Ini. Seharusnya kau bilang saja kalau tidak sampai. Aku tak bermaksud mengejekmu-mungkin." Ujar Taiga sembari menyerahkan tepung yang sudah ia ambil dari rak kepada adiknya.

"Huh. Arigatou." Balas (Your name) sambil menerima tepung yang Taiga beri. "Tapi..."

Buagh.

Tepung tadi melayang tepat mengenai wajah Taiga.

"Aku tetap tidak terima, Nii-san!"

"Apa-apaan kau, (Your name)?! Jangan kabur kau! Oi!" Taiga yang tak terima pun mengejar sang adik yang sudah berlari keluar dari dapur.

Akhirnya terjadilah perang tepung dan adonan oleh Kagami bersaudara. Mereka yang awalnya berniat membuat tart untuk dimakan bersama pun justru berakhir dengan saling adu lempar-melempar berbagai bahan adonan.

"Kena kau!" Setelah beberapa menit saling mengejar, Taiga pun berhasil menangkap adiknya. Pinggang sang adik berhasil ia pegangi dari belakang dengan satu tangan sementara tangannya yang lain menggenggam tepung.

"Aaa! Nii-san! Ampun! Lepaskan aku! Hahaha!" (Your name) berontak sambil merasakan geli di pinggangnya.

"Ooo... Jangan harap. Rasakan ini!"

Ding. Dong.

"Ojamashima-su"

Krik. Krik.

Gerakan Taiga terhenti. Kini dua orang kakak-beradik itu menatap pintu dimana sekarang berdirilah seorang pemuda baby blue dengan ekspresi datarnya menatap sang kakak-beradik Kagami.

"K-Kuroko?" Semburat merah menghiasi wajah Taiga. Ok. Ada orang lain yang melihatnya dalam posisi seperti ini benar-benar membuatnya malu.

"Yo! Konnichiwa, Kuroko-senpai!" Sapa (Your name) yang masih dalam dekapan sang kakak.

Kuroko masih menatap keduanya datar. Kemudian kalimat yang terlontar dari mulutnya membuat dua orang kakak-beradik itu bingung harus bereaksi bagaimana.

"Kagami-kun, kau yakin kalian tidak incest?"

.

Kasamatsu Yukio

Salah satu kamar di rumah keluarga Kasamatsu dipenuhi oleh suara petikan gitar. Pelakunya tak lain dan tak bukan ialah kakak beradik di keluarga itu. Siapa lagi kalau bukan Kasamatsu Yukio dan Kasamatsu (Your name)?

"Coba ulangi sekali lagi dari awal."

"Mou, Nii-san! Ini sudah kali yang kelima!"

"Tapi kau masih belum lancar, (Your name)!"

(Your name) mendengus kesal tapi ujung-ujungnya melakukan juga apa yang Yukio suruh. Suara petikan gitar kembali terdengar. Yukio sibuk mendengarkan, mencari bagian yang dirasa masih kurang benar dalam permainan sang adik.

"Berhenti."

(Your name) menatap kakaknya bingung kemudian menghentikan permainan gitarnya.

"Ulangi dari awal lagi."

Dan ucapan Yukio memancing seruan tak percaya dari (Your name).

"Apa?! Mou... Yukio nii-san! Aku sudah lelah! Aku juga bosan di kamar terus sejak tadi! Latihannya sudah saja, ya? Ya?"

"Tidak. Kau harus bisa memainkannya dengan lancar hari ini baru kita berhenti. Perlombaannya besok lusa, (Your name)."

Dengusan kesal terdengar dari (Your name). Gadis itu berhenti sejenak untuk mencari cara supaya sang kakak mau menghentikan latihan mereka saat itu juga. Beberapa detik kemudian sebuah ide mucul di benak (Your name).

"Nii-san... Latihannya sudah dulu, ya? Bagaimana kalau kita bermain basket saja?" Bujuk (Your name) sembari menatap kakaknya. "Tanganku sudah sakit untuk memetik senar gitar... Nee, Yukio-nii... Latihannya cukup sampai sini dulu, ya? Onegai..." Sambung sang adik ditambah baby-doll-eyes-nya.

Yukio menatap sang adik lama. Sejujurnya ia tidak mau menuruti perkataan adiknya itu. Tapi tatapan memelas sang adik membuatnya tak tega untuk menolak permintaannya. Alhasil Yukio hanya bisa menghela nafas mengalah.

"Baiklah. Latihan untuk hari ini cukup. Ayo bermain basket."

"Yatta~! Arigatou ne, Yukio nii-san!" Seru (Your name) senang sembari berdiri dari duduknya.

Tak ada salahnya 'kan memanfaatkan wajah demi mendapatkan yang diinginkan? Bahkan jika hal itu untuk mengelabuhi kakak sendiri.

.

Imayoshi Shouichi

Suara gesekan pena dengan buku menjadi satu-satunya bunyi yang memenuhi kamar (Your name). Malam itu (Your name) dan kakaknya sedang berkonsenstrai belajar bersama untuk menghadapi ujian besok pagi. Walau sebenarnya hanya (Your name)lah yang belajar karena Shouichi sedaritadi hanya sibuk mengawasi sang adik.

"Nii-san, yang ini bagaimana?" Tanya (Your name) sembari menyerahkan bukunya kepada Shouichi.

"Hm?" Shouichi menerima buku (Your name). "Oh, kau hanya perlu mengerjakan bagian ini dulu lalu menjumlahnya dengan yang ini." Jelas Shoichi sambil menunjukkan caranya.

"Oh... Begitu."

Setelah paham dengan caranya (Your name) kembali berlatih mengerjakan soal. Tak butuh waktu lama hingga akhirnya (Your name) selesai mengerjakan soal-soal latihan dari buku.

"Oaahm..." (Your name) menguap membuat Shouichi tertawa kecil.

"Tidurlah, (Your name). sekarang sudah lewat jam tidurmu."

"Hai'~" Menuruti perintah kakaknya, (Your name) pun segera merapikan buku-buku miliknya lalu bersiap tidur. "Oyasuminasai, Nii-san..." Ujar sang adik setelah selesai menaruh buku di meja belajar.

Shouichi menghampiri sang adik lalu mengecup keningnya lembut. Senyuman khasnya terpampang jelas di wajah rupawan itu.

"Oyasuminasai, (Your name)." Ujar Shouichi sembari mengacak pelan helaian rambut sang adik kemudian berjalan ke luar kamar. Ketika pemuda itu sudah sampai di pintu, (Your name) kembali memanggilnya.

"Shouichi nii-san."

"Hm?"

"Ayo bertaruh! Kalau aku besok mendapatkan nilai tertinggi, Nii-san harus mau ya berlatih basket dengan rambut model apple hair?"

"Huh?" Shouichi mencerna maksud ucapan adiknya. "Baiklah." Balas pemuda berkacamata itu setelah membenarkan letak kacamatanya.

(Your name) tersenyum senang taruhannya disetujui. Ia kemudian berjalan ke kasur bersamaan dengan sang kakak yang keluar dari kamarnya. Dan keesokan harinya, penampilan Shouichi mengundang gelak tawa dari rekan-rekan tim basketnya.

Jangan dikira Shouichi kesal karena kepalanya yang terlihat seperti apel bertangkai. Ia justru senang. Kenapa? Tentu saja karena semua berjalan sesuai prediksinya. Tak apa 'kan sekali-kali menyenangkan sang adik dengan berpura-pura kalah dalam taruhan?

.

Takao Kazunari

Tap. Tap.

"Shoot!"

"Aargh! Pass!"

"Shoot lagi! Ayo!"

"Yosh!"

Suara berbagai macam seruan memenuhi gymnasium SMA Shuutoku. Di siang yang terik itu, anggota tim basket Shuutoku masih dengan semangat melaksanakan latihan. Bukan hanya anggota timnya saja, tapi manager mereka juga tak kalah semangat. Lihat saja bagaimana siswi tahun pertama di Shuutoku itu berteriak-teriak sendiri dari pinggir lapangan.

Priiit.

"Waktunya istirahat!" Sang manager berseru mewakili coach SMA-nya.

Setiap anggota segera berjalan menuju bench dan mendudukkan diri. (Your name) selaku manager tim basket pun membagikan minum kepada rekan-rekannya.

"Shin-senpai! Kazu-nii!" Dua botol air mineral dilempar oleh (Your name) kepada dua orang yang baru sampai pinggir lapangan.

"Uoh! Arigatou na, (Your name)-chan!"

"A-arigatou, nodayo."

(Your name) segera menghampiri kedua pemuda itu sambil tersenyum cerah seperti biasa. Mereka kemudian mendudukkan diri di lantai pinggir lapangan. Kalau sudah lelah, mau duduk dimanapun rasanya nyaman-nyaman saja. Apalagi lantai di gymnasium terasa sedikit dingin.

"Oh! Aku ada urusan sebentar! Shin-chan, titip (Your name)-chan, ya?" Kazunari bangkit dari duduknya lalu meninggalkan gym, membuat kini hanya ada (Your name) dan pemuda yang dipanggil "Shin-chan" tadi yang tengah duduk bersebelahan.

Rasanya canggung kalau hanya duduk berdua saja dengan yang berbeda gender. Tapi bukan (Your name) namanya kalau tak bisa mencairkan suasana. Buktinya tak butuh waktu lama hingga akhirnya sekarang mereka bisa mengobrol santai.

"Boooo!"

Ketika (Your name) dan senpai-nya yang berambut hijau itu sedang mengobrol, tiba-tiba Kazunari mengageti keduanya dari belakang. (Your name) yang kaget tanpa sadar merapatkan diri ke senpai di sampingnya itu.

"Waah! G-gomenne, Shin-senpai!" (Your name) membungkuk meminta maaf. "Kazu-nii menyebalkan!" Lalu dipukulnya sang kakak yang malah asyik tertawa.

"Ahahaha... Gomenne, (Your name)-chan..." Kazunari menepuk pelan kepala adiknya berulang. "Tapi kalian cocok, kok..." Lalu kembali tertawa.

"Apa maksudmu, Bakao/Kazu-nii?!"

Dan tawa Kazunari semakin menjadi.

"Itu buktinya kalian kompak! Ahaha... Sudahlah, (Your name)-chan! Kau pacaran dengan Shin-chan saja sana!" Jeda sejenak. "Eh, tunggu! Tidak boleh! Nanti kalau (Your name)-chan jadian, dia pasti lebih memilih pacarnya daripada kakaknya sendiri! No! Kau boleh pacaran setelah aku punya pacar!" Tambah Kazunari sambil memeluk adiknya posesif.

.

Himuro Tatsuya

Hari ini merupakan hari pertama (Your name) masuk sekolah. Setelah beberapa bulan menjadi siswi SMA di Kyoto, akhirnya gadis itu dipindah juga ke SMA yang sama dengan kakaknya di Akita. Setelah berkali-kali merengek kepada sang Ayah dulu tentunya. Akan tetapi, di hari pertama yang seharusnya masih diisi tahap-tahap beradaptasi dengan sekolah barunya, (Your name) mau tak mau sudah harus menjadi pusat perhatian di SMA Yousen tanpa sebab yang jelas.

"Nii-chan, kenapa mereka menatapku terus? Apa ada yang aneh denganku?" (Your name) menanyai sang kakak yang berjalan di sampingnya sambil melihat penampilannya sendiri.

Tatsuya tersenyum seperti biasa. "Tidak, (Your name)..." Jawab pemuda itu sambil mencubit kedua pipi adiknya gemas. "Lagipula mereka 'kan hanya menatap. Tidak menggigit."

"Uh..." (Your name) mengusap kedua pipinya yang sudah mendapat cubitan dari sang kakak. "Tapi tatapan mereka membuat risih, nii-chan..."

"Sudahlah. Jangan dihiraukan. Ayo kuantar ke kelasmu." Tatsuya langsung menggandeng tangan sang adik lalu menariknya ke kelas yang dimaksud.

Dan (Your name) bisa merasakan tatapan penuh rasa tak suka semakin banyak tertuju kepadanya.

"Nah. Ini kelasmu." Ujar Tatsuya ketika keduanya telah sampai. "Semoga harimu menyenangkan, (Your name). Jam istirahat nanti aku akan kemari lagi." Kemudian Tatsuya pergi ke kelasnya.

(Your name) menatap punggung kakaknya tak percaya. Dia ditinggal begitu saja di depan kelas dimana tatapan seluruh penghuninya terarah kepadanya? Yang benar saja. Apa Tatsuya tak sadar tatapan penuh berbagai makna itu sejak tadi? Menghela nafas lelah, (Your name) pun mau tak mau memasuki kelasnya juga.

"Hei, murid baru."

Menengokkan kepala, (Your name) kini mendapati segerombol siswi berdiri di hadapannya dengan angkuh. Astaga, baru saja ia mau mendudukkan diri tapi sudah ada yang menghalanginya.

"Ya?"

Mimik wajah gadis-gadis itu tampak kesal. Mungkin karena wajah kelewat santai (Your name)?

"Kau!" Gadis yang (Your name) duga sebagai pemimpin kelompok itu menunjuk wajah (Your name) dengan tidak santainya. "Jangan dekat-dekat dengan Himuro-senpai! Kalau kau berani berlaku centil seperti tadi, aku tidak akan memaafkanmu!"

"Eh?"

Dan kala berikutnya (Your name) harus menjelaskan semuanya sambil mati-matian menahan tawa.

.

Mayuzumi Chihiro

Sekolah sedang libur. Maka waktu itu dimanfaatkan kakak-beradik Mayuzumi ini dengan bermalas-malas ria. Di kamar sang kakak, (Your name) sibuk berbaring di kasur. Sedangkan si empunya kamar duduk di bangku meja belajar sambil membaca light novel favoritnya.

"Hiro-nii."

Tak ada jawaban.

"Hiro-nii..."

Masih hening.

"Che."

(Your name) mendecih kesal lalu bangkit dari tidurnya. Ia berjalan menghampiri sang kakak yang masih fokus kepada light novel di tangan.

"Hiro-nii~" (Your name) merengek sembari menggoyang-goyangkan bahu kakaknya.

Tapi Chihiro masih sibuk membaca.

"Hmph!" Kedua pipi (Your name) menggembung. Lalu sebuah ide terlintas di benaknya membuat ia tersenyum penuh makna.

Gadis itu berjalan ke belakang punggung kakaknya. Kedua tangannya berada di samping pinggang sang kakak dengan jari telunjuk yang teracung, bersiap mengagetkan sang kakak dengan cara menggelitikinya.

Satu.

Dua.

Tiga.

"Hiro-nii!" Kedua tangan (Your name) sudah bersarang di pinggang Chihiro, membuat pemuda minim ekspresi itu terlonjak kaget lalu duduk tegak.

Chihiro menatap adiknya yang sedang tersenyum tanpa dosa itu dengan tajam. Ia kemudian berdiri, membuat raut bingung tampak di wajah sang adik. Lalu tanpa aba-aba pemuda bersurai abu itu menerjang adiknya, balas menggelitiki sang adik hingga gadis itu kini terjungkal di kasur. Tapi bukan berarti Chihiro mau berhenti. Ia justru terus menggelitiki adiknya sampai (Your name) merasa sakit perut karena terlalu banyak tertawa.

"Ahahaha... Hi-Hiro-nii... Hahaha.. Stoop.. Hahaha.."

"Pembalasan lebih kejam dari pembunuhan, (Your name)..." Balas Chihiro dengan seringai sambil terus menggelitiki sang adik tanpa perasaan.

Jika sudah di rumah, tak ada lagi seorang Mayuzumi Chihiro yang minim ekspresi. Karena kalau sudah bertemu Mayuzumi (Your name), Chihiro tak akan sungkan mengeluarkan segala ekspresinya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top