Slave (Haizaki x Reader)

Genre: Romance

Rate: T

"Ittai!", pekik (Your name) ketika ia mendapat sebuah cubitan di pipi.

  "Aku hanya mencubitmu. Dasar lemah", ejek pemuda berambut abu-abu disampingnya.

  "Rasakan ini!", lalu sebuah pukulan mendarat di lengan pemuda tadi.

  "Ouch!", pemuda berambut abu-abu tadi mengaduh.

  Pagi itu, sebuah perkelahian kecil terjadi lagi di SMP Teikou. Sudah menjadi kebiasaan bagi (Your name) dan Haizaki Shougo, pemuda berambut abu-abu tadi, untuk selalu membuat keributan jika mereka berdua bertemu. Layaknya anjing dan kucing.

  Sejak beberapa menit yang lalu, dua murid tersebut tengah berdiri di tengah lapangan. Jika kalian bertanya mengapa, semua itu adalah hukuman karena mereka terlambat masuk sekolah. Bagi berandalan sekolah seperti Haizaki, hal itu sudah biasa tentunya. Sedangkan hal itu baru yang pertama kalinya bagi (Your name), karena pagi tadi ia bangun kesiangan tidak seperti hari-hari biasanya. Salahkan gadis itu yang semalam begadang memaksakan diri mengerjakan semua tugas sekolah yang ia miliki.

  "Nee, Haizaki, kapan kita akan kembali ke kelas? Kau sudah biasa terlambat 'kan?"

  "Tch. Seandainya bukan perempuan, sudah kuhajar habis-habisan kau"

  (Your name) hanya menahan tawa mendengar ucapan teman sekelasnya itu. Seorang berandalan seperti Haizaki Shougo seringkali tidak bisa berkutik kalau sudah berhadapan dengan (Your name) yang kalau dipikir-pikir sama parahnya dengan dia.

.

  "Haizaki Shougo! Kemari kau!"

  Teriakan menggema dari (Your name) terdengar di sepanjang koridor depan kelasnya. Dengan penuh rasa kesal gadis itu berlari mengejar Haizaki yang kabur membawa buku tugas Matematika miliknya. Karena setelah waktu istirahat habis, tugas Matematika yang minggu lalu diberikan oleh sensei harus dikumpul saat itu juga. Nah, (Your name) yang sudah merelakan waktu tidurnya untuk mengerjakan tugas itu, tentu saja merasa jengkel karena kini Haizaki membawa lari tugasnya hanya untuk disalin.

  Haizaki terus berlari tanpa sedikitpun menurunkan kecepatannya. Secepat mungkin ia harus bersembunyi lalu menyalin tugas itu kalau tidak mau mendapat nilai buruk lagi. Tempat bersembunyi yang ia pilih jatuh pada atap sekolah. Maka, langsung saja ia berlari menaiki tangga demi tangga hingga sampai ke tempat tersebut.

  "Aargh! Dimana si abu-abu serampangan itu?!", seru (Your name) penuh rasa frustasi ketika ia kehilangan jejak si pemuda berambut abu-abu tersebut.

  Mau tidak mau, akhirnya (Your name) hanya bisa merelakan tugasnya disalin oleh Haizaki walau tidak sepenuhnya rela. 'Hitung-hitung beramal saja lah', batin (Your name) pasrah. Karena waktu istirahat tinggal sebentar lagi, ia pun memutuskan untuk kembali ke kelasnya.

.

  Bel pulang baru saja berbunyi, kini (Your name) sedang merapikan seluruh perlengkapan sekolah yang ia miliki. Saat buku terakhir yang ia bawa telah masuk ke dalam tas, tiba-tiba saja Haizaki menariknya keluar kelas. Sama sekali tak ada toleransi bagi (Your name) untuk menutup tas nya dulu. Untungnya barang-barang milik gadis itu tidak keluar lagi.

  "Oi, apa maumu, Haizaki?!", tanya (Your name) sambil berusaha menyamakan langkahnya dengan milik Haizaki.

  Haizaki terus saja menarik gadis itu tanpa menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya. Hingga akhirnya mereka berdua sampai di depan pintu gym sekolah. (Your name) hanya menatap Haizaki dengan pandangan bertanya.

  "Haah.. kau cari gara-gara ya?!", seru gadis beriris (Eyes colour) itu sambil menetralkan hembusan nafasnya yang tak teratur. Karena ia terus saja mengikuti langkah Haizaki yang tidak tanggung-tanggung cepatnya.

  "Tidak. Aku cuma mencari cara untuk menaklukkanmu", jawab Haizaki dengan santainya.

  "Apa maksudmu?", tanya (Your name) sama sekali tidak paham. "Argh kau sangat menyebalkan", tambahnya saat Haizaki hanya mengangkat bahu ketika ditanya.

  "Heh, sekalipun aku menyebalkan kau tetap saja mau saat kubawa pergi kemanapun", Haizaki berkata dengan ekspresi menyebalkan miliknya.

  (Your name) hanya bisa menggeram kesal. 'Dibawa pergi? Kau kira aku barang, hah? Sialan!', rutuk gadis itu dalam hati. Memang benar jika (Your name) selalu saja mau jika Haizaki mengajaknya. Walaupun awalnya kesal, tapi pada akhirnya (Your name) tetap saja mau. Entah perasaan apa yang dirasakan gadis itu, namun setiap ia bersama Haizaki, dirinya selalu merasa aman. Tak tahu apakah karena Haizaki itu seorang berandalan yang setara dengan yakuza atau apa.

  "Urusai yo, ahoizaki!"

  "Tch. Teme", gumam Haizaki sebelum kemudian menarik (Your name) lagi untuk memasuki gym.

  "Eits! Chotto matte, ahoizaki!", seru (Your name) sambil menarik kembali Haizaki hingga ia menghentikan langkahnya. "Bukannya kau sudah keluar dari klub basket? Kenapa kau kemari?"

  "Memangnya yang diizinkan untuk memasuki gym hanya anggota Kiseki no Sekai atau apalah itu, heh?"

  "Kiseki no Sedai", ucap (Your name) membetulkan perkataan Haizaki.

  "Tck. Terserah kau saja lah"

  Kemudian (Your name) kembali ditarik lagi oleh pemuda berambut abu-abu itu. Dengan santainya Haizaki memasuki gym sambil menggandeng tangan (Your name), tak memedulikan pandangan penuh tanya dari setiap orang yang ada disana. Mungkin orang-orang itu berpikir (Your name) adalah kekasih baru Haizaki.

  "Aominecchi! Ayo bertanding one-on-one-ssu!"

  Sebuah seruan terdengar dari tengah lapangan. Seorang pemuda dengan surai blonde nya sedang berseru kepada pemuda pemilik rambut navy blue. Kise Ryouta, si ikemen dengan surai blonde nya terus saja mengajak Aomine, pemuda dengan rambut navy blue itu untuk bertanding one-on-one seperti biasa.

  "Heh? Baiklah", Aomine berjalan mengambil bola kemudian menghampiri Kise untuk mengabulkan permintaan si blonde itu.

  Kedua pemuda anggota Kiseki no Sedai itu pun memulai one-on-one nya. Di seberang lapangan, Haizaki dan (Your name) hanya menjadi penonton.

  "Aku menantangmu untuk menjadi budakku selama sehari jika si kuning itu kalah", tutur Haizaki tiba-tiba, membuat (Your name) menolehkan kepalanya ke pemuda berambut abu-abu itu.

  "Eh?! Apa? Budak? Aku tidak mau!"

  "Dasar pecundang", ledek Haizaki sambil tersenyum mengejek.

  Jelas saja (Your name) yang memiliki sifat competitive tinggi tidak mau dikatakan pecundang. Apalagi oleh orang yang serampangan seperti Haizaki.

  "Baiklah!", jawab (Your name) tak mau kalah. "Ayo, Kise-kun! Kalahkan Aomine-kun ya? Ganbatte!", seru gadis itu menyemangati Kise yang tengah bermain.

  Entah sudah keberapa kalinya decakan keluar dari mulut Haizaki. Tak tahu mengapa, ada rasa kesal di hatinya saat mendengar (Your name) memanggil siswa lain dengan sufiks '-kun' sedangkan untuknya tidak.

  Beberapa menit telah berlalu, one-on-one antara Kise dan Aomine pun selesai dengan hasil yang mengejutkan. Siapa sangka seorang Aomine bisa kalah oleh Kise? Melihat hasil yang tidak sesuai harapannya, Haizaki mendatangi Kise.

  "Aku menantangmu one-on-one sekarang", kata Haizaki tanpa basa-basi.

  "Hey, kau curang!", teriak (Your name)

  Akan tetapi pemuda berambut abu-abu itu sudah memegang bola basket dan mulai melepas blazer nya. Jadi, mau tak mau Kise pun bermain lagi. Si pirang tidak mau kalah oleh orang yang posisinya ia gantikan.

  Permainan pun berlangsung. Kise yang sudah kelelahan saat melawan Aomine tadi tak bisa berkutik ketika melawan Haizaki. Hingga akhirnya permainan selesai dengan Haizaki yang keluar sebagai pemenang. Haizaki lalu mendatangi (Your name) yang tengah mengeluarkan berbagai macam umpatan dan gerutuan.

  "Saa, anggap saja aku tadi Aomine. Jadi..", seketika Haizaki mendorong (Your name) ke tembok dan memerangkap gadis itu diantara kedua tangannya. "Kau jadi budakku satu hari ini. Seorang budak harus menuruti ucapan majikannya. Kalau begitu, mulai sekarang kau harus menjadi kekasihku dan memanggilku 'Shougo-kun"

  Kedua bola mata (Your name) membulat penuh rasa tak percaya. Begitupula dengan orang-orang lain yang mendengar ucapan si abu-abu.

  "N-Nani?! Jangan bercandai, Haiza-"

  "Shougo-kun", ujar Haizaki mengoreksi ucapan (Your name).

  Kemudian pemuda itu segera melenggang dengan santainya. Seringaian terpampang jelas di wajah pemuda itu. Semua orang yang berada disana menatap kepergian Haizaki dengan bingung. Kecuali (Your name) yang kini bersiap-siap untuk mengejar pemuda itu.

  "Apa?! Grr.. S-Shougo-kun! Tunggu!", seru (Your name) kemudian menyusul Haizaki. Ia tidak sadar kalau wajahnya telah memerah.

  Seluruh murid yang berada didalam gym hanya menatap gadis itu dengan berbagai macam ekspresi setelah melihat apa yang dilakukan Haizaki tadi.

  "Awalnya kupikir Haizakicchi orang yang romantis-ssu. Ternyata tidak sama sekali", komentar Kise ketika melihat kejadian tadi.

  "Kau benar. Sudahlah. Ayo one-on-one lagi. Kali ini aku akan menendang pantatmu", sambung Aomine sambil berjalan kembali ke lapangan.

  "Aominecchi hidoi-ssu!"

  Setelah itu Kise dan Aomine kembali bermain one-on-one. Semua murid yang melihat kejadian antara Haizaki dan (Your name) tadi hanya bisa bertanya-tanya dalam benak mereka sendiri. Akankah gadis rajin seperti (Your name) akan menjadi kekasih seorang biang onar semacam Haizaki?

.

A/N:
Otanjoubi Omedetou, Haizaki Shougo! Ini birthday fic untuk si bad boy nya Teiko. Yah, walaupun tidak ada kaitannya dengan ulang tahun sama sekali. Nee, readertachi. Jangan lupa vomment ya? Oh iya, buat yang request sequel-an, sedang dalam tahap pengerjaan.
Saa, jaa matta, readertachi~!


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top