Realisation (Sakurai x Reader)
Genre: Romance
Rate: T
Hari itu cuaca di kota Tokyo sedang cerah. Matahari bersinar dengan terang, memberikan rasa hangat untuk pagi itu. Pelajaran pertama bagi murid kelas (Class) di Akademi Touou hari itu adalah seni. (Full name), gadis yang bisa dibilang buruk dalam menggambar, hanya bisa menghela nafas pelan karena pelajaran seni hari itu adalah menggambar.
"Kenapa tidak menari saja?", keluh (Your name) kepada dirinya sendiri.
Dengan malas gadis itu mengeluarkan sketchbook dari dalam tas nya. Sensei mulai memberikan penjelasan tentang apa yang harus murid-murid itu lakukan. Seperti biasa, mereka hanya disuruh menggambar apa yang mereka mau. Berhubung hal itu sudah dilakukan minggu lalu, sekarang mereka hanya perlu menyelesaikkannya saja lalu mengumpulkan ketika jam pelajaran berakhir.
"Huaa.. apa yang harus kulakukan sekarang?!", seruan frustasi terdengar dari mulut si gadis bermanik (Eyes colour). "Aa, aku akan bertanya kepada Sakurai-kun saja. Dia 'kan selalu mendapat nilai baik di pelajaran seni"
Dalam hitungan detik, (Your name) kini telah sampai didepan meja Sakurai.
"Sakurai-kun! Kau menggambar apa?", tanya (Your name) tiba-tiba.
Sontak Sakurai langsung menutup sketchbook nya. Dia tidak ingin gadis didepannya ini melihat apa yang sedang ia gambar.
"Sumimasen! Aku belum bisa memberitahu! Sumimasen!", jawab Sakurai. Jantungnya berdetak lebih cepat. Selain karena kedatangan (Your name) yang tiba-tiba, juga karena ia takut kalau gadis itu sudah melihat gambarannya.
Helaan nafas terdengar dari mulut (Your name). Kemudian ia menarik kursinya sendiri dan menempatkannya di samping meja Sakurai. Beruntung letak meja Sakurai hanya berada dua baris di depan meja nya.
"Aku tidak melihatnya. Memang apa yang kau gambar, Sakurai-kun?"
"B-bukan apa-apa! Sumimasen! Sumimasen!"
"Eh? Baiklah. Kalau begitu gambar apa yang nanti akan kau kumpulkan?"
Sakurai kemudian mengambil sebuah sketchbook lagi dari dalam tas nya dan menunjukkannya kepada (Your name). Sementara itu, sketchbook yang tadi ia masukkan kembali kedalam tas. Lalu dibaliknya halaman demi halaman sketchbook berukuran A4 tersebut hingga sampai pada sebuah halaman bergambar pohon sakura.
"Sumimasen. Aku hanya akan mengumpulkan ini"
"Sasuga, Sakurai-kun. Sugoii~", sorot mata penuh rasa kagum tergambar di manik warna (Eyes colour) milik (Your name). "Eh? Jadi, kau sudah selesai?"
"Hai'. Sumimasen! (L-Last name)-san sendiri?"
Tawaan canggung terdengar dari mulut si gadis pemilik surai (Hair colour). Dia sama sekali belum menggambar apapun. Minggu lalu saja dia hanya menggambar stickman. Mana mungkin hari ini ia hanya akan mengumpulkan manusia lidi disaat yang lain menggambar dengan bagusnya.
"Belum. Bisa tolong bantu aku menggambar? Aku akan mengurus bagian shading nya", pinta (Your name) kepada Sakurai sambil tersenyum tidak enak.
"W-wakarimasu. Sumimasen! Bagaimana kalau jelek?", Sakurai tidak yakin ia bisa membantu gadis didepannya itu.
"Tidak akan! Semua gambarmu itu bagus!", seru (Your name) yakin.
Akhirnya setelah mendengar perkataan (Your name) ia setuju lalu mulai menggambar benda yang (Your name) inginkan. Sakurai hanya menggambar sketsa kasarnya saja. Setelah itu ia serahkan semuanya kembali ke (Your name).
.
"Oi, Sakurai!"
Baru saja Sakurai keluar dari kantin, tiba-tiba ia sudah mendapat tepukan yang cukup keras di punggung. Hampir membuat kotak bento yang ia bawa terjatuh ke lantai.
"Sumimasen! A-ada apa, Aomine-san?"
"Mau kemana kau? Ikut aku sekarang"
Dan tanpa menunggu jawaban dari Sakurai, Aomine langsung menarik pemuda berambut light brown tersebut entah kemana.
"Aku membawanya"
Aomine melepas tarikannya ketika ia telah berhasil membawa Sakurai ke atap sekolah. Disana, Momoi tampak sudah menunggu.
"Sumimasen! Tapi ada apa? Sumimasen aku bertanya! Sumimasen!", kebiasaan Sakurai membungkuk berkali-kali kambuh lagi.
"Ano.. Sakurai-kun. Bisakah selesai latihan nanti kau kesini lagi?", tanya Momoi dengan ramah, membuat perasaaan Sakurai sedikit lega.
Perasaan takut sudah menghantuinya tadi. Sakurai mengira ada kesalahan yang ia buat sehingga dirinya harus ditarik paksa pergi ke atap. Ternyata alasan keberadaannya disini hanya karena pertanyaan Momoi. Sekarang Sakurai bisa bernafas lega.
Jika kalian bertanya mengapa Sakurai dibawa kesini hanya untuk diberi pertanyaan. Jawabannya satu, Momoi tidak mau pertanyaannya didengar oleh sahabatnya. Yang dimaksud bukan Aomine tentunya.
"Sumimasen! Sepertinya bisa. Sumimasen! Bisakah aku kembali ke kelas? Bel masuk akan segera berbunyi. Sumimasen aku meminta! Sumimasen!"
"Um? Kau benar. Kalau begitu kembalilah. Jaa matta, Sakurai-kun, Dai-chan!", dengan itu Momoi pun berlalu dari atap.
"Tch. Ayo!"
Dan sekarang Sakurai kembali ditarik paksa oleh si formless shooter.
.
Setelah pelajaran terakhir selesai. Seperti biasa, anggota tim basket Akademi Touou melakukan latihan rutin mereka.
Duagh.
Sebuah bola basket mencium dahi seorang pemuda berambut light brown.
Bruk
Dan membuatnya terjatuh ke lantai lapangan yang keras seketika.
"Sakurai!"
Sontak semua yang tengah berlatih menghentikan kegiatannya dan mendatangi pemuda malang tersebut. Bukan hanya anggota tim saja, Momoi sang manager dan sahabatnya, (Your name) juga menghampiri.
"Gomen gomen. Aku kira dia akan menangkapnya", ucap Imayoshi, si pelaku pelemparan bola dengan senyuman rubahnya.
"Ugh..", perlahan Sakurai bangun. "S-sumimasen! Sumimasen! Seharusnya aku menangkapnya! Sumimasen!", seketika ia langsung berdiri dan membungkuk berkali-kali.
"Daijoubu, Sakurai-kun. Lebih baik kau istirahat dulu saja", Momoi menyarankan.
"Sumimasen! Arigatou! Sumimasen!", kemudian sang apologethic mushroom pergi dari lapangan ke bangku panjang.
"Saat aku memberikan bola kepadanya, aku melihatnya sedang menatap ke arah kalian", ucap Imayoshi. "Sepertinya (Last name)-san", tambahnya lalu kembali ke lapangan.
"Eh? Aku kenapa?", tanya (Your name) bingung.
"Nandemonai", jawab Momoi sambil tersenyum, yang mana justru membuat (Your name) curiga.
"Kau membuatku curiga, Satsuki-chan", tanpa pikir panjang (Your name) langsung kembali ke bangku, menempatkan diri di samping Sakurai. "Daijoubu ka, Sakurai-kun?", tanyanya sedikit khawatir.
"E-eh? Sumimasen! Daijoubu desu! Sumimasen! Sumimasen!", jawab Sakurai sambil menundukkan kepalanya berkali-kali.
"Yokatta wa", (Your name) mengarahkan pandangannya ke lapangan lalu tersenyum. "Kau sempat membuatku khawatir"
"S-sumimasen! Gomennasai, (Last name)-san! Sumimasen!"
Sakurai kembali menundukkan kepalanya. Dia tidak tahu mengapa tiba-tiba ia jadi gugup. Ucapan (Your name) yang terakhir membuatnya senang sekaligus bersalah. Tak disangka orang yang ia sukai ternyata akan mengkhawatirkannya. Tapi disisi lain ia juga merasa bersalah karena sudah membuat (Your name) khawatir.
.
"(First name)-chan! Matte!", seru Momoi seusai latihan basket sore itu.
(Your name) menghentikan langkahnya. Baru saja ia berjalan beberapa langkah dari pintu gym, Momoi sudah membuatnya berhenti.
"Nani, Satsuki-chan?"
"Ambil ini lalu cepat pergi ke atap!", titah gadis bersurai pink itu sambil memberikan sebuah sketchbook berukuran A4. "Buka itu kalau sudah sampai disana!"
Mendengar nada bicara Momoi yang memaksa, (Your name) pun menuruti. Sepertinya ada masalah serius, pikir (Your name) sambil berlari ke atap sekolah secepat yang ia bisa.
"Sumimasen! Momoi-san! Kembalikan sketchbook ku! Sumimasen~!", teriakan Sakurai terdengar tak lama setelah (Your name) meninggalkan tempat tersebut.
"Are.. gomenne, Sakurai-kun. Aku sudah memberikannya ke (First name)-chan", tutur Momoi sambil tersenyum polos, tanpa ada rasa bersalah sedikitpun karena sudah mengambil sketchbook Sakurai diam-diam.
"Waa! Sumimasen! Dimana (Last name)-san sekarang? Sumimasen! Aku harus menemukannya!"
Sakurai tampak panik. Sketchbook pribadi nya kini berada di tangan orang lain. Seandainya sketchbook yang dibawa (Your name) hanya sketchbook yang ia gunakan untuk tugas sekolah saja tak masalah. Tapi sekarang sketchbook berisi rahasia nya lah yang dibawa oleh gadis bersurai (Hair colour) itu.
"Oh, dia ke atap. Lalu kusuruh dia membukanya saat sudah sampai disana", jawab Momoi polos. Seolah apa yang ia ucapkan bukanlah masalah yang besar.
"Eeh?! Sumimasen! Aku harus kesana!"
Tidak sampai tiga detik, Sakurai telah kembali berlari menuju ke atap. Ia menyesal sudah memberikan tas nya ke Momoi tadi.
BRAK
Suara pintu dibuka dengan keras terdengar. Sakurai telah sampai di atap sekolah. Satu-satunya hal yang ia lihat disana adalah (Your name) yang tengah berdiri di dekat pagar pembatas.
"S-Sakurai-kun?"
Gadis pemilik iris (Eyes colour) itu membalikkan badannya menghadap Sakurai. Sketchbook yang berada di tangannya sudah ia buka. Dan karena hal itu lah kini wajahnya menjadi sewarna buah ceri.
"Sumimasen! (L-Last name)-san, apa kau sudah melihat semua isinya?"
"B-begitulah", jawab (Your name) dengan gugup.
Ketika melihat isi sketchbook tadi, dia baru sadar kalau sketchbook tersebut adalah milik Sakurai. Tentu saja hal itu membuatnya merasa tidak enak. Dia belum mendapat izin dari si pemilik tapi ia sudah melihat isinya.
"Oi, Sakurai. Cepat katakan", sebuah suara laki-laki terdengar.
"Benar kata Dai-chan. Cepat lakukan, Sakurai-kun!", disusul suara feminim seorang gadis berambut pink.
Secara otomatis kedua orang yang tadi tengah berbicara itu menolehkan kepala ke sumber suara. Tampaklah Aomine dan Momoi yang tengah berdiri di tiap-tiap sisi bingkai pintu. Rupanya mereka sudah berada disana sejak Sakurai sampai di atap. Tapi anehnya, (Your name) baru menyadarinya sekarang. Mungkin kedua orang itu tertular misdirection milik teman mereka.
"E-eh? Sumimasen! Aku harus melakukan apa?"
"Tentu saja apa yang sudah kita bahas tadi saat istirahat!", seru Momoi.
Sebenarnya saat istirahat tadi, dimana Sakurai diseret paksa oleh Aomine, Momoi tidak hanya menanyai kesanggupan Sakurai untuk pergi ke atap. Gadis bersurai pink itu juga memberitahu rencana untuk membantu Sakurai menyatakan perasaannya ke gadis yang ia suka, yaitu (Your name).
"Lebih baik kita pergi, Satsuki. Sepertinya kita akan mengganggu", si pemuda berkulit gelap berkata. Lalu ditariknya Momoi pergi dari sana.
"Demo, Dai-chan!"
Momoi berniat untuk berontak tapi ia sudah lebih dulu dibawa keluar oleh Aomine. Kini tinggal Sakurai dan (Your name) saja yang berada disana.
"K-Kalau begitu.. sumimasen! Ano.. (Last name)-san, m-maukah kau membantuku?" Sakurai berjalan mendekati (Your name).
Detak jantung gadis itu semakin cepat. Namun ia tetap menganggukkan kepala, menandakan bahwa ia bersedia membantu Sakurai.
"A-apa yang bisa kubantu, Sakurai-kun?", tanya (Your name) masih gugup.
"Sumimasen. Tolong bantu aku merealisasikan gambaranku. Sumimasen!"
Kemudian, secara perlahan Sakurai berlutut di hadapan (Your name). Persis seperti apa yang tergambar pada sketchbook miliknya sendiri. Lalu dikeluarkannya sebuah gelang dari saku seragam yang ia pakai.
"Sumimasen. Aku sudah sejak lama ingin mengatakan ini. Tapi aku tidak pernah mendapat keberanian yang cukup. Namun sekarang aku sudah memilikinya", perlahan-lahan Sakurai memasangkan gelang tersebut ke tangan (Your name). "Sumimasen! Apakah (Last name)-san mau menjadi kekasihku? Sumimasen!", tanya Sakurai pada akhirnya.
Jika dilihat lebih detail, apa yang digambar Sakurai dalam sketchbook nya sama dengan apa yang terjadi saat itu. Sakurai berlutut dihadapan (Your name), berlatar di atap sekolah, sebuah gelang tampak terpasang di pergelangan tangan gadis bersurai (Hair colour) itu. Dan entah kebetulan atau apa, di gambar, (Your name) juga membawa sebuah sketchbook. Bahkan ada kotak dialog didekat tokoh yang mirip Sakurai, singkat kata, gambar tersebut mirip dengan sebuah manga.
Untuk beberapa saat, gadis itu terdiam. Masih belum sepenuhnya mengerti dengan apa yang baru saja ia dengar. Saat menyadarinya, wajah yang sudah merona miliknya kini semakin berwarna merah.
"A-aku..".
(Your name) bingung harus berkata apa. Perasaannya campur aduk. Sebenarnya sejak dulu ia juga telah menyukai Sakurai. Tapi sama seperti apa yang Sakurai alami, dia belum memiliki cukup keberanian untuk mengungkapkannya.
"Kalau (Last name)-san tidak mau tidak apa-apa! Sumimasen! Aku akan pergi saja.", kemudian Sakurai bangkit berdiri, kemudian berjalan untuk meninggalkan atap.
Karena (Your name) yang tidak segera menjawab pertanyaannya, maka Sakurai pun beranggapan bahwa ia ditolak.
"Matte!", seru (Your name) tiba-tiba ketika Sakurai telah sampai di depan pintu. "Aku mau!", jawab (Your name) pada akhirnya.
Seketika itu juga, tanpa diduga oleh siapapun, Sakurai berlari kemudian memeluk gadis itu. Membuat (Your name) diam seribu kata dengan wajah semerah kepiting rebus. Menyadari apa yang telah ia lakukan, Sakurai segera melepas pelukannya.
"Sumimasen! Sumimasen! Itu hanya refleks! Sumimasen! Sumimasen! Maaf, aku telah hidup! Sumimasen!", seru Sakurai sambil membungkuk berkali-kali.
Pada akhirnya, di sisa hari itu (Your name) harus berusaha menghentikan kebiasaan Sakurai yang kambuh lebih parah dari biasanya.
.
A/N:
Yooo, readertachi~ Sekarang saya bawa Sakurai~ Bagaimana? Jangan lupa vote and comment ya? Kritik dan saran selalu ditunggu
Saa, jaa matta, readertachi~!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top