Rain (Kuroko x Reader)

Genre: Romance

Rate: T

  Pagi itu, awan hitam terlihat jelas menaungi langit kota Tokyo. Jelas sekali sebentar lagi akan terjadi hujan. Maka, (Your name), salah satu murid di SMA Seirin segera bersiap-siap dan berangkat ke sekolah. Ia kayuh sepedanya secepat mungkin sambil berharap semoga tidak kehujanan. Dan untungnya, tepat ketika dia sampai di gedung sekolahnya hujan baru turun.

  "Yokatta wa.. Aku tidak kehujanan", ucapnya lega sambil berjalan menuju kelasnya.

  Gadis itu terus berjalan sambil membaca novel yang ia bawa. Sehingga dia pun tidak memerhatikan jalan sepenuhnya. Tapi untungnya dia tidak menabrak orang lain.

  Bruk.

  "Sumimasen", ucap (Your name) sambil mengambil novelnya yang jatuh.

  Salah, rupanya dia tetap saja menabrak orang lain.

  "Gomennasai. Aku tidak melihatmu", kemudian gadis itu membungkuk.

  "Doumo. Aku juga tidak melihatmu", sebuah suara datar terdengar.

  Ternyata murid yang baru saja ditabrak oleh (Your name) adalah teman sekelasnya sendiri, yaitu Kuroko Tetsuya, yang memiliki hawa keberadaan tipis. Walaupun sebenarnya (Your name) juga sama halnya dengan Kuroko. Hanya saja, hawa keberadaan pemuda itu lebih sulit untuk dirasakan.

  "Saa, jaa matta na, Kuroko-kun", kemudian (Your name) melanjutkan perjalanannya ke kelas.

.

  Bel masuk telah berbunyi beberapa menit yang lalu. Kini gadis bersurai (Hair colour) tersebut tengah menunggu hasil ulangannya. Karena memang hari ini hasil ulangan bahasa Inggris yang minggu lalu telah dikerjakan akan dibagikan.

  "(Your full name)-san", ucap sensei dengan suara lantang.

  'Akhirnya namaku disebut juga', batin (Your name) kemudian berjalan kedepan kelas untuk mengambil kertas ujiannya.

  "Dimana (Last name)-san?"

  "Sumimasen. Saya sudah disini, sensei"

  Sensei yang tadinya masih tengok kanan-kiri depan-belakang pun kini terlonjak kaget dari kursinya. Hingga murid-murid di kelas terpaksa menahan tawa jika tidak ingin mendapat masalah.

  "S-sejak kapan anda ada disitu, (Last name)-san?", tanya sensei berusaha tetap terlihat berwibawa.

  "Tepat setelah anda memanggil saya, sensei", jawab (Your name) dengan datarnya. Gadis ini bisa dibilang sebelas-dua belas dengan Kuroko.

  "Ehm. Baiklah. Ini nilaimu", ucap laki-laki paruh baya berkaca mata itu sambil menyerahkan selembar kertas.

  Setelah mendapat apa yang seharusnya ia dapat, (Your name) segera kembali ke tempat duduknya. Lalu, saat nama Kuroko Tetsuya yang dipanggil, kejadian seperti yang dialami (Your name) tadi terulang kembali.

.

  Hujan belum juga berhenti bahkan sampai bel pulang sekolah berbunyi. Membuat gadis dengan iris (Eyes colour) nya harus menetap lebih lama di sekolah. Dia tidak akan nekat menerobos hujan walaupun rumahnya bisa dibilang tidak begitu jauh dari sekolah.

  Helaan nafas terdengar. (Your name) hanya berdiri di dekat jendela kelasnya sambil membawa sapu lantai, menatap bosan air hujan yang terus turun dengan deras. Hari ini dia mendapat jadwal piket bersama dengan Kuroko dan beberapa murid lain. Namun tugasnya telah selesai dan kelaspun sudah bersih.

  "Kapan hujan ini akan berhenti?", tanya (Your name) entah kepada siapa. Jemari lentiknya mengusap kaca jendela dengan pelan.

  Satu persatu murid-murid yang hari ini piket beranjak pulang. Hingga tanpa disadari, kini hanya tersisa gadis berambut (Hair colour) itu dan si pemuda emotionless bersurai baby blue.

  "Wakarimasen", sebuah suara datar menyahut.

  Hampir saja (Your name) melemparkan sapu yang ia bawa kalau saja kendali tubuhnya tidak bagus. Walaupun dia sama-sama berhawa keberadaan tipis seperti Kuroko, tetap saja gadis itu belum bisa menyesuaikan diri dengan kedatangan si surai baby blue yang tiba-tiba.

  "Hai'.. Hai'.. Wakatta..", ujar (Your name) setelah menghembuskan nafas untuk menyesuaikan detak jantungnya kembali.

  "Ano.. (Last name)-san?"

  "Nani?"

  "Apa kau suka dengan hawa keberadaanmu yang tipis?", tanya Kuroko. Iris baby blue nya menatap datar hujan diluar.

  Perlu waktu beberapa saat bagi (Your name) untuk menjawab pertanyaan tersebut.

  "Dibilang suka tidak. Dibilang tidak suka ya tidak. Tapi kalau bisa, aku ingin memiliki hawa keberadaan seperti murid-murid lain saja", jawab (Your name) sambil tersenyum tipis.

  Kuroko baru pertama kali melihat senyuman itu. Entah mengapa, jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat dari biasanya, pandangannya terpaku pada senyuman (Your name), dan kemudian tanpa ia sadari dirinya juga ikut tersenyum.

  "Nee, Kuroko-kun. Apa menurutmu jika dua orang yang hawa keberadaannya tipis bersama, mereka akan lebih mudah diketahui?", tanya (Your name) sambil kembali menatap ke kaca jendela.

  "Kau menyatakan perasaanmu, (Last name)-san?", Kuroko balik bertanya dengan wajah expressionless nya.

  "E-eh?! I-Iie! Machigai desu! M-maksudku bukan seperti itu!"

  (Your name) bingung harus menjelaskannya bagaimana. Karena memang benar bukan itu maksud perkataannya. Dia hanya ingin bertanya, bukan menyatakan perasaannya. Walaupun kata-kata yang ia ucapkan memang bermakna ambigu. Dan sejujurnya, gadis itu sudah lama tertarik dengan Kuroko. Mungkin bisa dibilang sejak awal mereka masuk SMA. Alasannya karena Kuroko mirip dengannya. Sama-sama berhawa keberadaan tipis.

  "Hontou desu ka?"

  "Hai'. Mochiron desu!"

  "Menurutku bisa saja hal itu terjadi. Jika hawa keberadaan kita digabungkan, mungkin orang lain akan lebih mudah mencari kita", jawab Kuroko sambil tersenyum tipis. Ya, sangat tipis tetapi (Your name) tetap bisa melihatnya.

  Akibat hal itu, rona merah perlahan terlihat. Bukan hanya karena senyuman Kuroko, tapi juga karena ucapannya.

  "K-Kita? K-Kuroko-kun memintaku menjadi i-itu.. ano.."

  Gadis beriris (Eyes colour) itu merasa tidak enak untuk mengatakan kalimat yang ingin ia ucapkan. Kuroko mengerti, karena itu ia memotong ucapan (Your name).

  "(Last name)-san, aku tahu mungkin ini aneh. Tapi, maukah kau selalu bersamaku?", tanya Kuroko dengan datar. "Aishiteru"

  'Bisa-bisanya ia mengatakan perasaannya dengen ekspresi seperti itu', batin (Your name) dalam hati. Tidak sopan tentunya jika diomongkan secara langsung.

  "Mungkin sekalipun kita bersama tidak akan menjamin keberadaan kita mudah dirasakan. Akan tetapi, aku berjanji akan selalu menyadari keberadaanmu. Aku akan selalu ada untukmu, (Last name)-san"

  (Your name) benar-benar bingung. Bagaimana pemuda didepannya ini bisa mengatakan hal-hal yang membuatnya merona dengan tanpa ekspresi seperti itu? Jujur saja, di satu sisi (Your name) kesal, tapi di sisi lain ia juga senang.

  "A-aku.. mau", jawab (Your name) sambil menatap ke jendela, menutupi rona merah di pipinya.

  Kini, Kuroko tak dapat menahan senyumnya untuk yang kedua kali. Senyuman kali ini lebih lebar dari sebelumnya. Membuat (Your name) dapat dengan jelas melihatnya.

  "Doumo arigatou gozaimasu, (Last name)-"

  "(First name)"

  Kuroko memasang mimik bertanya. "Hai', (First name)-san", ucapnya setelah paham sambil tersenyum kembali.

  Mau tak mau (Your name) juga ikut tersenyum.

  "Douitashimashite, Tetsuya-kun"

  Mungkin jika hujan belum juga mau berhenti, itu tidak akan masalah. Karena (Your name) yakin ia tak akan bosan untuk menunggu lebih lama. Lagipula, berkat hujan inilah ia jadi bisa memanggil si rambut baby blue dengan nama awalnya.

.

A/N:
Readertachi, berhubung kemarin Kise berulangtahun, saya berniat buka request mulai sekarang. Demo, saya tidak bisa janji untuk publish dengan cepat. Ada yang mau? Kalau tidak juga tak masalah. Hehehe. Well, vote or comment jangan lupa~!
Saa, jaa matta, readertachi~!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top