Paper Game (Nijimura x Reader)
Genre: Romance
Rate: T
Setelah sekian lama tidak update-update, akhirnya saya sekarang bawa request dari NaomakiAyaru. Gomen kalau ficnya rada-rada aneh gitu. Douzo~ Semoga suka~
Bel pertanda jam pelajaran berakhir telah berbunyi. Seluruh murid di SMP Teikou dengan senang hati menyambutnya. Tanpa basa-basi para remaja itu mengemasi barang masing-masing, bersiap untuk pulang. Hal tersebut juga berlaku bagi seorang gadis bersurai (Hair colour) yang sekarang tengah sibuk memasukkan buku catatannya kedalam tas.
"Moshi moshi", ucap si surai (Hair colour) sambil mengangkat ponselnya yang tiba-tiba saja berbunyi.
"(First name)-chan, kaa-san dan tou-san akan pulang terlambat hari ini. Tidak apa 'kan?", suara seorang wanita paruh baya terdengar.
"Eh?! Tapi—"
"Tenang saja, di rumah sudah ada (Favorite food) kesukaanmu yang siap untuk makan malam. Saa, konnichiwa, (First name)-chan"
"Demo, kaa—"
Tuuut. Tuut.
Sambungan sudah lebih dahulu diputus. Belum sempat gadis itu protes, dua kali berturut-turut ucapannya selalu saja disela. (Your name) hanya bisa menghela nafas lelah. Berdasarkan percakapan tadi, mulai sekarang (Your name) hanya sendirian di rumahnya, setidaknya sampa kedua orangtuanya pulang yang sayang tidak tahu kapan pastinya. Sekali lagi (Your name) hanya bisa menghela nafas.
.
"Tadaima", ucap (Your name) sambil membuka pintu rumah.
Tak ada jawaban. (Your name) baru ingat jika saat ini hanya dialah penghuni rumahnya. Dengan langkah gontai gadis itu berjalan ke kamar lalu dengan cepat berganti pakaian. Setelah itu ia memutuskan untuk mengisi waktu kosongnya dengan mengerjakan tugas yang tadi ia dapat. Tanpa terasa kini sudah waktunya untuk makan malam. Alhasil (Your name) pun menghentikan kegiatannya lalu berjalan menuju ruang makan.
"Itadakimasu", ujar (Your name) pelan kemudian menyantap (Favorite food) miliknya.
Tak perlu waktu lama sekarang gadis itu sudah berada kembali di dalam kamar, melanjutkan tugas yang tadi sempat tertunda. Ketika ia sudah selesai, suara bel pintu terdengar. Menghela nafas kesal, dengan langkah malas gadis itupun mau tak mau keluar dari kamar, bersiap melihat tamunya.
"Siapa orang yang berani membuatku bolak-balik dari kamar ini?", gerutu (Your name) sambil terus melangkahkan kakinya menuju pintu rumah bagian depan.
Baru saja gadis itu akan memegang knop, pintu sudah lebih dulu terbuka, menampakan sesosok pemuda berambut hitam dengan kedua alis yang hampir bertautan.
"Oh, kau akan membukakannya? Kukira kau akan membiarkanku masuk seperti pencuri", ucap pemuda itu dengan sedikit sarkasme.
"Jadi kau orang yang membuatku bolak-balik dari kamar? Sialan kau, Shuuzou", balas (Your name) tak suka.
"Bukan salahku. Ibumu yang menyuruhku datang pada jam ini", tutur pemuda itu sambil dengan santainya melangkah masuk. "Lagipula aku sudah mengirim pesan berulang kali ke nomormu"
"Eh?"
Sontak (Your name) segera berlari ke kamarnya, mengambil ponselnya lalu kembali menemui pemuda berambut hitam itu yang kini sedang menonton TV di ruang keluarga milik (Your name). Setelah menempatkan diri di sofa yang sama, gadis itu segera membuka ponselnya dan mendapati beberapa pesan dari pemuda berambut hitam tersebut.
To: (Full name)
From: Nijimura Shuuzou
Ibumu memintaku untuk menemanimu malam ini. Aku akan datang setelah makan malam. Kau di rumah 'kan?
To: (Full name)
From: Nijimura Shuuzou
Oi! Kau benar-benar di rumah 'kan?
To: (Full name)
From: Nijimura Shuuzou
Terserah. Aku datang sekarang
Kurang lebih seperti itulah isi dari beberapa pesan yang Nijimura kirim. Sisanya masih ada kurang lebih lima missed call dalam waktu yang hanya berjarak beberapa detik. Senyuman canggung menjadi tanggapan dari (Your name) tentang pesan dan panggilan-panggilan tersebut.
"Tehe... Maafkan aku. Sejak tadi aku hanya mengerjakan tugas", ujar (Your name) sambil tersenyum tidak enak ke arah sahabatnya sejak kecil itu yang masih sibuk dengan televisi. Nijimura menoleh, menatap gadis di sampingnya dengan pandangan datar.
"Sudah biasa untuk seorang anak rajin sepertimu", ucap Nijimura datar lalu kembali menatap layar televisi di depannya.
Setelah itu mereka berdua hanya mengisi waktu dengan menonton TV dalam keheningan. Nijimura yang masih merasa badmood dan (Your name) yang merasa canggung untuk melakukan apa-apa hanya duduk menatap layar tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
.
Menit demi menit berlalu hanya dengan suara bisingnya televisi yang sejak tadi berada di channel yang sama. Nijimura dan (Your name), keduanya juga masih setia duduk di depan televisi tanpa sedikitpun mengungkapkan sepatah kata.
"Ayo bermain"
Nijimura tiba-tiba saja membuka mulut, merasa jenuh akan keheningan yang sejak tadi melanda. (Your name) yang mendengar kalimat dari Nijimura menolehkan kepalanya dari televisi.
"Game apa?"
"Kau punya beberapa lembar kertas dan pensil?"
"Ya, aku punya. Ada di meja belajarku", jawab (Your name). "Kau mau apa?"
Tanpa sepatah kata lagi Nijimura langsung berjalan menuju kamar gadis itu, membuat si pemilik rumah sedikit heran namun berusaha mengacuhkannya, lagipula sudah hal biasa jika seorang Nijimura Shuuzou keluar masuk dari kamarnya seolah tengah memasuki kamar sendiri.
Tak lama kemudian Nijimura kembali dengan tangan kosong setelah beberapa kali (Your name) melihatnya berjalan kesana-kemari ke berbagai ruangan di rumah keluarga (Last name) tersebut.
"Ayo bermain", ajak Nijimura sekali lagi sambil mendatangi si gadis yang sampai saat ini masih duduk di sofa.
"Game apa? Kau belum menjawabnya tadi", jawab (Your name) sedikit kesal.
"Aku tidak tahu pasti game apa namanya, tapi kita sebut saja paper game. Yang jelas kau hanya harus mencari beberapa kertas yang kutaruh di beberapa tempat dalam rumahmu ini", jelas Nijimura. "Pertama ada satu kertas di dapur. Kau cari saja", titah Nijimura sambil mendudukan diri di samping (Your name).
"Baiklah. Aku ikut permainan ini", ucap (Your name). "Tunggu. Lalu apa yang akan kau lakukan?"
"Aku muncul di tempat terakhir. Sudahlah! Cepat kau cari!", seru Nijimura mulai kesal dengan gadis yang sejak tadi terus saja bertanya itu. Ia dorong (Your name) bangkit dari sofa, membuat si surai (Hair colour) mau tak mau kini berada di posisi berdiri.
"Baik, aku cari! Kau tak perlu mendorongku, Shuuzou!", protes (Your name) kemudian mendengus kesal. Lalu setelahnya ia pun berjalan menuju dapur, mencari kertas yang Nijimura maksud.
.
Beberapa menit sudah terlewat dan (Your name) kini telah mendatangi beberapa tempat dimana Nijimura menempatkan kertas-kertasnya. Sekarang gadis bersurai (Hair colour) itu berada di kamarnya dengan nafas yang tidak teratur berkat kegiatannya yang sejak tadi berjalan kesana kemari dari satu ruangan ke ruangan lain, belum lagi jarak setiap ruangan yang tidak bisa dibilang dekat.
"Ruang keluarga. Tempat dimana Sadako biasa muncul. Note: yang kumaksud bukan sumur tentunya", (Your name) berujar pelan membaca kalimat yang tertera pada kertas di tangannya. Mengernyitkan alis bingung, (Your name) mendudukan dirinya di kasur untuk sejenak beristirahat sambil berpikir.
"Jangan bilang yang kau maksud itu televisi di ruang keluarga, Shuuzou. Aku sudah melewati ruang keluarga tiga kali dan kau menyuruhku kembali kesana?! Mengapa harus ruang keluarga?!", seru gadis itu tak percaya bercampur rasa jengkel. Namun pada akhirnya ia juga melangkahkan kaki menuju tempat yang dimaksud, walaupun dengan langkah yang dihentak-hentak karena kesal.
Setelah beberapa langkah yang ditempuh, kini (Your name) telah sampai di ruang keluarga. Mengedarkan pandangan menuju ke televisi, gadis itu segera mendekati benda persegi panjang itu saat melihat sebuah kertas tertempel disana.
"Halaman belakang. Besar. Coklat dan hijau. Temanmu waktu kecil", ucap si surai (Hair colour) membaca tulisan yang berada di kertas tersebut. Kembali alisnya ia tautkan setelah membaca kalimat itu. Kini otaknya harus kembali berpikir.
Menghela nafas lelah, (Your name) segera berjalan menuju halaman belakang rumahnya. Sambil berpikir, gadis itu terus melangkah mendekati sebuah pohon besar yang berada di halaman belakang.
"Coklat dan hijau? Temanku waktu kecil?", (Your name) terus bergumam sendiri sambil memikirkan jawabannya. "Aku tidak punya banyak teman saat kecil. Kupikir masa kecilku kuhabiskan untuk bermain bersama Shuuzou di halaman belakang dan...", jeda sejenak. "Astaga! Pohon!", seru (Your name) tiba-tiba kemudian berlari dengan cepat menuju pohon di halaman belakang rumahnya.
"Ah! Ini dia!", teriak gadis itu senang saat menemukan kertas yang tertempel di pohon tersebut. "Eh? Kosong?", tanya (Your name) pada diri sendiri sambil membolak-balikkan kertas yang ada di genggaman tangannya.
"Oh, kau sudah menemukannya"
Tiba-tiba suara bariton terdengar dari arah belakang (Your name). Membalikan tubuh untuk mencaritahu si pemilik suara, kini (Your name) mendapati sosok Nijimura yang sudah berdiri didepannya dengan satu tangan yang berada di dalam saku celana.
"Shuuzou, mengapa kertas ini kosong?", tanya (Your name) masih dengan setia mengamati dan membolak-balikkan kertas di tangannya.
"Itu salah. Kertas yang benar ada disini", ucap Nijimura sambil mengeluarkan tangannya dari saku lalu memperlihatkan secarik kertas yang sama seperti sebelum-sebelumnya.
"Kalau begitu cepat berikan padaku!", titah (Your name) sambil berusaha mengambil kertas dari tangan Nijimura.
Nijimura mengangkat tangannya tinggi-tinggi, membuat gadis didepannya tak dapat menjangkau kertas tersebut. Dengusan kesal terdengar dari (Your name), disambut kekehan kecil dari si pemuda bersurai hitam.
"Kau tak perlu meminta, aku memang berniat memberikannya", tutur Nijimura lalu menyerahkan kertas itu kepada (Your name).
Dengan segera (Your name) menerima kertas tersebut, membaliknya lalu membaca kalimat yang berada disana dengan cepat.
"Oh... Kau menyukaiku?", ulang (Your name) membaca kalimat yang ada pada kertas dengan santai. "Lalu?"
"Lalu?", Nijimura bingung. "Nee, maukah kau menjadi kekasihku?", tanya pemuda bersurai hitam itu sedikit gugup, tangannya kini tengah menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Menjadi kekasihmu?", (Your name) mengulang kalimat Nijimura. Setelah itu hening melanda, (Your name) tengah sibuk berpikir.
Satu detik. Dua detik. Tiga detik. Masih belum ada sepatah katapun yang keluar dari mulut satu sama lain.
"Eh?! Menjadi kekasihmu?! Jadi kau menyukaiku?!", seru (Your name) tiba-tiba dengan tak percaya dihiasi rona merah yang berada di pipi.
Nijimura menepuk dahinya kesal. Jika saja orang yang berada didepannya ini bukanlah perempuan, ia pasti sudah mendemonstrasikan jurus karatenya saat itu juga.
"Lalu sejak tadi kau menganggapnya apa, baka?! Lihat kembali kertas itu!", balas Nijimura kesal kemudian terdengar geraman jengkel.
Seperti yang dikatakan Nijimura, (Your name) pun membaca kembali kertas di genggaman tangannya.
"U-uh... J-jadi kau benar-benar menyukaiku? Kau... ingin aku menjadi kekasihmu?", tanya (Your name) sambil menunduk, tak berani menatap lawan bicaranya.
"Begitulah. Kau keberatan?"
"A-aku... Aku mau, Shuuzou! Sekarang pulanglah! Aku bisa di rumah sendirian!", seru (Your name) salah tingkah sambil mendorong Nijimura kembali masuk ke rumah lalu menuju pintu depan.
"O-oi! Ada apa denganmu?! Kau mengusirku?"
"Tidak! Pulanglah! Kau tidak tahu bagaimana detak jantungku sekarang?! Ini semua karena ulahmu, Shuuzou! Pulaaang!"
Dengan seruan-seruan itu (Your name) masih terus mendorong Nijimura hingga ke pintu depan, membuka pintu lebar lalu mendorong pemuda itu keluar dari rumahnya.
.
Omake:
"Pulaaang!"
"O-oi! Tunggu sebentar! Ada yang ingin kukatakan padamu!"
(Your name) berhenti mendorong Nijimura lalu menatap si surai hitam dengan penuh tanya.
"Apa?"
"Arigatou", ucap pemuda tersebut kemudian mengecup kening kekasihnya.
(Your name) membatu. Perlahan tangannya menjalar naik memegang dahinya yang baru saja mendapat kecupan manis dari sang kekasih.
"Jaa! Konbanwa, (First-name)-chan! Ittekimasu!", seru Nijimura sambil tertawa kemudian dengan sesegera mungkin berlari sebelum mendapat 'pukulan sayang' dari sang kekasih.
"Shuzooou!"
Dan setelah sadar dari rasa shock-nya, (Your name) hanya bisa berteriak antara kesal dan malu ke sang kekasih.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top