My Husband Idaman (Himuro x Reader)
Genre: Romance, Family (Husband!Himuro x Wife!Reader)
Rate: T
Selamat tahun baru 2k18, readertachi! Intinya wishes buat tahun ini semoga jadi tahun yang lebih baik dari sebelumnya (Aamin)
Oh iya, part ini request dari AzkaAndrian_A
Ngomong-ngomong readertachi bisa sebutin chapter favorite kalian di buku ini? Mohon bantuannya, ya!
Nah, itu saja. Semoga yang request suka! (Saya ketawa gegara judulnya btw. Wkwk)
Saa, jaa matta, readertachi!
"Tatsuya! Ayo pergi ke toko buku itu!"
Siang itu (Your name) dan suaminya—Himuro Tatsuya—tengah berjalan-jalan. Berhubung keduanya sedang tidak ada kerjaan, mereka memutuskan untuk bersantai dengan berjalan-jalan sambil membeli berbagai macam barang.
Hampir satu tahun ini mereka telah menikah. Lihat saja cincin indah yang melingkar di jari manis keduanya. Kehidupan mereka tidak begitu mewah, namun tidak juga kekurangan. Walaupun begitu tetap saja (Your name) sering berpikir dua kali kalau ingin bersenang-senang. Karena Tatsuya lah satu-satunya yang bekerja, sebagai seorang pegawai kantoran. Sedangkan (Your name)? Seorang istri rumah tangga. Sebenarnya (Your name) masih ingin bekerja. Namun suaminya bersikeras melarang.
"Jangan lari, (First name)!" seru Tatsuya khawatir ketika (Your name) menariknya. Sebab di tangannya sudah ada tas plastik berisi kebutuhan sehari-hari mereka. Takut-takut jika berlari tasnya akan jebol lalu menjatuhkan semua barang yang ada di sana.
Sayangnya (Your name) hanya tertawa dan tetap menarik Tatsuya.
Setibanya di toko buku yang (Your name) maksud, (Your name) mulai melihat-lihat koleksi buku di sana. Mulai dari buku tentang kerajinan, novel, maupun tips dan trik menjadi istri yang baik dan benar.
Tak butuh waktu lama kini mereka telah keluar dari toko buku dengan senyuman. Setidaknya senyuman itu terpasang di wajah (Your name). Sedangkan Tatsuya? Dia hanya menghela nafas akibat beban tambahan yang dibawanya. Satu plastik berisi buku-buku kini berada di tangan kirinya.
"Ah! Aku mau ke sana! Boleh kan, Tatsuya?" tanya (Your name) penuh harap sewaktu melihat toko perhiasan yang tampak lucu berada tak jauh di depan mereka.
"Tentu saja," balas Tatsuya tanpa berpikir. (Your name) merupakan salah satu dari kelemahan yang ia miliki yang jumlahnya tak banyak. Jika sang istri sudah meminta, butuh usaha keras bagi Tatsuya untuk menolaknya.
"Yeay!" seru (Your name) senang lalu berjingkrak memasuki toko tersebut.
Tatsuya yakin ia sekarang melihat manik (Eyes colour) itu berbinar tatkala mereka berada di dalam toko. Layaknya anak kecil yang berada di toko permen, (Your name) segera menjelajahi setiap sudut ruangan dan melihat-lihat koleksi perhiasan di sana dengan wajah sumringah. Ada satu perhiasan yang berhasil menarik perhatiannya. Sebuah kalung dengan inisial namanya sebagai liontin. Desainnya sendiri tak begitu rumit namun tetap memancarkan keindahan. Warnanya putih mengkilap. Sepertinya kalung tersebut dibuat dari platina.
'I-ini terlalu mahal!'
(Your name) bisa merasakan bola matanya membulat seketika saat melihat berapa harga yang tertera di etalase tempat kalung itu berada. Sebab harga kalung minimalis itu setara dengan dua kali lipat gajinya sewaktu ia masih bekerja dulu.
"Kau menginginkannya, (First name)?" tanya Tatsuya yang tiba-tiba sudah berada di samping (Your name).
"H-huh? T-tidak! Sama sekali tidak!" jawab (Your name) cepat.
"Eh? Tapi kau terus memandanginya sejak—"
"A-ah! Sekarang sudah sore! Ayo pulang, Tatsuya!" sela (Your name) lalu menarik suaminya keluar dari toko, mengabaikan beberapa tatapan heran dari pelanggan yang lain.
.
Pagi harinya (Your name) bangun seperti biasa, pukul lima pagi. Ia segera duduk dan meregangkan badan. Lalu tersenyum ketika melihat suaminya yang masih tertidur pulas di ranjang. Dan senyuman itu melebar sewaktu melihat kalender yang berada di nakas. Rupanya hari itu tepat satu tahun pernikahan mereka.
'Kalau begitu aku akan membuatkan sarapan kesuksesan Tatsuya.'
(Your name) segera bangkit dari kasur dan pergi ke dapur, setelah sebelumnya menyiapkan pakaian kantor sang suami. Tak lama kemudian Tatsuya memasuki ruang makan yang berada satu ruangan dengan dapur itu. Ia sudah siap dengan pakaian kantornya. Bersamaan dengan itu (Your name) telah selesai menyiapkan sarapan mereka.
"Ohayou, (First name)," sapa Tatsuya sambil mengecup pipi sang istri.
"Ohayou, Tatsuya," balas (Your name). "Hah... Kau ini, pakailah dasimu dengan benar!" seru (Your name) kemudian membenarkan dasi yang Tatsuya pakai karena sang suami tak mengenakannya dengan rapi.
Tatsuya hanya tertawa dan membiarkan (Your name) melakukan pekerjaannya. "Apa yang kau masak?"
(Your name) tersenyum. "Makanan favoritmu. Semoga kau suka."
"Oh, tentu saja."
Kemudian Tatsuya mendudukkan dirinya di kursi, disusul (Your name) yang menempatkan diri di depannya. Mereka pun memulai sarapan pagi itu dengan tenang. Tak butuh waktu lama hingga mereka selesai dan Tatsuya pun sudah berjalan ke depan untuk berangkat kerja.
"Ittekimasu," pamit Tatsuya kemudian mengecup bibir sang istri.
"Itterasshai," balas (Your name) dengan senyuman lembut. "Hati-hati."
Sambil balas tersenyum Tatsuya keluar dari rumah. Setelah bayangan sang suami tak lagi terlihat (Your name) segera menghembuskan nafas lega. Setidaknya tanggungjawab untuk membantu suami bersiap-siap telah gugur.
"Yosh! Saatnya bersih-bersih! Karena hari ini anniversary pernikahanku dengan Tatsuya, aku akan membuatkan makan malam spesial untuk suamiku tercinta!"
Dan pagi itu (Your name) mulai melakukan operasi pembersihan rumah dalam rangka perayaan anniversary pernikahannya dengan sang suami.
Semangat istri muda.
.
Malam telah tiba. Bersamaan dengan itu (Your name) telah selesai membersihkan rumahnya. Lantai bersih? Cek. Ruangan harum? Cek. Kamar rapi? Cek. Perabot kinclong? Cek. Makan malam? Cek.
"Hah... Akhirnya selesai juga," (Your name) meregangkan badan seusai menata makan malam untuknya dan Tatsuya nanti.
Berjalan keluar dari dapur, (Your name) melangkahkan kakinya ke kamar untuk membersihkan diri. Beberapa menit kemudian ia telah berganti pakaian dan berjalan ke ruang tamu untuk melihat apakah suaminya sudah pulang atau belum.
Namun ia tak mendapati tanda-tanda Tatsuya datang. Jadi, (Your name) pun memutuskan untuk menunggu di sana sembari bermain ponsel. Dengan iseng ia mencari informasi tentang kalung yang ia lihat kemarin ketika bersama Tatsuya. Siapa tahu di online shop ada dengan harga yang lebih ekonomis. Siapa tahu juga ada temannya yang melakukan give away.
(Your name) tertawa sendiri karena pemikirannya yang terlalu penuh harap.
Sudah cukup lama (Your name) bermain dengan gadget miliknya akan tetapi sang suami belum juga tiba di rumah. Padahal jam makan malam sudah terlewat dan biasanya Tatsuya pulang sebelum jam makan malam tiba.
Sayangnya (Your name) tidak mudah menyerah. Ia tetap setia menunggu kedatangan sang suami. Bahkan ketika badannya yang terasa lelah sekali akibat acar bersih-bersihnya sejak pagi, (Your name) tetap menunggu Tatsuya. Walaupun kini dalam keadaan tertidur sambil duduk.
Tak lama setelah (Your name) tertidur pintu rumah keluarga Himuro terbuka, menampilkan sosok sang suami yang juga tampak kelelahan selepas bekerja.
"Tadaima," Tatsuya melepas sepatunya lalu berjalan ke dalam. Ketika melewati ruang tamu ia mendapati istrinya yang tengah ketiduran. Tatsuya tersenyum tipis lalu mendatangi (Your name), dengan lembut membangunkannya. Setelah sebelumnya menyingkirkan ponsel yang berada di pangkuan sang istri.
"Ngh..." (Your name) melenguh lalu membuka mata perlahan, mendapati sosok Tatsuya yang berdiri di depannya dengan senyuman.
"Kau bisa sakit jika tidur di sini, (First name)."
"Astaga, Tatsuya!" saat menyadari sang suami sudah pulang, (Your name) seketika berdiri dari sofa, membuat rasa pusing melanda kepalanya tiba-tiba. "Ow ow ow..." ia memegangi kepala lalu mendapatkan tatapan khawatir dari Tatsuya.
"Jangan asal berdiri, (First name)..."
Yang dikhawatirkan justru tertawa. "Tak apa, Tatsuya," balasnya sambil tersenyum meyakinkan. "Kau mandilah dulu. Aku sudah menyiapkan makan malam kesukaan kita."
Tatsuya tersenyum. "Baiklah kalau itu maumu. Tapi sebelum itu..." Tatsuya mengambil bungkusan kecil dari dalam tas kantornya lalu menyerahkannya ke (Your name). "Ini untukmu. Selamat hari jadi pernikahan kita yang ke satu tahun."
"Eh?! Kamu ingat?" bola mata (Eyes colour) itu menatap Tatsuya tak percaya.
"Siapa bilang aku lupa?" Tatsuya balas bertanya. "Bukalah."
"Astaga, Tatsuya! I-ini kan mahal!" komentar (Your name) ketika ia telah membuka bungkusan kecil tersebut. Rupanya hadiah yang diberikan Tatsuya adalah kalung yang ia inginkan sejak kemarin. Kalung minimalis tapi indah serta mahal yang ia inginkan kemarin."K-kenapa dibeli?"
Tangan besar Tatsuya menepuk pelan kepala sang istri dan membelai helaian (Hair colour) itu lembut. "Apa artinya uang jika dibandingkan dengan kebahagiaamu, (First name)? Lagipula tak ada salahnya kan sesekali membelinya? Apakah ada sesuatu yang ingin kau beli lagi?"
"T-tidak ada! Tidak! Sama sekali tidak ada!" (Your name) menggelengkan kepala berkali-kali. "Uh... Tatsuya... Y-you are... You really are... My husband idaman!" seru (Your name) dengan air mata bahagia yang mengalir sambil memeluk erat suaminya.
Tatsuya balas memeluk erat sang istri, hanya saja ekspresi heran bercampur bingung tampak jelas di wajah rupawan itu. "Husband idaman?"
(Your name) tertawa kecil sembari menggaruk pipinya yang tak gatal. "Hehehe... Aku tidak tahu bahasa Inggrisnya. Jadi, yah... Begitulah..."
Tatsuya membalasnya dengan senyuman geli. Tapi tangannya kembali mengusap kepala sang istri. "Kalau begitu you're my wife idaman."
"Eh? Tatsuya juga tidak tahu bahasa Inggrisnya?"
"Aku tahu. Hanya saja aku tidak mau istriku ini kelihatan bodoh," balas Tatsuya masih dengan senyuman kemudian berlari secepat kilat ke kamarnya untuk mandi serta menghindari cubitan sayang dari sang istri.
"Apa?! Kemari kau, flower boy!"
.
Omake
Keduanya telah selesai makan malam. (Your name) sedang mencuci piring sementara Tatsuya masih duduk di depan meja.
"(First name)."
"Ya?"
Tatsuya diam kemudian berdiri untuk memeluk sang istri dari belakang. Ia sandarkan kepalanya di pundak kanan (Your name), tidak peduli apabila sang istri merasa terganggu karena masih mencuci piring.
"Sekarang anniversary kita, 'kan? Tidak adakah hal istimewa yang kita lakukan?"
"Hm? Kau mau jalan-jalan? Baiklah. Aku juga sudah selesai mencuci piring-piring ini."
"Bukan itu..."
"Huh? Lalu?"
"Ayahku menginginkan cucu."
"Eh?"
Dua detik kemudian (Your name) baru sadar.
"EH?!"
Belum sempat (Your name) mengutarakan pendapatnya ia sudah lebih dahulu digendong oleh sang suami layaknya seorang putri menuju ke kamar mereka berdua.
"T-Tatsuya! Turunkan aku! Hei!"
"Sst... Tenanglah, (First name). Tenang..."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top