I Still Love You! (Kise x Reader)

Genre: Romance, Drama (?) (Kise x tsundere!Reader)
Rate: T

Siapa yang belum masuk sekolah?
Saya udah.
Full day school.
Sabtunya pendidikan karakter *gulung-gulung*
Maa! Tauk ah! Ini request dari BakabaneMaari
Semoga suka~
Saya gak tau reader udah cukup tsundere atau belum disini *plak
Saa, jaa mata, readertachi!

  “Eh? Siapa itu? Tampannya…”

  “Kamu tidak tahu?! Dia Kise Ryouta! Si model dari SMA Kaijou itu!”

  “Apa?! Pantas saja tampan sekali…”

  “Tapi kenapa dia datang kemari?”

  Jam pulang sekolah sudah lewat. Namun beberapa siswi di SMA Seirin lebih memilih untuk berbisik-bisik membahas seorang pemuda blonde yang memasuki kawasan sekolah mereka. Kise Ryouta tampak sangat santai berjalan di area yang bukan merupakan sekolahnya. Sambil sesekali melambai dan mengumbar senyum ramah pada fangirls di sana, Kise melangkahkan kaki menuju gymnasium SMA Seirin.

  Sore itu ia berniat melihat latihan basket temannya sekaligus mengunjungi sang kekasih. Masih dengan fangirls yang mengekor, Kise memasuki gym yang mana membuat seluruh perhatian pengguna gymnasium tertuju ke arahnya seketika. Seluruh anggota tim basket beserta coach dan manager yang berada di sana langsung menghentikan kegiatan masing-masing demi menatap pemuda bersurai terang yang tengah tersenyum riang itu.

  “(First name)cchi!” Kise yang melihat sosok sang kekasih di pinggir lapangan segera berlari ke sana lalu memeluknya erat tanpa peduli sedikitpun pada tatapan-tatapan mematikan dari peghuni gymnasium yang lain—terutama fans-nya.

  “L-lepaskaskan aku, baka!” (Your name) meronta tak terima.

  “Mou… Aku rindu padamu, (First name)cchi! Kau tidak rindu padaku? Aku jauh-jauh dari Kanagawa kemari hanya demi dirimu-ssu!” Kise masih memeluk (Your name) erat, membuat rona merah menjalar di pipi gadis cantik itu.

  “T-tentu saja tidak! Siapa yang sudi merindukan laki-laki sepertimu?!” balas (Your name) yang sudah berhasil melepaskan diri dari pelukan maut seorang Kise Ryouta.

  Jika ada penghargaan kekasih paling sabar sedunia, sepertinya Kise berhak mendapatkannya.

  Bagaimana tidak? Pemuda itu memiliki kekasih yang tingkat ke-tsundere-annya berada di stadium akhir. Bahkan Kise mengaku ke-tsundere-an (Your name) lebih parah dari temannya yang berambut hijau di SMP dulu. Karena terlalu tsundere, Kise sendiri sampai ragu apakah mereka benar-benar sepasang kekasih? Bahkan bagaimana ceritanya mereka bisa jadian pun Kise juga tidak ingat.

  “(First name)cchi hidoii-ssu!” lalu keluarlah tangis dibuat-buat khas Kise, yang sama sekali tidak dihiraukan oleh kekasihnya.

  “Kise-kun, sebenarnya kau kemari untuk apa? Jika hanya untuk bertemu (Last name)-san lebih baik di luar.”

  Seorang pemuda baby blue yang tak tahan melihat tingkah alay pemuda blonde itu angkat suara. 

  Kise terperanjat. “Kurokocchi! Kau mengagetkanku-ssu!” seru Kise jengkel. “Dan tidak mau! Aku mau melihat wajah cantik (First name)cchi terus!” balasnya sambil merangkul sang kekasih. “Ah, aku tahu! Kagamicchi! Ayo tanding one-on-one-ssu!”

  Kagami yang kala itu sedang melakukan dunk sontak menoleh. Dan bola yang tadinya ingin ia arahkan ke ring justru mendarat ke kepalanya sendiri. Seluruh penghuni gymnasium langsung saja tertawa kecuali (Your name) yang hanya mendengus geli.

  “Nah, ayo Kagamicchi! Nee, (First name)cchi, kau akan mendukungku, ‘kan?” ujar Kise sambil menatap kekasihnya penuh harap.

U-urusai! Cepat sana, baka!” seru (Your name) lalu mendorong Kise ke lapangan.

  “Mou, (First name)cchi!”

.

  Latihan basket yang sejak tadi berlangsung kini telah selesai. Seluruh anggota sudah siap untuk pulang ke rumah masing-masing, tak terkecuali Kise yang rupanya memutuskan untuk berada di Seirin hingga latihan mereka selesai. Kise yang masih dalam balutan seragam sekolah bersikeras untuk mengantarkan (Your name) pulang ke rumahnya walaupun kala itu hari sudah larut.

  Tapi bukan (Your name) namanya jika langsung setuju.

  Dan bukan Kise juga namanya kalau menyerah begitu saja kepada pacar tsundere-nya.

  Setelah acara bujuk dan tolak yang keduanya lakukan, Kise pun keluar sebagai pemenang. (Your name) akhirnya mau juga menerima tawaran sang kekasih. Tapi bukan berarti ia senang karena ditemani pulang oleh Kise tentunya.

  Di tengah perjalanan yang diselimuti keheningan itu Kise berinisiatif untuk menggandeng tangan kekasihnya. Ayolah, reaksi malu-malu yang (Your name) berikan sangat tidak ternilai harganya. Lihat saja wajah memerah itu tatkala Kise berhasil menggandeng tangan mungil milik sang kekasih. Kise tersenyum sumringah dibuatnya, walaupun masih membiarkan tak ada satu patah kata pun yang keluar.

  “Kise-kun!”

  “Huaa! Itu benar-benar Kise-kun!”

  Sayangnya keheningan yang nyaman itu tak dapat bertahan lama karena di tengah jalan dua orang fans Kise berseru kemudian berlari ke arahnya. Kise yang melihat hal itu tanpa sadar langsung melepaskan genggaman tangannya dengan (Your name). (Your name) berdiri di tempat, dalam hati merasa kecewa sekaligus kesal. Jika saja membunuh tidak dosa, dua orang gadis yang sekarang tengah dengan genit memeluk lengan kekasihnya itu bisa dipastikan sudah terkapar tanpa nyawa detik itu juga.

  “Kise-kun! Boleh minta tanda tangan?”

  “Ayo berfoto!”

  Kise hanya bisa tersenyum kaku menanggapi tingkah dua orang itu. Dengan pasrah ia segera menandatangi buku yang diajukan ke arahnya—berharap mereka segera pergi kemudian.

  “Ano… Bisa tolong fotokan kami?” salah seorang fans tadi mendatangi (Your name) dengan handphone yang diajukan.

  “Ah, tunggu!” Kise tanpa sadar berujar. Ia sudah melihat raut tidak suka yang (Your name) pasang. Ia tak mau mood kekasihnya bertambah buruk. “Jangan-ssu,” lanjutnya karena ia tahu (Your name) paling tidak suka jika dimintai tolong oleh orang yang tak dikenal.

  “Kenapa? Temanmu tidak mau dimintai tolong, Kise-kun?”

  “Eh, itu…”

  Kise gelapan sendiri. (Your name) itu bukan temannya. Dia kekasihnya. Tapi mana mungkin Kise bilang begitu. Yang ada media massa akan membuat berita-berita aneh tentangnya. Dan ia tidak mau. Tidak jika (Your name) terlibat di dalamnya.

  Di sisi lain (Your name) tengah berdebat dalam hati. Kenapa Kise tak kunjung menjawab? Apakah mengatakan ‘dia ini kekasihku’ sangatlah sulit? Atau… Kise malu apabila fans-nya tahu jika ia punya kekasih gadis biasa sepertinya? Apakah hubungan tiga bulan mereka selama ini tak berarti?

  “Maaf, tidak bisa,” (Your name) menyela Kise sebelum pemuda itu sempat mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya. Ia tidak tahan. Mungkin pemikirannya benar. Kise terlalu malu untuk mengakuinya sebagai kekasih.

  Setelah berkata demikian (Your name) berjalan pergi dari tempat mereka berada tanpa sekalipun menengokkan kepala ke belakang. Masa bodoh dengan panggilan yang diserukan oleh Kise. Ia tidak akan menengokkan kepala, pun memperlambat langkah kakinya.

.

  Kise segera mengejar (Your name) ketika ia berhasil mengurusi fans-nya tadi. Untung saja gadis itu belum begitu jauh berjalan. Ketika sosok (Hair colour) itu berada di dalam jangkauannya, ia langsung menggenggam tangan (Your name) tanpa berpikir dua kali.

  “K-kenapa kau pergi, (First name)cchi?!”

  (Your name) berhenti. Ia yang sejak tadi tanpa sadar menundukkan kepala pun kemudian mendongak. “Kenapa? Aku kan hanya temanmu.”

  Bola mata sewarna madu itu membulat sempurna. Ingin rasanya Kise menyangkal namun ia urungkan niatnya. Ia tahu (Your name) tak akan mau mendengar alasannya jika sudah seperti ini.

  “Jangan marah, (First name)cchi…

  “Aku tidak!” jawab (Your name) spontan.

  “Lalu? Kau mau kita berteman saja?”

  “Tentu tidak!”

  “Kalau begitu kita masih menjadi kekasih, ‘kan?”

  “T-tidak mau!”

  Helaan nafas keluar dari mulut Kise. Ia melepaskan genggamannya dari (Your name) lalu mengusap muka kasar. Kadang sifat tsundere (Your name) memang menggemaskan. Tapi jika muncul disaat seperti ini jujur saja hal itu membuatnya emosi.

  “Katakan maumu kalau begitu, (First name)cchi…

  (Your name) terdiam.

  “A-aku…” lirihnya kemudian dengan kepala tertunduk. “Tidak tahu…”

  Cukup sudah.

  Untaian terakhir kesabaran seorang Kise Ryouta putus saat itu juga.

  “Kalau begitu aku pergi.”

  Kalimat itu terlontar tanpa ekspresi, disusul kepergian sang pengucap dari tempatnya berdiri. Sama halnya seperti (Your name) yang tak menengokkan kepala sama sekali sewaktu pergi tadi, Kise pun begitu. Ia tak mau repot-repot membalikkan badan, bahkan sekedar memperlambat langkahnya.

  (Your name) hanya bisa melihat kejadian itu dalam diam, menatap punggung tegap Kise yang semakin jauh dari pandangan. Dua belah bibir itu bergetar, perlahan membuka guna mengucap sesuatu. Namun tak ada sepatah kata pun yang keluar. Walau dalam hati (Your name) sungguh ingin Kise tetap tinggal. Akan tetapi ego dan gengsinya melarang.

  “Ryouta...“

  ‘...jangan pergi.’

.

  “Jadi, kau menyesal, (Last name)-san?”

  “T-tidak! Huaaa… Tapi tolong aku, Kuroko!”

  Siang itu (Your name) tidak berada di gym seperti biasa, begitu pula Kuroko yang menemani gadis itu membolos di taman sekolah. Bukan membolos sebenarnya, karena coach mereka sudah memberi izin. Riko sendiri yang menyarankan (Your name) untuk tidak berada di gym dahulu. Ia tak tega melihat (Your name) yang terus menerus duduk di bench dengan tatapan hidup segan mati tak mau. Jadi, ia pun menugaskan Kuroko untuk menemani gadis (Hair colour) itu. Karena Kuroko merupakan teman dari biang keladi kegundah gulanaan seorang (Your name).

  “Kau baik-baik saja kalau begitu?”

  “Tentu saja tidak! Kuroko… Aku benci dia!”

  “Kau tidak mencintainya lagi?”

  “Tentu saja masih!”

  Kuroko yang notabene emotionless pun bisa merasakan geram akibat jawaban (Your name). Dalam hati ia memuji Kise karena bisa bertahan dengan gadis seperti itu.

  “(Last name)-san,” panggil Kuroko sambil mencengkeram kedua bahu (Your name), membuat gadis yang duduk di sampingnya itupun menghadap ke arahnya. “Kau masih mencintai Kise-kun?”

  (Your name) sudah siap menyangkal. Namun ketika melihat ekspresi datar Kuroko beserta aura mengintimidasi dari pemuda baby blue itu (Your name) harus berpikir dua kali. Setelah perang batin cukup lama iapun mau jujur.

  “Baiklah! Aku masih mencintainya! Aku tidak mau hanya menjadi temannya! Aku tidak mau dia pergi! Aku menyesal sudah bersikap seperti kemarin! Aku! Masih! Mencintai! Kise Ryouta!” seru (Your name) tanpa jeda. “Puas kau, Kuroko?!”

  Kuroko sempat membulatkan kedua bola mata lalu sepersekian detik berikutnya kembali memasang wajah datar.

  “Kalau begitu permisi,” ia pun bangkit berdiri. “Semuanya kuserahkan padamu, Kise-kun,” tambahnya sebelum kemudian pergi meninggalkan (Your name) keheranan sendiri.

  “A-ap—“

  “(First name)cchi…

  Suara lain masuk, bertepatan dengan Kuroko yang pergi dan (Your name) yang baru mau bertanya. (Your name) yang sudah terlalu hafal dengan suara itupun langsung berdiri dan menatap si pemilik suara.

  “R-Ryouta?!” manik (Eyes colour) itu membulat pernuh rasa kaget. “Ah, K-Kise maksudku…” ralatnya dengan lirih sambil menundukkan kepala.

  Si blonde kelihatan jengkel. Ia langsung saja berjalan cepat mendekati (Your name) dan memeluknya erat.

  (Your name) yang diperlakukan seperti itu tanpa sadar meluapkan perasaannya dalam bentuk tangisan.

  “Hiks… Maafkan aku…” (Your name) menangis di dada Kise. Seiring dengan air mata yang semakin deras mengalir, (Your name) pun balas memeluk Kise erat.

  “Ssst… Aku dengar semuanya, (First name)cchi. Aku juga meminta maaf-ssu,” ujar Kise sambil mencium puncak kepala (Your name). “Jadi, kita kembali lagi?” tanyanya lalu memandang wajah (Your name) sambil tersenyum.

  (Your name) bisa merasakan wajahnya menghangat. Sontak ia mendorong Kise lalu menghapus airmatanya cepat.

  “K-kata siapa?!”

  Dalam hati Kise menyeringai.

  Ayolah, ia sudah kebal dengan sifat malu-malu tapi mau itu.

  “Oh, baiklah. kalau begitu aku pergi-ssu,” ucapnya sambil berbalik badan.

  (Your name) yang tidak mau kejadian seperti dulu terulang lagi refleks mengulurkan tangannya, berniat mencegah Kise pergi.

  “J-jangan!” seru (Your name) spontan yang mana langsung membuat Kise berhenti melangkah dan membalikkan badan dengan ekspresi sumringah.

  (Your name) yang sadar apa yang baru saja ia ucapkan seketika berdiri layakya posisi siap seorang prajurit perang. Dua tangan berada di samping kiri dan kanan tubuh, seolah tadi sama sekali tak terulur.

  “M-maksudku pergi saja sana!”

  Masa bodoh.

  Kise tidak dengar.

  Mau bilang apapun ia tahu kalau ucapan (Your name) itu hanya di mulut. Jadi, ia pun mendekatkan diri ke (Your name), masih dengan senyuman lebar.

  “Nee, (First name)cchi,” panggil Kise sewaktu ia sudah berada di hadapan (Your name), membuat gadis itu mendongak.

  Smooch.

  Sebuah ciuman singkat mendarat di bibir (Your name) lalu si pelaku kembali tersenyum seolah tak terjadi apa-apa.

  “Setidaknya biarkan aku pergi setelah merasakan bibir manis (First name)cchi-ssu.”

  Bak mesin yang mengalami gangguan, (Your name) bisa merasakan asap keluar dari kedua telinganya. Wajahnya benar-benar menjadi panas saat itu juga. Kakinya terasa seperti jelly seketika.

  Bruk.

  “Huee! (First name)cchi jangan ambruk tiba-tiba-ssu!”

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top