I'm Here (Akashi x Reader)

Genre: Action, Romance (?) (Yakuza!Akashi x Nijikon!Reader)
Rate: T

Awas. Ada beberapa kata keramat yang lebih baik tidak diucapkan atau dibaca oleh readertachi yang di bawah umur.
Part kali ini adalah request dari nakamurayumi04
Oh iya, yakuza itu mafia Jepang 'kan? Soalnya saya juga pakai kata "mafia" di sini. Soal nijikon, setahu saya cuma suka banget sama karakter 2D. Kalau ada yang salah dan tak sesuai, langsung kasih tahu aja.
Saa, jaa mata, readertachi!

  "Jumlah pengiriman amfetamin dan ekstasi tak berbeda jauh dari kemarin. Namun kita mengalami peningkatan pemesanan AS50 dan Mcmillan TAC 50 serta Kalashnikov AK-47 di beberapa wilayah, terutama Osaka."

  "Lalu bagaimana dengan Korea?"

  "Pesanan sampai di tujuan. Hanya saja aku harus turun tangan untuk 'membungkam' beberapa petugas bandara. Hanya itu laporan hari ini. Sisanya bukanlah kabar yang cukup berarti."

  Sosok berambut merah yang sejak tadi menghadap jendela, kini memutar kursinya.

  "Baiklah. Segera kirimkan pesanan ke Osaka dan lanjutkan transaksi di Korea. Aku ingin mencari udara segar."

  Kemudian si surai merah bangkit dari kursinya dan berjalan keluar dari ruangan itu. Laki-laki berambut sedagu penghuni lain dari ruangan itu juga ikut bangkit dari sofa yang ia duduki.

  "Hati-hati, Sei-chan."

  "Hm. Kalau kau lelah, beristirahatlah, Reo."

  Reo hanya tersenyum. Sedangkan orang yang tadi dipanggil "Sei-chan" sudah meninggalkan ruangan tersebut.

.

  Cuaca cerah di siang itu memberi kesan ceria untuk wilayah Kyoto. Banyak orang yang dengan senangnya berjalan-jalan atau mengobrol di kedai yang diminati. Mereka tak menyadari bahwa seorang leader grup yakuza tengah mengendarai mobil sport-nya di jalanan Kyoto yang cukup ramai itu.

  Mobilnya ia hentikan di sebuah tempat parkir dan melanjutkan perjalanannya jalan kaki. Dengan pakaian seperti itu —sebuah kaos hitam polos dibalut kemeja merah yang tak dikancingkan serta celana jeans hitam dan sepatu converse sewarna rambutnya— siapa yang menyangka bahwa pemuda tampan bermanik heterochrome itu merupakan orang yang berbahaya?

  Bruk.

  Seorang gadis mengganggu acara jalan-jalan santai sang leader dengan cara menabraknya —entah dengan sengaja atau tidak. Si gadis sukses terduduk ke tanah dengan cukup keras. Sedangkan sang leader hanya berdiri tegak di depannya, tak sedikitpun berniat untuk menolong.

  "Ittai..." (Your name) bangkit dari jatuhnya. "Ah! Sumimasen!" Kemudian ia segera membungkuk.

  Akashi hanya diam, memandang gadis didepannya dengan tatapan datar.

  "Tak apa." Balas Akashi singkat.

  Baru saja pemuda itu ingin melanjutkan perjalanannya, (Your name) tanpa sadar sudah memegang tangannya, membuat sang leader menatap gadis itu meminta penjelasan.

  "Wah! Rivaille!" Seru (Your name) dengan pandangan berbinar.

  Kedua alis Akashi bertaut heran.

  "Apa maksudmu?"

  "Ah! Benar! Rivaille!" Seru (Your name) tak menjawab pertanyaan Akashi. "Suaramu mirip sekali dengan Rivaille! Kau tahu? Shingeki no Kyoujin! Kapten pendek pecinta kebersihan!"

  Akashi masih belum paham. Pemuda itu akhirnya membalikkan badan persis didepan (Your name). Tatapan masih tanpa emosi, tapi sebenarnya dalam hati ia merasa jengkel. Sampai saat ini belum pernah ada seorang pun yang berani menyamakannya dengan seseorang, kecuali orang yang sama baik dengan dirinya —atau mungkin lebih baik walaupun jarang.

  "Aku tidak mengerti maksudmu."

  Baru saja Akashi ingin kembali melanjutkan perjalanan, lagi, tangannya ditahan oleh (Your name).

  "Tunggu! M-maaf soal tadi. Sebagai permohonan maaf, bagaimana kalau makan siang di cafe itu?"

  "Baiklah." Jawab Akashi setelah beberapa saat hanya terdiam. Ia menerima tawaran itu bukan karena makan siang —kalau mau bisa saja ia membeli cafenya sekaligus— melainkan senyuman manis yang gadis itu berikan di akhir kalimatnya.

.

  "Maaf tentang ocehan tidak jelasku tadi. Tapi, aku serius, suaramu mirip Rivaille. Atau sebut saja Levi." Ucap (Your name) sambil mengurangi porsi makan siangnya satu sendok. "Dia tokoh favoritku disebuah anime."

  Sejak masuk ke cafe tersebut, menunggu pesanan, bahkan menikmati menu yang sudah tersaji, (Your name) terus saja membicarakan hal-hal yang tidak Akashi pahami.

  Ayolah, Akashi menghabiskan waktunya untuk membuat Crimson Lion —grupnya— terus menjadi peringkat satu di Jepang. Disaat remaja lain sibuk dengan tugas kuliah, ia sudah harus menjadi leader dari grup mafia warisan Ayahnya.

Yang ia tahu hanyalah perdangan narkotika, penyelundupan ekstasi, transaksi penjualan senjata tajam, dan mengurusi segala bisnisnya di black market.

  "Oh! Ngomong-ngomong, kita belum berkenalan. Aku (Full name). Salam kenal." Ujar (Your name) ramah kemudian tersenyum.

  Senyuman manis itu lagi.

  Untuk kedua kalinya Akashi terpana dan merasakan hatinya menghangat.

  "Akashi Seijuurou. Salam kenal, (First name)." Balas Akashi santai.

  (Your name) sempat tertegun saat mendegar Akashi langsung memanggilnya dengan nama awalnya. Tapi ia langsung mengabaikan hal itu dan kembali tersenyum.

  "Jadi, bolehkah aku meminta nomor handphone mu, Akashi? Atau mungkin Sei?"

  Dan detik berikutnya mereka saling bertukar nomor.

.

  Malam itu Akashi tengah mengendarai mobilnya menuju rumah (Your name). Sejak bertukar nomor beberapa hari yang lalu, mereka semakin dekat. Dan Akashi menyadari bahwa ia benar-benar tertarik kepada gadis pecinta karakter dua dimensi itu.

  Cinta? Mungkin. Sampai saat ini Akashi bahkan belum memahami satu kata sarat akan makna itu.

  Akashi kelaur dari mobilnya. Namun ia segera menyembunyikan diri di balik gerbang rumah keluarga (Your name) saat melihat sekilas pemandangan di rumah itu.

  Di depan pintu rumah, tampak (Your name) yang diseret paksa keluar dari rumahnya oleh beberapa pria berpenampilan cukup menakutkan. Tapi tentu sang leader tak merasakannya sedikitpun. Di lain sisi, tampak sepasang pria dan wanita yang Akashi duga merupakan ayah dan ibu (Your name) tengah menangis.

  "Ayah dan ibumu tak bisa membayar rumah ini! Mereka sudah melanggar janjinya kepada kami! Dan sebagai gantinya kau ikut kami!"

  "Tidak! Tou-san! Kaa-san! Apa maksudnya ini?!" (Your name) meminta penjelasan dari kedua orangtuanya. Namun kedua orangtuanya hanya bisa menangis.

  (Your name) menatap tak percaya kedua orangtuanya. Seketika airmatanya jatuh.

  Orang yang sejak tadi mengunci kedua tangan (Your name) mulai membawanya ke arah mobil yang terparkir tak begitu jauh dari tempat Akashi berdiri. Reflek Akashi langsung merapatkan dirinya ke pagar.

  "Aa! Aku tidak mau ikut kalian, brengsek! Berikan aku waktu satu minggu untuk membayarnya! Lepaskan aku!"

  "Diam! Untuk apa kami memberimu waktu kalau kami bisa memilikimu mulai saat ini?"

  Dan setelah itu terdengar tawa dari orang-orang berwajah sangar tadi. Dengan kasar mereka mendorong masuk (Your name) kedalam mobil. Kemudian mobil itu mulai dinyalakan dan berjalan pergi.

  Kedua tangan Akashi terkepal erat. Kejadian tadi membuat amarahnya memuncak. Langsung saja ia berjalan menuju mobilnya dan membawa kendaraan beroda empat itu mengikuti mobil hitam yang tadi membawa (Your name) pergi.

.

  Mobil Akashi berhenti di depan sebuah rumah megah dengan tembok besi yang menjulang tinggi di hadapannya. Pemuda itu masih berada di dalam mobil. Kali ini dengan ponsel yang berada di samping telinganya.

  "Reo, cepat kemari. Aku di xx. Ada sesuatu yang harus ku urus. Aku ingin kau mengatasi penjagaannya."

  "Ajak saja Kotarou dan Eikichi. Serahkan masalah di rumah kepada Chihiro."

  "Aku ingin kau cepat."

  Dan sambungan diputus. Akashi menunggu di dalam mobilnya dengan perasaan campur aduk. Baru kali ini ia merasa begitu tak sabaran. Beruntung tak lama kemudian sebuah mobil yang Akashi kenal menuju ke arahnya. Mobil itu berhenti dan tiga orang berbeda tinggi dan warna rambut keluar dari dalamnya.

  Akashi melakukan hal yang sama. Ketiga orang tadi kemudian menghampiri Akashi.

  "Kalian urus penjagaan di luar. Sisanya ku atasi sendiri."

  Ketiganya menggangguk. Kemudian mereka melangkahkan kaki ke dalam rumah megah itu.

.

  Akashi membuka setiap pintu ruangan dengan asal. Tanpa perasaan jijik sedikitpun ia melangkahi mayat-mayat maid maupun butler yang tergeletak mengenaskan di lantai.

  DOR

  Seorang butler langsung terjatuh ke lantai dengan darah keluar dari lubang hasil tembakan pistol di kepalanya.

  Entah sudah berapa kali Akashi menembak, ia pun tak tahu. Saat ini di otaknya hanya ada (Your name). Sejak tadi pikirannya terus dipenuhi dengan keselamatan gadis itu.

  "Shit!"

  Umpatan keluar dari mulut Akashi saat tak mendapati sosok (Your name) di depannya. Ruangan di hadapan Akashi tak menampung siapapun. Kosong.

  Dengan amarah semakin memuncak, sang leader terus melangkahkan kakinya. Kini ia sampai di depan sebuah pintu dengan ukiran yang lebih rumit dari pintu-pintu sebelumnya. Ia membuka pintu itu namun pintu tersebut terkunci.

  "Fck!"

  DOR

  Dan tanpa basa-basi Akashi langsung menembak pegangan pintu itu.

  Brak.

  Kemudian menendangnya hingga akhirnya pintu itu terbuka lebar.

  Pemandangan di hadapan Akashi kini membuatnya sedikit lega. Walaupun hatinya lebih didominasi amarah sekarang.

  Bagaimana tidak? Di depannya ia memang melihat (Your name). Namun keadaan gadis itu lah yang membuat emosinya sampai di ujung rambut.

  Di ruangan itu, (Your name) terduduk di lantai dengan pakaian yang sudah robek di sana sini. Salah satu kaki gadis itu diikat dengan sebuah rantai yang di ujungnya terdapat sebuah bola dari besi. Beberapa luka juga terdapat di badan, bahkan sampai ke wajahnya. Tak lupa wajah manis yang Akashi suka kini berhiaskan airmata.

  Sementara itu, seorang pria yang sempat Akashi lihat di rumah (Your name) tadi dengan santainya duduk di kasur. Sebuah cambuk berada di tangan kanannya.

  "Sei!" Seru (Your name) bercampur antara senang dan khawatir. "P-pergi! Jangan kemari!"

  Akashi tak bisa lagi berpikir jernih. Langsung saja ia mendatangi pria itu dengan mata yang berkilat tajam.

  Buagh.

  Satu pukulan telak mengenai wajah pria itu.

  "Kau pikir apa yang kau lakukan, bocah?!"

  Pria itu membalas namun dapat dengan mudah Akashi hindari. Selanjutnya baku hantam pun terjadi. Pria itu sudah terpojok.

  "Sei! Dia membawa pisau di sakunya!"

  Akashi tanpa sadar menengok ke arah (Your name). Dan saat ia lengah, pria tadi mengeluarkan pisaunya. Langsung saja ia mengarahkan pisau itu ke leher Akashi. Namun belum sempat sampai leher, tangan pria itu sudah Akashi genggam erat. Tanpa belas kasih sedikitpun Akashi langsung memutar tangan pria itu hingga bunyi tulang yang berpindah posisi terdengar.

  "Aaargh!" Teriakan penuh rasa sakit terdengar.

  DOR

  Selanjutnya bunyi pistol menggema di ruangan itu.

  Di samping pria tadi tampak Akashi yang berdiri angkuh dengan pistol di tangannya.

  "Diamlah, keparat."

  Kemudian sang leader melangkahkan kakinya ke tempat (Your name) berada. Tanpa sadar pemuda itu langsung mendudukkan diri dan memeluk si (Hair colour). Dan karena pelukan itu, tanpa sadar (Your name) menangis.

  "Sei... Hiks..."

  "Ssh... Aku disini, (First name)... Tenanglah..."

  "Aku takut... Hiks... Sei..."

  (Your name) membenamkan wajahnya di dada Akashi sambil terus menangis.

  "Jangan takut... Aku disini... Aku akan melindungimu, (First name)..."

  Dengan lembut Akashi membelai surai (Your name) yang acak-acakan. Ia juga mengeratkan pelukannya, namun tak sampai membuat (Your name) memekik kesakitan karena tekanan di lukanya. Akashi berusaha sebisa mungkin memberikan rasa aman ke gadis itu.

  Ucapannya tadi memang tak main-main. Akashi akan melindungi (Your name). Apapun yang terjadi.

  Jika adalah orang yang berani menyakiti (Your name), maka orang itu harus berurusan dengan Akashi.

  Oh, ayolah. Crimson Lion saja sudah berbahaya, apalagi leader nya?

  Siapa orang bodoh yang mau berurusan dengan malaikat pencabut nyawa?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top