I Like You, Baka (Kagami x Reader)
Genre: Romance
Rate: T
"(First name), Tou-san ingin mendengar laporanmu hari ini. Apa saja prestasi yang telah putri tunggal ayah peroleh?"
Suara penuh wibawa khas seorang ayah terdengar. Di dalam ruangan yang luas tersebut sepasang ayah dan anak sedang duduk saling berhadapan. Setelah mendengar pertanyaan sang ayah, si gadis bersurai (Hair colour) tersebut mengeluarkan helaan nafas lelah.
"Mengapa Tou-san selalu bertanya hal yang sama terus?!", keluh (Your name), si gadis pemilik surai (Hair colour).
"Maa, jawab saja pertanyaan Tou-san mu ini, (Last name) muda"
Helaan nafas kembali terdengar. (Your name) menarik nafas panjang lalu mulai melaporkan apa saja yang sudah ia dapatkan hari itu.
"Hasil ulangan matematika dibagikan, mendapat nilai A. Pengumuman hasil lomba jurnalistik sudah diumumkan, menjadi peringkat pertama. Dan aku berhasil memukul telak salah satu siswi yang kemarin menantangku kendo", tutur (Your name) panjang lebar sambil bertopang dagu bosan.
Sang ayah hanya mengangguk-anggukan kepala, senyuman tersungging di wajah penuh wibawanya. Bangga? Jelas. Siapa yang tidak bangga memiliki putri sehebat (Your name)? Lagipula sudah menjadi sebuah keharusan bagi anggota keluarga (Last name) untuk menjadi manusia yang baik dalam bidang apapun.
"Bagus. Tou-san bangga kepadamu"
"Jelas saja. Tou-san kan belum mengetahui nilai memasak ku", ujar (Your name) lirih, mengharapkan supaya ayahnya tidak mendengar apa yang baru saja ia ucapkan.
"Apa? Memangnya ada apa dengan nilai memasakmu?"
Walau menurut (Your name) ia sudah berbicara dengan nada sepelan mungkin, namun sayangnya kepala keluarga (Last name) tersebut masih bisa mendengarnya. Alhasil kini gadis manis itu harus mencari penjelasan untuk pertanyaan sang ayah.
"E-etto.. ano.. b-bagaimana ya.. ehehe.."
(Your name) gugup. Jelas sekali terlihat jika gadis itu sedang berusaha mencari alasan, atau setidaknya mencari cara untuk mengatakan dengan tepat jawabannya.
"(Full name), berkatalah dengan jelas di depan Tou-san mu", titah sang ayah, suaranya mengintimidasi, berhasil membuat gadis berparas cantik itu menelan ludah kesusahan.
"H-hai'.. Etto.. Sebenarnya..", ujar (Your name) ragu sambil menggaruk pipi yang tidak gatal. "Aku mengikuti remedial saat praktik memasak", lanjut sang gadis dengan suara yang semakin pelan.
Mendengar jawaban anaknya, sontak sang ayah membulatkan kedua mata tak percaya. Putrinya mengikuti remedial? Seorang anggota keluarga (Last name) mendapat nilai di bawah rata-rata?
"Bagaimana bisa?!", seru kepala keluarga (Last name) tersebut dengan penuh keterkejutan.
"Huaa! Ampun, Tou-san! Aku memang buruk dalam praktek memasak, tapi kalau remedial teori aku pasti bisa! Jangan hukum aku Tou-san! Jangan potong juga uang saku ku!", refleks (Your name) ikut berteriak, kedua telapak tangannya ia katupkan di depan wajah.
Helaan nafas keluar dari mulut sang ayah. Tidak ada gunanya mempermasalahkan sesuatu yang telah terjadi. Sekarang yang harus dilakukan adalah mencari cara supaya putrinya itu bisa mendapat nilai baik, atau setidaknya mencapai rata-rata dalam hal praktik memasak.
"Kalau begitu Tou-san akan mencarikan guru memasak untukmu", tutur sang ayah sebelum akhirnya beranjak dari ruangan tersebut.
"Nani?! Huaa! Tou-san hidoi!"
.
"(Last name)-san, setelah ini apa yang harus dilakukan?"
"Memecah telur?"
"Benar. Kalau begitu coba anda lakukan"
(Your name) saat itu tengah sibuk belajar memasak dengan guru yang sebelumnya telah disewa oleh ayahnya. Dengan gugup gadis manis itu mulai mengambil sebutir telur, bersiap untuk memecahnya seperti apa yang sudah dianjurkan.
"S-sensei. Bagaimana caranya?"
"Cukup dipecah saja seperti biasa"
"Ooh.."
Krak.
"Seperti ini?"
Guru yang membimbing (Your name) pun hanya bisa sweatdrop melihat apa yang baru saja anak didiknya lakukan. Bagaimana tidak? Ketika disuruh memecah telur, gadis cantik itu benar-benar memecahnya. Dengan polosnya (Your name) meremas telur tersebut hingga pecah luar dan dalam.
"Sepertinya saya akan meminta izin mengundurkan diri setelah ini", gumam si guru yang kesabarannya sudah sampai di ujung tanduk.
Dan sekali lagi, entah untuk yang keberapa kalinya, (Your name) membuat satu guru mengundurkan diri dari jabatannya sebagai guru memasak sang putri keluarga (Last name).
.
Sore itu jam pelajaran telah usai. Saatnya bagi seluruh murid di SMA Seirin untuk pulang ke rumah masing-masing, terkecuali bagi mereka yang mengikuti ekstrakurikuler tentunya.
"Sumimasen. Kagami Taiga ga imasu ka?", tanya (Your name) saat ia tanpa sengaja bertemu dengan kapten tim basket Seirin ketika gadis itu akan memasuki gym sekolahnya.
"Huh? Kagami? Dia masih berlatih dengan yang lainnya. Kau tunggu saja di dalam", titah pemuda berkaca mata tersebut sambil menunjuk pintu masuk gym dengan ibu jarinya.
"Sou ka.. Hai', wakarimasu. Arigatou, senpai", ujar (Your name) sebelum akhirnya melangkahkan kaki memasuki gym.
Suara pantulan bola dan decitan dari sepatu dengan lantai lapangan pun terdengar jelas tatkala gadis manis itu sampai di dalam gym. Ia edarkan pandangannya mencari sosok pemuda tinggi berambut merah kehitam-hitaman tersebut. Setelah menemukan orang yang dimaksud, tanpa basa-basi gadis itu segera mendudukan diri dengan santainya di bench. Mungkin terkesan tidak sopan. Tapi akan lebih tidak sopan lagi jika seandainya (Your name) tiba-tiba meneriakan nama Kagami dan langsung menarik pemuda itu keluar dari gym.
"Minna, latihan cukup sampai disini!", seruan dari coach tim basket Seirin pada akhirnya terdengar, diikuti bunyi tiupan peluit yang cukup memekakan telinga.
Mendengar hal tersebut, segera saja para anggota tim segera menghentikan latihan mereka dan langsung melangkahkan kaki menuju bench.
"(Last name)? Kenapa kau disini?", tanya Kagami sedikit heran tatkala ia baru saja menyadari kehadiran gadis bermanik (Eyes colour) itu.
(Your name) yang beberapa saat tadi masih tersenyum, kini segera menatap Kagami dengan deathglare mautnya.
"Jangan bilang kau lupa kalau hari ini kita akan mengerjakan tugas kelompok di rumahmu, bakagami!"
"Aku memang lupa! Tapi setidaknya tidak usah memanggilku dengan nama seperti itu baka(Last name)!"
Menghela nafas pelan, (Your name) memilih untuk mengambil tas nya lalu bersiap pergi dari gym.
"Kalau sudah selesai segeralah ke gerbang. Aku menunggumu disana", tutur gadis itu sedikit kesal kemudian berjalan pergi.
Dan untuk beberapa saat Kagami hanya menatap (Your name) dalam diam, entah mengapa ada sedikit perasaan aneh ketika melihat raut tidak suka di wajah gadis itu.
.
"Oi, makan malam sudah siap"
(Your name) yang masih sibuk menulis langsung saja menghentikan kegiatannya dan menengok ke arah Kagami yang baru saja kembali ke kamar.
"Makan malam? Astaga! Sekarang jam berapa?! Aku pulang!", tiba-tiba (Your name) segera mengemasi barangnya, bersiap untuk keluar dari kamar Kagami.
Namun entah karena langkah (Your name) yang terlalu pendek ataukah tangan Kagami yang terlalu panjang, kini gadis itu sudah berhasil ditangkap tepat di pergelangan tangannya oleh si pemilik rumah.
"Makan saja dulu. Aku sudah membuat porsi untuk lima orang", tutur sang ace dengan santainya sambil menarik (Your name) ke ruang makan.
"Oi! Lima orang?! Itu terlalu banyak!", seru gadis manis tersebut di tengah perjalanannya ditarik paksa. "Eh tunggu. Kau yang membuat makan malam?"
Tiba-tiba Kagami menghentikan langkahnya setelah mendengar pertanyaan (Your name).
"Iya. Memangnya ada apa?", jawab sekaligus tanya balik si alis bercabang.
"Waa! Jadilah guruku! Tou-san sudah menyerah mencarikanku guru memasak karena tidak ada satupun yang bisa membuatku pandai dalam hal itu! Onegai! Jadilah guruku!"
Kagami menghela nafas. Kemudian ia kembali menarik gadis itu ke tempat tujuan mereka semula.
"Wakatta. Tapi habiskan dulu masakanku", titah sang tuan rumah.
"Aye, sir!"
.
"Nee, Kagami"
Kagami yang awalnya sibuk mencampur adonan kue segera berhenti kemudian menengok ke arah (Your name).
"Yo"
"Gomenne. Aku sudah lulus remedial praktik memasak tapi masih meminta bantuan darimu sekarang", celetuk (Your nane) tiba-tiba sambil menggaruk pipinya yang tidak gatal.
Remedial memang berhasil dilalui (Your name) tanpa masalah. Nilai A berhasil didapat. Berbeda jauh ketika ujian praktiknya tempo hari yang lalu. Dan sekarang, mengapa (Your name) dan Kagami masih memasak bersama hal itu karena keinginan si surai (Hair colour) yang begitu berniat membuat cake.
"Aa. Nandemonai", balas Kagami kemudian melanjutkan kegiatannya. "Memangnya mau kau berikan ke siapa cake ini?"
"E-etto.. Bagaimana cara mengatakannya ya? Orang yang kusuka mungkin? Y-ya semacam itu", jawab (Your name) gugup, tanpa sadar rona merah telah bertengger manis di wajah gadis itu.
"Sou ka.."
"Doushite? Kau terlihat murung?", tanya (Your name) tatkala menyadari raut tidak suka milik Kagami.
"Nandemonai"
Dan setelah itu tanpa basa-basi lagi keduanya segera menyelesaikan cake yang ingin dibuat. Beberapa saat kemudian cake tersebut sudah jadi. Cake kecil berselimut coklat dengan topping strawberry yang tampak manis telah siap.
"Maa, arigatou, Kagami. Jangan lupa besok aku akan datang ke rumahmu untuk mengambil bukuku yang tertinggal"
"Aa. Douita. Aku pulang dulu"
"Hai'. Hati-hati di jalan~!"
.
Ting tong.
Suara bel yang ditekan berbunyi. Dengan malas si pemilik rumah pun berjalan untuk membukanya.
"Yo! Ohayou, Kagami!", sapa si tamu dengan riang.
Sontak saja Kagami, si pemilik rumah segera berlari masuk kembali ke kamarnya, apalagi kalau bukan melakukan rutinitas paginya yang tadi belum dilaksanakan?
"Kau tunggu saja di ruang tamu! Aku akan segera kembali!"
Dan seperti yang diucapkan, Kagami sudah kembali dari kamarnya tidak sampai setengah jam kemudian.
"Maa, ini milikmu", ujar si alis bercabang sambil menyerahkan sebuah buku yang tidak tanggung-tanggung tebalnya.
"Hai'. Arigatou", balas (Your name) sambil menerima buku tersebut. "Saa, ini untukmu", lanjut gadis itu kemudian menyerahkan sebuah bingkisan yang terbungkus kotak berpita merah bata. "Buka saja kalau penasaran", titah (Your name) sambil tersenyum penuh misteri.
Seakan disuruh, tanpa basa-basi Kagami segera membuka bingkisan tersebut. Lalu kedua bola matanya membulat tak percaya ketika mengetahui isi dari bingkisan tadi yang ternyata adalah cake yang mereka buat kemarin.
"(L-Last name)? Apa m-maksudnya ini?", tanya Kagami dengan semburat merah yang menghiasi wajahnya.
"Dasar bakagami. Tentu saja maksudnya aku menyukaimu. Kau ingatkan kalau kemarin aku bilang bahwa cake ini kutujukan untuk orang yang kusukai?", jelas (Your name). "Saa, aku pulang dulu, sensei. Kutunggu jawabanmu besok", lanjut gadis itu dengan penekanan pada kata 'sensei' kemudian bangkit berdiri, bersiap untuk pulang.
"Matte!"
"Eh?"
(Your name) menghentikan langkahnya, menengokan kepala ke arah Kagami.
"Akan kujawab sekarang. Aku juga menyukaimu, baka!"
"Eh?!"
Semburat merah kini juga menghiasi wajah gadis manis itu.
"Responlah dengan kata selain 'eh', bodoh!"
"Nani?!"
Kemudian karena kesabaran yang sudah habis, Kagami langsung saja beranjak dari sofa lalu segera memeluk gadis di hadapannya itu.
"Aku juga menyukaimu. Sekarang kau percaya?", tanya pemuda itu sedikit kesal.
"U-um. Aku percaya", jawab (Your name) lirih pada akhirnya.
.
A/N:
Yo, readertachi~! Ini dia update-an Minggu pagi saya~ Muka masih bau bantal aja udah main publish-publish-an. Tapi tak apa, satu hal saja yang perlu diingat, harap maklum kalau banyak typo dll.
Saa, jaa matta, readertachi~!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top