Doll-maker (Imayoshi x Reader)

Genre: Romance (Alternate Universe)

Rate: T

  Pada suatu hari, hiduplah seorang doll-maker. Dia sangat hebat. Seluruh boneka buatannya tampak begitu hidup layaknya manusia asli. Walaupun semua itu tetap saja hanya boneka yang tak dapat bergerak. Namun ia selalu bisa membuat pembeli-pembelinya tercengang.

  Imayoshi Shouichi. Itulah nama sang doll-maker hebat tersebut. Seorang pemuda berkacamata yang seringkali tampak tengah tersenyum. Seorang pembuat boneka hebat yang hanya tinggal sendirian di tokonya.

  Kling.

  Bunyi lonceng dari pintu terdengar. Pintu toko milik Imayoshi terbuka. Menampakan seorang gadis manis yang terlihat lebih muda darinya tengah berjalan masuk.

  Hujan sedang turun dengan derasnya di luar sana. Membuat gadis itu kini basah kuyup. Sambil memeluk dirinya sendiri, ia mulai melihat-lihat boneka buatan Imayoshi.

  "Irasshaimase", sambut Imayoshi dari tempat duduknya yang terletak di sudut toko.

  "H-Hai'. A-ano.. apakah a-ada sebuah p-p-puppet?", tanya gadis itu. Bibirnya menggigil sehingga kata-kata yang ia ucapkan tersendat-sendat.

  Imayoshi mendatangi gadis itu. Diberikannya selembar handuk untuk mengeringkan badan gadis tersebut yang basah kuyup. Awalnya, hanya tatapan penuh tanya yang Imayoshi dapatkan.

  "A-arigatou", kemudian gadis itu tersenyum lembut sembari menerima handuk dari Imayoshi.

  "Douita. Saa, namae wa?", tanya Imayoshi dengan senyumannya yang khas.

  "(Full name) d-desu"

  "Sou ka. Imayoshi Souichi desu. Nee, (Last name)-san. Douzo", ujar Imayoshi mempersilakan gadis itu untuk duduk.

  Kemudian (Your name) pun menduduki kursi yang berada di tengah toko, setelah sebelumnya menggumamkan ucapan terima kasih terlebih dahulu.

  Toko milik Imayoshi memang tidak begitu luas. Namun kenyaman tersaji begitu besar didalamnya. Lampu kuning yang terkesan hangat, boneka-boneka yang indah, serta pelayanan dari Imayoshi sendiri yang ramah. Tak bisa dipungkiri bahwa (Your name) pun mulai betah berlama-lama disana.

  "Apa maksudmu yang seperti ini, (Last name)-san?"

  Imayoshi mendatangi (Your name) sambil membawa sebuah boneka kayu berukuran kurang lebih 20 senti. Boneka tersebut memakai gaun yang cantik serta memiliki wajah yang begitu lucu. Kemudian, di depan (Your name), Imayoshi menggerakan tangannya. Membuat boneka itu bergerak.

  "Betul! Yang seperti itu!", seru (Your name) penuh rasa senang sambil menunjuk boneka yang tengah dimainkan si pemilik toko.

  Imayoshi tersenyum lagi. Gadis dihadapannya ini benar-benar menarik. Sepertinya Imayoshi pernah melihat gadis ini sebelumnya. Tapi kapan dan dimana?

  "Nee, (Last name)-san. Dimanakah kau tinggal?", tanya Imayoshi sambil mengemas boneka tadi.

  "Ano.. a-aku tinggal di rumah sederhana dekat dengan toko Imayoshi-san"

  "Sou ka..", pemuda berkaca mata itu lanjut mengemas boneka yang akan dibeli (Your name).

  Sekarang Imayoshi ingat. (Your name) adalah gadis yang dulu pernah meminjaminya payung ketika hujan beberapa tahun lalu. Dan (Your name) adalah gadis yang menarik hati Imayoshi sejak saat itu. Tak ia sangka (Your name) akan tumbuh jauh lebih cantik dari yang ia bayangkan. Bahkan sampai membuatnya tak mengenali sosok gadis manis tersebut.

  "S-Sumimasen. Apakah sebelumnya aku pernah bertemu denganmu?", tanya (Your name) sedikit ragu. Karena ia juga merasa familiar dengan wajah dan suara Imayoshi.

  'Ah, kau menyadarinya juga', kata Imayoshi dalam hati.

  "Ya. Aku adalah anak laki-laki yang kehujanan beberapa tahun lalu. Dan kau serta ibumu meminjamiku payung. Kemudian kau mengajakku bermain di rumahmu untuk menunggu hujan reda", jelas Imayoshi sambil tersenyum.

  Rona merah menjalar di pipi (Your name). Untung saja penerangan di toko itu tidak terlalu terang. Sehingga Imayoshi tak menyadari keberadaan rona merah di pipi gadis itu.

  (Your name) hanya mengangguk paham. Lalu keheningan pun melanda sampai pada akhirnya Imayoshi memecahnya dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Mereka pun mulai berbincang-bincang dengan akrab. Seolah-olah mereka adalah teman yang sudah lama saling mengenal.

  "Saa, douzo, (Last name)-san"

  Imayoshi menyerahkan boneka yang sudah ia bungkus rapi sembari tersenyum. (Your name) langsung menerima lalu membayarnya. Harga boneka itu lebih murah dari aslinya karena Imayoshi memberinya potongan.

  Senyuman baru saja terukir di wajah gadis itu. Tapi tak lama kemudian senyuman tersebut digantikan oleh raut murung.

  "Naze, (Last name)-san?", tanya Imayoshi menyadari perubahan mimik (Your name).

  Gadis itu menggeleng pelan. Sebuah senyum sendu pun terlihat. "Aku membeli boneka ini karena kupikir aku bisa memainkannya sehingga tak kesepian. Tapi aku baru sadar aku tidak bisa memainkannya", tawa yang dipaksakan pun terdengar.

  Pemuda berkacamata itu mengerutkan dahinya. Kesepian? Memangnya (Your name) tidak memiliki teman?

  Seakan mengerti apa yang ada di pikiran Imayoshi, (Your name) pun menjelaskan kalau dirinya hanya tinggal sendiri di rumahnya.

  "Otou-san dan Okaa-san sudah meninggal satu tahun yang lalu. Lalu tiga bulan kemudian, adikku menyusul", tutur (Your name) sambil menunduk.

  Airmata telah menggenang di pelupuk mata (Your name). Ia tak bisa menahan kesedihannya sekarang. Dia sendirian, kesepian, serta tak memiliki teman. Akhir-akhir ini (Your name) bekerja sebagai pegawai di sebuah toko roti  dekat rumahnya. Sebenarnya gaji disana tidaklah terlalu banyak. Tapi mau bagaimana lagi, hanya toko roti itulah yang jaraknya cukup dekat dengan rumah (Your name).

  "Maa, gomen, gomen. Kalau begitu aku bisa mengajarimu", kata imayoshi ditambah senyumannya. "Datanglah kemari besok"

  "Eh?", (Your name) mendongakan kepalanya menatap pemuda berkacamata itu. "H-Hai'. Arigatou!", seru gadis itu penuh rasa bahagia.

  Melihat hal itu, hati Imayoshi ikut merasa senang. Setidaknya dia bisa mengurangi rasa kesepian gadis yang ia sukai, begitulah pikirnya.

  "A-ano.. hujan sudah mulai reda. A-aku pulang dulu, Imayoshi-san", (Your name) bangkit dari tempatnya duduk. "Handuknya kubawa ya? Besok kukembalikan", kemudian sebuah tawa menyusul.

  "Hai'. Hai'. Jaa matta ashita, (Last name)-san", kata Imayoshi sambil menyerahkan sebuah payung.

  "Nani kore?"

  "Untuk berjaga-jaga seandainya hujan lagi di tengah perjalanan", jelas si doll-maker dengan senyumannya.

  Gadis itu ikut tersenyum. Setelah menerima boneka dan payung tadi, ia pun mulai berjalan keluar dari toko milik Imayoshi.

  "Hontou ni arigatou gozaimasu, Imayoshi-san. Jaa matta ashita, ne", ujar gadis beriris (Eyes colour) itu sambil tersenyum kemudian melangkah pergi.

  "Hai'. Jaa matta ashita", gumam Imayoshi tak lupa senyumannya yang khas.

.

  Keesokan harinya (Your name) datang ke toko Imayoshi lagi seperti apa yang sudah ia katakan. Handuk yang kemarin dipakainya kini telah bersih kembali. Hari itu, (Your name) tidak datang untuk membeli boneka. Melainkan untuk meminta ajaran dari Imayoshi cara memainkan puppet yang kemarin ia beli.

  "Hora, Imayoshi-san. Handuknya sudah kucuci", handuk serta payung yang ia bawa diserahkan kepada Imayoshi dengan senyuman.

  Imayoshi menerimanya dan balas tersenyum. Hari ini tidak ada banyak pelanggan yang datang. Mungkin ia bisa mengobrol dengan (Your name) untuk sementara setelah ia mengajari gadis itu cara memainkan puppet nya.

  "Nee, (Last name)-san. Kau mau memulainya sekarang atau nanti?"

  "Um.. Sekarang saja. Aku takut nanti akan mengganggumu jika ditunda-tunda"

  Pemuda berkacamata itu terkekeh. 'Mengganggu? Justru aku akan dengan senang hati kau ganggu', ucap Imayoshi dalam benaknya.

  "Saa, ayo kita mulai", kata Imayoshi lalu mengambil alih puppet milik (Your name).

  Kedua orang itu pun mulai melakukan sesi belajar-mengajar untuk menggerakan puppet tadi. Karena (Your name) adalah gadis yang mudah menangkap ajaran, maka tak perlu waktu lama baginya untuk bisa menggerakan puppet itu. Sekarang dia telah dapat menggerakannya tanpa bantuan Imayoshi.

  "Saa, arigatou, Imayoshi-san. Aku harus bekerja sekarang. Jaa matta ashita!", gadis manis itu melambaikan tangannya ke Imayoshi lalu keluar dari toko.

  'Jaa matta ashita, eh?', senyuman Imayoshi semakin melebar. Jadi, gadis yang ia suka akan mengunjunginya lagi besok?

.

  Sejak (Your name) bisa menggerakan puppet nya sendiri, ia jadi semakin sering berkunjung ke toko milik Imayoshi. Bahkan dalam satu hari dia bisa mengunjunginya dua kali. Sebelum dan setelah ia bekerja. Entah hanya untuk mengobrol ringan, membantu Imayoshi membuat bonekanya, atau mungkin mengajaknya bermain puppet seperti anak kecil.

  Namun (Your name) tak menyadari, setiap kunjungan yang ia berikan selalu membuat Imayoshi senang. Walaupun si pemuda tidak pernah menunjukannya secara langsung. Dan perlahan tapi pasti, Imayoshi semakin yakin kalau dia mencintai gadis itu. Bukan karena ia sering membantunya, tapi karena sifat (Your name) yang penuh perhatian.

  "(Last name)-san?", panggil Imayoshi ketika (Your name) tengah melihat-lihat boneka buatannya.

  "Nani, Imayoshi-san?", (Your name) bergumam tanpa menengokan kepalanya menghadap Imayoshi. Jemarinya menelurusi kotak kaca tempat boneka buatan Imayoshi dipajang. Iris (Eyes colour) milik gadis itu menatap kagum tiap boneka yang ada disana.

  "Bolehkah aku menanyakan sesuatu?"

  Gadis itu menatap Imayoshi bingung pada awalnya. Namun selanjutnya sebuah senyuman manis ia berikan. "Tentu saja", kemudian kembali menatap boneka-boneka yang.ada disana lagi

  "Apakah ada orang yang kau sukai?"

  "Eh?!", (Your name) tiba-tiba menengokan kepalanya menatap Imayoshi lagi. Wajahnya tampak aneh karena berbagai perasaan yang bercampur didalamnya.

  Imayoshi hanya menunjukan senyuman khas nya seperti biasa. Dengan sabar ia menunggu jawaban dari (Your name). Gadis bermanik indah itu perlahan mengangguk dengan malu-malu.

  "Maa, maa. Siapakah laki-laki yang beruntung itu?"

  "E-etto.. ano.. sebenarnya dia itu.. um.."

  Si gadis berambut (Hair colour) tampak gugup. Jelas saja, karena sebenarnya orang yang ia suka adalah si pemuda berkacamata pemilik toko boneka itu sendiri. (Your name) mulai berpikir, haruskah ia mengatakan yang sejujurnya atau tetap menyimpan perasaannya lebih lama?

  "I-Imayoshi-san tidak akan memberi respon negatif kalau aku mengatakannya 'kan?", tanya (Your name) menatap Imayoshi agak ragu.

  "Tentu saja tidak, (Last name)-san", jawab Imayoshi meyakinkan.

  "A-aku.. aku menyukai.. etto.. sesorang pemuda berkacamata. Dia.. dia pembuat boneka yang handal", tutur gadis itu malu-malu kemudian menatap jendela disampingnya. Mengalihkan pandangan dari tatapan Imayoshi yang entah seperti apa.

  Senyuman di wajah si pemuda berkacamata semakin melebar. Imayoshi bukanlah pemuda yang bodoh. Atas semua yang diucapkan (Your name) dan sikap gadis itu ketika mengatakannya, ia bisa mengasumsikan kalau orang yang disukai gadis itu adalah dirinya. Bukan berarti Imayoshi terlalu percaya diri, tapi karena dia bisa membaca ekspresi orang lain dengan tepat.

  "Nee, (Last name)-san. Kalau begitu bolehkah aku menjadi kekasihmu?", tanya Imayoshi sambil berjalan ke arah (Your name). "Walaupun mungkin aku bukanlah orang yang kau sukai", tambah sang doll-maker dengan senyumannya yang tak kunjung hilang.

  (Your name) kembali menghadapkan wajahnya menatap Imayoshi. Dan betapa terkejutnya ia ketika mendapati si doll-maker sudah berada cukup dekat dengannya.

  "E-eh? A-aku? Apa Imayoshi-san yakin? Aku hanya seorang anak yatim piatu yang untuk mencukupi kebutuhannya sendiri saja tidak bisa"

  Wajah (Your name) semakin memerah. Orang yang ia sukai menyatakan perasaan kepadanya memanglah terasa menyenangkan. Tapi bagaimanapun juga dia tak mau jika kelak hanya akan membebani Imayoshi karena ketidakmampuannya mencukupi kebutuhan diri sendiri.

  "Tentu saja aku yakin, (Last name)-san", ucap Imayoshi. Dia semakin mendekat dan perlahan mengangkat dagu (Your name) dengan kedua jarinya. Membuat pipi gadis itu semakin memerah.

  Tanpa diduga oleh Imayoshi, tiba-tiba saja (Your name) memeluknya erat. Gadis itu mengangguk dalam pelukan sang doll-maker. Selain untuk membuktikan bahwa ia mau, dia juga ingin menyembunyikan wajahnya yang kini sudah amat merah.

  Dan Imayoshi pun tersenyum lembut sambil membalas pelukan gadis itu. Syukurlah, perasaannya terbalas. Sehingga kini ia tak perlu khawatir lagi (Your name) akan merasa kesepian karena kesendiriannya.

.

A/N:
Jujur saja, pada awalnya saya berniat membuat fic ini sad ending. Tapi berhubung saya yang terlalu malas mengetik, alhasil berakhirlah fic ini dengan happy. Gomen bagi readertachi yang suka sad ending. Lain kali saja ya saya buat nya? Tehehe. Satu lagi, untuk logat kansai nya Imayoshi, saya juga terlalu malas untuk cari tahu. Karena sinyal sedang apalah-apalah(?). Hontou ni gomennasai!
Saa, jaa matta, readertachi~!


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top