Ace + Ace = ? (Aomine x reader)
Genre: romance
Rate: T
A/N:
Yo, readertachi~! Update-an hari Minggu! Dan kali ini saya bawa panther nya Touou! Entah mengapa setelah dengar "Self-righteous" nya Aomine jadi kepikiran buat bikin fic ini. Douzo, readertachi~!
Akademi Touou, dikenal sebagai sekolah dari salah seorang anggota pemain basket berbakat lulusan SMP Teikou, sang unstoppable ace, Aomine Daiki. Berkat dirinya, Touou menjadi sekolah yang terkenal hebat dalam olahraga, khususnya basket. Tidak hanya basket untuk laki-laki saja, namun tim basket perempuan dari Touou juga sering meraih juara. Semua itu karena sang ace, seorang gadis yang satu angkatan dengan Aomine, (Full name).
"(Last name)-chan! Shoot!", teriak salah seorang siswi kepada seorang gadis bersurai (Hair colour) sambil mengoper bola.
(Your name) mendapatkan bola itu dan segera melakukan sebuah tembakan three point.
"Yosha!", serunya senang saat tembakan yang ia lakukan berhasil masuk ring.
Bola berwarna oranye itu menggelinding semakin ke tepi, memasuki lapangan lain dalam gymnasium, menuju ke bawah ring yang dipakai para pemain inti laki-laki untuk berlatih. (Your name) segera mendatangi bola itu tanpa banyak berkata. Kini bola tersebut sudah berada di tangannya, sekarang (Your name) hanya perlu berbalik ke tempat ia berlatih.
Duagh.
Namun naas, baru saja (Your name) akan berbalik, sebuah bola basket lain sudah lebih dulu menghantam dahinya, membuat gadis itu terhuyung ke belakang hampir jatuh dan bolanya lepas dari genggaman.
"Grrr... Siapa yang tadi melakukannya?!", teriakan (Your name) memenuhi seluruh bagian gym. Gadis itu memasang muka garang sambil mengelus dahinya yang kini memerah. Ia edarkan pandangan menatap seluruh anggota tim basket baik putra maupun putri.
"Dai-chan! Minta maaf!", suara melengking seorang gadis bersurai pink terdengar.
"Bukan salahku. Salahnya sendiri tidak melihat", balas seorang pemuda berkulit tan kemudian membalikkan badan bersiap menuju pintu gymnasium.
"Oi, bocah biru!", tak sampai lima langkah Aomine berjalan, (Your name) sudah lebih dulu meneriakinya.
Merasa jika orang yang diteriaki adalah dirinya, Aomine pun menengokan kepala menatap (Your name) tanpa membalikkan badan. Dan... Duagh! Sebuah bola oranye telah berhasil mendarat di dahi si navy blue.
"Rasakan itu!", seru (Your name) terakhir kali sebelum mulai kembali ke lapangannya tempat berlatih.
"Kono yarou! Kemari kau, gadis sialan!"
"Apa?!", (Your name) berhenti melangkah dan membalikan badan menatap Aomine kesal.
"Kau pikir apa yang baru saja kau lakukan, baka?!", seru Aomine sambil memegangi dahinya dan menatap (Your name) garang.
"Membalas perbuatanmu, aho!", balas (Your name) sambil menatap Aomine tak kalah garangnya.
"Benjolan di dahimu itu karena salahmu sendiri, chibi!"
"Benjolan di dahiku karena salahmu yang tidak bisa melempar bola dengan benar, ganguro!"
Perempatan muncul di dahi Aomine. Dengan langkah geram ia pun melangkahkan kaki menuju si surai (Hair colour). Sesampainya mereka saling berhadapan, bisa dibayangkan ada kilatan listrik imajiner dalam tatapan masing-masing.
"Oi, kuso-onna! Apa maumu, hah?!"
"Sudah kubilang, membalas perbuatanmu, kuso-otoko!"
Geraman terdengar dari mulut keduanya. Untuk sesaat mereka hanya saling menatap penuh kekesalan, tidak peduli dengan suasana tegang karena ulah keduanya. Tak lama kemudian, seringaian lebar tertampang di wajah Aomine.
"Jangan pasang wajah seperti itu! Kau membuatku muak, unstoppuddle ace!", seru (Your name) dengan penekanan pada kata "unstoppuddle".
"Oi, teme! Kau juga ace 'kan?"
"Iya! Ada apa? Mau melawanku?", balas (Your name) dengan seringaian mengejek.
"Kau yakin? Yang bisa mengalahkanku hanyalah aku"
Aomine juga tak berhenti menyeringai. Kemudian ia berbalik ke lapangan dengan (Your name) di belakangnya sambil membawa bola. Semua murid yang tengah berlatih hanya menatap keduanya dalam diam.
"(Last name)-chan! Dia itu mantan ace Kiseki no Sedai!"
"Dai-chan! Jangan berbuat seenaknya! (Last name)-chan punya kegesitan tinggi dan perhitungan akurat!"
Masing-masih kolega dalam tim memperingatkan keduanya. Namun yang mereka terima sebagai balasan hanyalah sebuah ucapan tak acuh.
"Diamlah, Satsuki. Yang bisa mengalahkan aku hanyalah aku"
"Tenang saja. Aku tidak takut pada orang yang katanya unstoppable ini"
Dan dengan itu, keduanya pun sudah berada tepat di tengah lapangan. Mereka saling menatap satu sama lain sebelum akhirnya bola dilemparkan oleh (Your name) yang kemudian dapat dengan mudah didapatkan Aomine.
"Sudah kubilang, yang bisa mengalahkanku hanyalah aku", tutur Aomine penuh percaya diri sambil menggiring bola ke ring yang dijaga (Your name).
Sama sekali tak membiarkannya sedikitpun, (Your name) terus memperketat pertahanannya dan tak jarang sesekali berusaha merebut bola dari tangan Aomine.
"Ucapkan hal itu saat kau sudah mencetak skor, aho", balas (Your name) yang kini berhasil mengambil alih bola.
Gadis itu segera menggiring bolanya menuju ring. Berlari dengan gesit, tidak mau kalah dari Aomine yang juga tak kalah gesitnya. Baru saja gadis itu ingin melakukan shoot, Aomine sudah berada di depannya dengan posisi siap merebut bola. (Your name) yang berniat untuk menghindar segera melangkahkan kaki menjauh. Sayangnya tanpa sadar ia menginjak tali sepatunya sendiri yang rupaya sejak tadi belum terikat. Alhasil gadis itu terjatuh ke depan dan tanpa sengaja melemparkan bolanya ke atas dan mendorong Aomine hingga pemuda itu juga terjatuh.
"Ittai...", keluh (Your name). Menyadari posisinya yang bisa dibilang dapat mengundang banyak persepsi negatif, ia segera bangkit dengan wajah merah padam. "Aho! A-aku tidak mau melanjutkannya lagi! Aku pergi!", dengan itu ia pun berjalan keluar dari gym, tidak menghiraukan seruan dari kawan satu timnya yang memintanya kembali.
"Argh... Gadis sialan itu...", umpat Aomine kemudian berdiri dari jatuhnya. "Seenaknya saja dia pergi setelah membuatku terjatuh", geramnya sambil berjalan mendekati Momoi. "Sudah kubilang kau tak usah khawatir. Yang bisa mengalahkanku hanya aku"
"Um... Dai-chan... Kukira kau salah", ucap si surai pink ragu.
"Apa maksudmu?"
"Bola (Last name)-chan tadi masuk ke ring", jelasnya sambil menunjuk ring dimana sebuah bola oranye terletak di bawahnya.
"Honki ka?!"
Dan setelahnya hanya teriakan Aomine yang terdengar terakhir kali sebelum kemudian pemuda berambut navy blue itu pergi dari gym, ditemani berbagai umpatan dan gerutuan.
.
Entah sudah berapa hari setelah pertandingan antara kedua ace tim basket tersebut, dan bukannya berbaikan, kini keduanya justru semakin sering bertengkar. Setiap keduanya berpapasan, mereka akan mengirimkan deathglare satu sama lain. Setiap salah satu dari keduanya melakukan kesalahan tanpa sengaja ke yang lain, maka perdebatan tak penting pun akan terjadi. Namun tanpa mereka sadari, perasaan lain justru timbul di antara keduanya.
"Nee, Dai-chan"
Aomine yang kala itu sedang pulang bersama Momoi hanya menjawab panggilan si surai pink dengan bergumam.
"Kau menyukai (Last name)-chan ya?"
Seketika langkah Aomine terhenti. Ia menatap Momoi dengan pandangan tak percaya.
"Kau bercanda?! Aku mana mungkin menyukai siswi garang itu! Dia bahkan sama menyeramkannya dengan ibuku!"
Momoi justru menatap Aomine bingung. Gadis bersurai pink itu juga ikut menghentikan langkahnya.
"Tapi kalian dekat sekali", ujar Momoi. "Sadarlah, Dai-chan... Setiap hari kalian itu selalu mencoba mencari perhatian satu sama lain. Mana mungkin hal itu tidak bisa dibilang suka?"
Tak ada balasan dari Aomine. Pemuda itu hanya terdiam, kemudian tanpa mengucapkan apapun segera melanjutkan langkah, meninggalkan Momoi di belakang.
"Dai-chan! Matte kudasai!"
Aomine tak menjawab, ia tetap saja melanjutkan langkahnya. Namun diam-diam pemuda itu memikirkan apa yang baru saja diucapkan Momoi. Benarkah ia menyukai (Your name)?
Sementara Aomine dan Momoi berjalan pulang bersama, saat ini (Your name) baru melaksanakan piket kelas dengan Sakurai. Petugas piket yang lain sudah pulang sejak tadi, menyisakan keduanya yang diserahi tugas untuk membersihkan kelas terakhir kali karena tadi berlatih basket.
"(Last name)-san?"
(Your name) menghentikan kegiatan menyapunya lalu membalas panggilan Sakurai.
"Ada apa?"
"Menurutmu Aomine-san itu orangnya bagaimana?", tanya Sakurai. "S-sumimasen aku bertanya tiba-tiba!", tambahnya cepat-cepat.
"Dia itu menyebalkan. Gelap. Besar kepala. Tinggi. Mesum. Banyak omong", (Your name) menjawab sambil melanjutkan kegiatan menyapunya, tak sepenuhnya memberi perhatian kepada Sakurai. "Bodoh. Idiot—"
"Tampan?", Sakurai menyela.
"Ya. Tampan", balas (Your name) santai. "T-tunggu dulu! Maksudku d-dia memang tampan, t-tapi bukan berarti aku menyukainya!", jelas (Your name) secepat mungkin dengan rona merah di pipi.
Sakurai diam. Tidak menyangka akan mendapat reaksi seperti itu dari sosok (Your name). Sebuah reaksi yang benar-benar menunjukkan sifat tsundere.
"B-baiklah. S-sumimasen aku bertanya yang aneh-aneh", balas Sakurai. Tanpa sadar ia tersenyum. Sekarang ia mengetahui satu hal. Gadis di hadapannya ini menyukai sang unstoppable ace sekalipun yang bersangkutan tidak mau mengakuinya.
.
"Huh? Kau yakin si ganguro itu menungguku di atap?"
"Tentu saja. Temuilah dia, (Last name)-chan"
"Baiklah... Aku pergi dulu. Jaa, Momoi!"
Dengan itu (Your name) segera berlari menuju atap. Dan benar saja, Aomine sudah berada di sana, tengah bersandar pada pagar besi dengan salah satu tangan berada di saku.
"Oi! Apa yang ingin kau bicarakan padaku?"
Aomine yang mengetahui kedatangan (Your name) segera bangkit dari posisi bersandarnya dan mulai berjalan ke arah gadis itu. Wajahnya tiba-tiba terlihat gugup saat berada di depan (Your name).
"Ada yang ingin kubicarakan padamu. Sebelumnya...", terdapat jeda di kalimat Aomine. "Apakah kau benar-benar menyukaiku?", tanya si navy blue sambil menatap ragu gadis di depannya.
(Your name) hanya bisa mematung. Kini tampaklah rona merah di pipinya. Perlu waktu beberapa saat bagi (Your name) untuk menjawab perkataan Aomine.
"M-memangnya ada apa jika aku berkata 'iya'?", balas (Your name) sambil memalingkan wajah.
"Yah kau tahu... Aku akan berkata 'maukah kau menjadi kekasihku?' jika kau mengatakan 'iya'", timpal Aomine sambil menggaruk tengkuknya gugup.
Kedua bola mata (Your name) melebar. Tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Tapi tak butuh waktu lama kini ia berhasil mengendalikan rasa terkejutnya.
"B-baiklah. Aku menyukaimu. Kau tak perlu mengatakannya. Aku mau menjadi kekasihmu", ucap (Your name) berusaha tenang namun masih belum berani menatap lawannya berbicara.
Kini Aomine yang terdiam dengan rasa terkejut. Beberapa detik kemudian ia sudah menempatkan tangannya di puncak kepala (Your name) dan dengan asal mengacak-acak surai (Hair colour) itu sambil tersenyum jahil.
"Baguslah. Itu berarti aku tak perlu membuang tenagaku untuk melawanmu lagi", ucap Aomine dengan nada mengejek. "Jaa!", kemudian ia segera berlari meninggalkan atap sekolah.
"Apa katamu?! Jadi maksudmu melawanku itu bukanlah hal yang berarti?! Grrr... Aku membencimu, Daikidiot!", seru (Your name) sambil berlari menyusul Aomine.
"Tapi akui saja bahwa di satu sisi kau juga menyukaiku, (First name)!", balas Aomine tanpa menurunkan kecepatan.
Dan pada akhirnya terjadilah kejar-kejaran antara kedua ace yang hampir setiap hari menjadi tontonan rutin murid-murid Akademi Touou.
.
Omake
"Nee, Daiki. Sejak tadi ada satu hal yang mengganjal di pikiranku", ucap (Your name) saat acara kejar-kejarannya usai.
"Apa?"
"Apa maksudmu dengan pertanyaanmu yang 'apakah kau benar-benar menyukaiku'?", tanya (Your name). "Kalimatmu terkesan kalau kau sudah pernah mendengar ucapan suka dariku"
"Oh itu", Aomine mengambil jeda sejenak. "Sakurai mengatakan padaku bahwa kau menyukaiku. Dan setelahnya Satsuki menyarankan padaku untuk memastikannya"
(Your name) terdiam. Kemudian urat marah terlihat di kepalanya. Dengan tangan terkepal erat penuh kekesalan, ia berjalan menjauhi Aomine lalu tak lama setelahnya berlari.
"SAKURAI RYOU! AWAS KAU! AKAN KUBUAT KAU TIDAK BISA MELAKUKAN SHOOT SELAMA SATU MINGGU!", seru (Your name) garang sambil terus berlari mencari sesosok pemuda light brown yang saat ini tengah berdiri mematung dengan keringat dingin mengucur dari pelipisnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top