5. Teman Baik

Sebuah mobil berhenti di depan pekarangan rumah Amanda. Pintu mobil minibus itu bergeser dengan suara berat, lalu turunlah dua gadis cantik sambil yang tengah saling melempar tawa. Dialah Amanda dan juga Sera.

"Katakan padaku, Sera, apakah Tuan Misterius itu berhasil mengambil ciuman pertamamu?" tanya Manda dengan penuh selidik. Keduanya berjalan dengan sedikit cepat untuk segera sampai di depan pintu.

"Menurutmu?" Sera bertanya balik sambil melebarkan senyuman menggoda. Manda berdecih, lalu dengan gerakan tergesa memutar anak kunci sebanyak dua kali.

"Masuklah, dulu. Malam ini kamu menginap di sini saja, besok baru pulang. Aku akan mengantarmu, jadi kau tidak perlu takut." Sera mengangguk, lalu keduanya bergegas naik ke lantai dua rumah orang tua Manda. Walau bangunan itu tidak terlalu luas, tetapi rumah Manda sangat nyaman bagi Sera. Selalu ada ruang lebih besar untuk menghirup oksigen yang banyak ke dalam paru-parunya. Sangat berbeda sekali dengan rumah almarhum ibunya yang ia tinggali. Sesak dan sangat berantakan.

"Apa yang sedang kamu lamunkan? Ayo sana ganti bajumu!" Manda baru saja keluar dari kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. Wajah gadis itu segar dengan rambut basah yang baru saja ia keringkan dengan handuk.

Sera memperhatikan Manda dengan penuh haru. Sungguh Manda teman yang baik dan juga cantik. Sera sangat bersukur bisa satu kelas dengannya. "Manda, apakah aku boleh memakai sampo yang kamu pakai? Asap cerutu Tuan Ho membuat rambutku terasa tebal dan juga gatal. Ayah pasti akan sangat marah jika ia sampai mencium aroma tembakao pada rambutku. Apalagi, bukan tembakau yang biasa ia hisap," ujar Sera panjang lebar. Manda tertawa kecil, lalu mengangguk membolehkan.

"Mandilah sepuasmu, aku tahu air di rumahmu sangat susah. Selagi kamu ada di sini, pakailah air, sampo, dan sabun sepuas yang kamu inginkan," sahut Manda sambil mengedipkan sebelah matanya setelah mengucapkan kalimat terakhir.

Sera tersenyum lebar, lalu berlari masuk ke kamar mandi paling bagus yang pernah ia temui. Dress milik Amanda ia lepas, lalu ia gantung di balik pintu. Begitu juga dengan pakaian dalamnya. Ada sesuatu yang hangat ketika ia menyentuh kulit pahanya. Di sana adalah tempat Tuan Ho meletakkan telapak tangan besar, sambil menepuk-nepuk dengan lembut. Sera mengulum senyum dengan wajah memerah. Ia menyukai tamu pertamanya dan berharap besok tamu yang ia dapatkan sama baik dan tampannya seperti Tuan Ho.

Bisa dibilang ini hari yang amat melelahkan. Sera dan Amanda langsung tertidur bagaikan orang pingsan. Suara decit pintu rumah yang terbuka dengan denting lonceng keemasan yang menggantung dan nyaring berbunyi ketika kita menggeser pintu, tak juga membuat dua gadis itu terbangu dari mimpinya.

"Manda, ini sudah terlalu siang, bangunlah!" suara berat Mike;kakak dari Manda membangunkan Sera. Gadis itu terduduk sambil mengerjap beberapa kali. Dia menoleh ke arah kanan dan mendapati Manda yang masih terlelap dengan mulut setengah terbuka. Sera tertawa dalam hati, lalu segera turun dari ranjang besi Manda dan bergegas ke kamar mandi.

Pilihan mandi pagi tidak pernah ada dalam kamus hidupnya. Jadi Sera lebih memilih mencuci muka dan menyikat giginya saja. Setelah dirasa segar, Sera mengganti pakaian tidur yang dipinjamkan Manda padanya.

"Sejak kapan kau bangun sepagi ini? Apakah karena baru saja memimpikan Tuan Ho? suara serak Manda membuat Sera menoleh ke belakang. Ia tersenyum lalu berjalan mendekati ranjang Manda.

"Sejak tempat ini terlalu bagus untukku beristirahat. Kau tahu, aku tidak ingin memindahkan pulau Miami ke atas bantal empuk milikmu," sahut Sera sambil terkekeh. Manda pun ikut tertawa, lalu berusaha duduk sambil meluruskan pinggangnya.

"Tunggu aku sebentar, setelah mencuci muka, aku akan segera mengantarmu. Yah, mungkin segelas capucino pagi juga cocok untuk menghangatkan perut." Manda turun dari ranjang, lalu bergegas masuk ke kamar mandi.

Sera membuka tas selempang kecil milik Manda, lalu menngeluarkan isinya. Ada dua ratus dolar pemberian dari tamunya semalam. Sera meremas uang itu, lalu meletakkan di dadanya, betapa ia merasa sangat bersyukur saat ini karena berhasil mendapatkan uang sangat banyak baginya hanya dengan tertawa dan berbicara pada pria dewasa. "Terima kasih, Tuhan," gumam Sera begitu penuh haru.

Dua cangkir capucino menghangatkan pagi mereka. Manda juga membuat roti bakar beberapa lembar sebagai teman minuman mereka pagi ini.

"Apa rencanamu hari ini?" tanya Manda.

"Tidak ada. Mungkin akan berguling di kasur sepanjang hari dan menyirami anggrek-angrekku. Uang yang aku dapat ini, akan aku simpan sebagian untuk mencicil utang ayahku," jawab Sera lugas.

"Manda, menurutmu apakah ayahku tidak boleh tahu perihal semalam?"

"Tentu saja jangan, Sera. Itu sama saja kau cari mati. Cukup katakan kau menginap di rumah, karena ayah dan ibuku tidak ada. Jangan katakan apapun tentang club Nyonya Flora." Manda meletakkan telunjuknya di bibir. Sera mengangguk paham.

"Lalu, bagaimana jika ayahku mengetahui aku punya banyak uang?" tanya Sera lagi dengan memperlihatkan sikap was-wasnya. Manda tertawa kecil lalu mengambil ujung rambut Sera yang terurai.

"Kamu memang anak baik yang tidak pandai berbohong apalagi berbuat curang, maka dari itu aku senang berteman dengamu. Dengar, tidak perlu mengatakan apapun pada Tuan Mus dan jangan perlihatkan uang itu padanya. Jika kamu tidak punya tempat untuk menyembunyikan uang itu, selipkan dia diantara buku tulis. Tuan Mus takkan mengganggu peralatan sekolah kamu, bukan?" Sera merasa Manda terlalu pintar dan ia sangat bersyukur atas itu. Sedikt berbohong tidak mengapa, daripada harus menelan pil pahit kehidupan yang dikelilingi dengan utang.

Sera diantar pulang oleh Manda sampai ke depan pintu rumah. Hanya ada Joya di sana yang terlihat sudah lebih segar. Mungkin obat itu cocok untuknya.

"Selamat siang Manda, Sera ... ayo, masuk. Tidak ada orang di rumah ini selain aku," sapa Joya dengan sangat ramah. Pintu rumah ia buka begitu lebar agar anak sambungnya dan juga teman dari Sera bisa masuk.

"Apa kalian ingin aku buatkan sesuatu?" Joya menawarkan.

"Tidak perlu merepotkan Anda, Nyonya. Aku akan segera pulang. Di rumah tidak ada orang, sehingga Sera aku ajak menginap semalam. Maaf tidak memberitahu Anda dan Tuan Mus," ucap Manda dengan bibir manisnya. Sera melirik Manda dan dia merasa benar-benar harus belajar menjadi seperti diri Manda. Manis, sekaligus penuh rahasia.

"Joya, aku harap kamu jangan terlalu lelah. Beristirahat sajalah jika tubuhmu sudah baikan. Aku tidak ingin Tuan Kumis merengek lagi karena tidak memiliki cukup uang untuk menebus obatmu," ujar Sera sambil memainkan bola mata malasnya. Kalimat yang cukup tajam bagi Joya, hingga wanita setengah baya itu tersenyum kecut.

"Baiklah, nikmati hari libur kalian," balas Joya sambil berlalu dari hadapan Sera dan juga Manda.

_Bersambung_

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top