10. Rahasia Manda
Sera dilarikan ke rumah sakit setelah mengamuk kemudian pingsan. Untunglah Dawson membawa mobil, sehingga pria itu membantu Sera untuk dibawa ke rumah sakit. Tuan Mus, Joya, dan juga Frans ikut ke rumah sakit. Dawson memba Sera ke rumah sakit pinggir kota yang terkenal dengan kualitas dan juga mahalnya harga menginap serta perawatan di sana.
"Kamu salah membawa kami ke sini? Kami tidak akan punya uang untuk menebus obat Sera nanti," ujar Tuan Mus dengan wajah lesu. Dawson yang duduk di kursi kemudi, menoleh ke belakang sambil memberikan senyum tipisnya.
"Saya yang akan membayar biayanya di muka. Anda tidak perlu khawatir, Tuan. Ayo, kita bergegas membawa Sera ke IGD." Dawson keluar dari pintu kemudi, lalu berputar untuk membantu Tuan Mus menggendong Sera dan dibawa masuk ke IGD. Dokter memeriksa keadaan Sera dan seorang perawat memasang infus. Sera masih pingsan dan terlihat sangat pucat.
"Apa yang terjadi dengan putri Anda, Pak?" tanya dokter muda itu pada Tuan Mus.
"Dia berteriak, lalu pingsan." Tuan Mus menjawab singkat.
"Bisa diceritakan lebih rinci, kenapa putri Bapak berteriak? Apa memang dia mengalami gangguan jiwa?"
"Bukan seperti itu, Dok," sela Joya dan dia pun menceritakan kronologis yang terjadi pada putrinya beberapa hari lalu. Dawson tetap berada di tempatnya sambil mendengarkan dengan seksama. Rasa bersalah itu membuatnya semakin tertekan, karena kelakuan bodohnya saat mabuk, membuat Sera dalam masalah-bahkan dibenci oleh Manda. Padahal ia mencoba menjelaskan yang terjadi sebenarnya, tetapi tetap saja Manda menyalahkan Sera, karena dikira menggoda dirinya.
"Mungkin untuk hari ini biar Nona Sera istirahat di rumah sakit, sambil kita lihat perkembangannya. Seorang dokter kejiwaan nanti akan coba mengecek kondisi Sera. Semoga tidak apa-apa. Silakan diurus saja administrasinya." Dokter menunjuk pintu ke luar di mana letak meja petugas administrasi rumah sakit. Dawson mengangguk, lalu pergi mengikuti langkah perawat yang sudah berjalan lebih dahulu.
Joya menatap Sera dengan penuh iba. Suara anaknya telah kembali, berarti tinggal memulihkan kesehatan jiwanya saja. Pelan Sera membuka mata dan melihat kedua orang tua dan juga adiknya ada di dekatnya.
"Aku di mana?" Sera bertanya dengan suara amat pelan dan juga serak. Joya harus memajukan tubuhnya untuk dapat mendengar suara Sera.
"Tenggorokanku sakit. Aku ingin minum," bisik Sera dengan suara begitu pelan. Joya mengangguk, lalu mengambil botol air mineral yang ada di tangan suaminya. Lalu dengan perlahan dan hati-hati memberikannya pada Sera.
"Kita di rumah sakit. Kamu pingsan setelah meriaki Dawson," kata Joya sambil tersenyum begitu manis pada Sera, tetapi gadis itu terlalu takut mendengar nama Dawson. Bagi Sera, kemalangannya ini karena ulah Dawson. Ia ingin mengajukan keberatan atas lelaki itu, tetapi tenggorokannya akan semakin sakit jika ia mengeluarkan kalimat lagi.
Dawson masuk kembali ke ruang IGD dengan membawa sekantung besar berisi roti dan juga minuman. Lelaki itu menatap Sera yang juga kebetulan tengah menatapnya. Mata Sera berair dan juga tubuhnya nampak gemetar. Gadis itu begitu takut dengan Dawson.
"Tenanglah Sera. Dawson orang baik dan dia yang membawamu kemari." Sera menatap Joya dengan sengit, lalu menggeleng keras.
"Dia pria jahat!" ujar Sera dengan suara serak. Dawson pun merasa semakin bersalah dan bingung mau mengatakan apa pada keluarga Sera.
"Ini, ambilah untukmu." Dwson memberikan bungkusan aneka makanan pada Frans.
"Saya harus kembali ke proyek. Kamar Sera sudah diurus dan kalian nanti bisa ikut menginap di sana. Jangan khawatirkan biaya. Semua sudah saya bayarkan. Saya permisi." Pria itu segera berbegas keluar dari IGD sebelum Sera semakin mengamuk di dalam sana setelah melihat dirinya. Paling tidak, ia bisa membantu sedikit pengobatan Sera, walau untuk soal luka psikis ia ragu bisa disembuhkan dengan cepat atau tidak.
Dawson melajukan mobilnya menuju kediaman Manda. Ia harus menjelaskan kembali pada pacarnya itu mengenai kondisi Sera yang sebenarnya dan ia akan membujuk Manda untuk berbaikan dengan Sera.
Ini sudah pukul empat sore dan seharusnya Manda memang sudah ada di rumahnya.
Sweet Park Street adalah daerah pemukiman Manda. Bukan wilayah elit, tetapi juga bukan wilayah kumuh. Cukup berkendara selama lima belas menit, Dawson sudah berada di depan pekarangan rumah Manda. Sebelumnya ia menyempatkan mampir ke toko es krim dan membelikan makanan kesukaan pacar kecilnya itu.
Rumah Manda tampak sepi, tetapi bunga-bunga di taman kecil samping rumah Manda terlihat basah. Pasti Manda baru saja memandikan bunga-bunga kesayangannya itu. Dawson mengulum senyum, lalu berjalan mendekat ke arah pintu. Saat tangannya terkepal ingin mengetik pintu rumah, samar-samar Dawson mendengar suara pacarnya yang tengah berbincang. Sepertinya berbincang di telepon. Dawson ingin mengagetkan Manda dengan kedatangannya yang tiba-tiba. Sehingga lelaki itu memilih berjalan ke pintu samping rumah Sera yang terhubung dengan dapur rumah gadis itu.
["Yah, kau tahu sendiri Mike, aku tidak pernah menyangka Dawson sampai seperti itu. aku tidak tahu jika efek obat yang aku berikan pada minumannya malah membuat ia semakin mabuk dan mengira Sera dalah aku. Ditambah saat itu Sera memakai baju pemberianku, jadi Dawson semakin salah orang."]
["Aku sudah melarangmu untuk tidak memberikan apapun pada pacarmu, karena tanpa obat saja dia pasti akan sangat perkasa di ranjang dan dapat kupsatikan kau berteriak kesakitan. Ha ha ha ... jadi sekarang, apakah kau sudah berbaikan dengan Sera?"]
["Tidak, untuk apa? Dia sudah memberikan lip service pada Dawson dan itu membuatku jijik. Yah, walau Dawson tidak mau mengaku, tetap saja aku tidak mau lagi bertemu dengan Sera."]
["Lalu Dawson?"]
["Aku pasti akan memaafkannya. Ayolah, Mike ... aku bisa membeli ini itu karena uangnya dan aku yakin lip service yang aku berikan pasti lebih baik dari Sera. Kupastikan dia mengemis cinta padaku."]
Brak!
Lelaki itu mendengar perbincangan Manda dengan teman di teleponnya, karena gadis itu menyalakan speaker ponselnya. Dawson begitu geram hingga mengertakkan giginya.
"D-dawson." Manda tergagap setelah melihat sosok pria yang sedang ia bicarakan muncul dari pintu samping rumahnya.
"S-sayang ... k-kapan kau ...." Manda ketakutan saat pria itu berjalan mendekat ke arahnya dan sorot matanya begitu tajam penuh amarah.
"Jadi semua ini karena ulahmu, hah? Kamu mendekatiku hanya untuk uang? Kamu masih kecil, tetapi licik. Mulai sekarang kita putus!"
"Dawson, tunggu!"
_Bersambung_
_Bersambung_
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top