Salah Rasa
"Sorry, baru dateng. Kunir nih, gilak! Gue jemput jam 7 dia masih molor." Shela menyapa Karina yang ada di kantor BEM dengan napas ngos-ngosan.
"Duh, iya maaf, ya. Aku ketiduran lagi tadi habis subuh," sambung Kunir sembari mengatur napas.
"Iya, udah gakpapa. Lo pasti masih kecapekan, Nir. Kemaren kan baru balik dari lomba," sahut Karina sembari tersenyum.
"Gue ama Kunir bantu apa, nih? Atau kita langsung ke lokasi aja?" Shela menatap kantor yang telah lengang dari berbagai pelengkapan acara, padahal kemarin kantor BEM sesak dengan barang.
"Perlengkapan buat acara udah diangkut pakai colt kampus semua, sih." Karina mengedarkan pandangan, meneliti barangkali ada barang yang tertinggal, "ah iya, gue inget. Tadi si Prista bilang kalau konsumsi yang buat panitia masih di tempat katering, belum ikut diangkut ke panti. Mobilnya udah penuh tadi. Kalian mampir ke sana aja, ya. Ambil terus bawain sekalian ke lokasi."
Shela mengangguk, "Oke, tempat kateringnya di mana?"
"Searah ama panti kok. Itu di pertigaan setelah lampu merah, ambil arah kanan. Namanya Kedai Niqmad," terang Karina.
"Yawis, nanti biar aku sama Shela mampir dulu ke sana. La kamu ke pantinya gimana? Sama siapa?" tanya Kunir. Di kantor hanya ada tiga orang. Ia, Shela, dan Karina.
"Dijemput si Ujik. Dia mau balik ke kampus lagi katanya," jawab Karina.
"Oh gitu, ya udah. Kita duluan, ya," pamit Kunir. Karina hanya menanggapinya dengan anggukan.
*****
"Alhamdulillah, acara kita hari ini berjalan lancar sesuai yang diharapkan. Thank's buat seluruh kerjasamanya ya, Gengs. Gue selaku ketua BEM ngucapin banyak-banyak makasih. Kalian keren! Sorry banget kalo selama pra-acara gue nyebelin tingkat dewa, berisik ngeributin ini-itu, ngeburu-buru semua devisi buat nyelesaiin job, dan lain sebagainya. Semoga di kegiatan-kegiatan yang akan datang, kita tetap sesolid ini." Fauzi melirik jam tangannya, sudah pukul delapan malam. Ia harus segera mengakhiri sesi evaluasi kegiatan. Seluruh panitia telah menampakkan wajah lelah.
"Sebelum gue tutup, biar semangat kita jargon dulu lah, yuk," ajaknya. "BEM Universitas Bina Ilmu... "
"Bermartabat, bermanfaat, untuk seluruh umat!" sahut seluruh anggota BEM dengan semangat. Mereka telah lelah, namun mengingat acara di panti asuhan yang berjalan lancar tanpa kendala berarti, semangat mereka kembali bangkit.
"Ya udah, selamat menjalankan ibadah UAS, Gengs. Habis itu selamat liburan semester. Kita istirahat, santai-santai dulu. Ntar di tengah-tengah liburan, baru kita pikirin bakal bikin acara apa lagi di awal semester genap," ucap Fauzi mengakhiri evalusi.
"Siap, Pak Pres!" Seluruh anggota BEM lagi-lagi menjawab semangat.
"Oke, udah beres semua kan ini? Gue duluan, ya. Ada sesuatu yang masih harus diurus," pamit Fauzi. Ia mengambil ransel, dan bergegas keluar dari kantor BEM.
"Lah, buru-buru amat dah tuh anak. Perasaan banyak banget urusan dia." Pras menggeleng menatap Fauzi yang terburu-buru.
"Lek Ujik kan orang sibuk, ndak kayak kamu, pengangguran!" cibir Kunir.
"Wah, balik dari Depok makin sadis mulut lo, Nir." Pras melempar gulungan kertas pada Kunir.
"Biarin," ejek Kunir sembari melempar balik gulungan kertas.
"Wah, parah lo. Eh, gue inget sesuatu. Wait, Gaes, jangan pada balik dulu. Kumpul lagi, kumpul lagi." Pras berjalan ke depan, ke tempat yang ditinggalkan oleh Fauzi tadi.
"Lo mau ngapain lagi deh, Pras, udah malem ini. Ngantuk gue," sungut Karina.
"Baru jam lapan dah ngantuk lo? Lemah amat," ejek Pras sembari tertawa.
"Nih," Karina memukul keras lengan Pras hingga lelaki itu mengaduh.
"Gilak! Sakit, Kar. Kok malah gue ditabok sih, KDOK lo." Pras mengusap-usap lengannya yang terasa panas.
"KDOK? Apa itu?" tanya Kunir bingung.
Pras tertawa, "Kekerasan Dalam Organisasi Kampus."
Kunir dan beberapa anggota BEM seketika ikut tertawa.
"Udah, cepet lo mau ngomong apaan? Awas aja gak penting, gue tabok lagi lo, ya." Karina melayangkan tangan untuk mengancam wakil ketua BEMnya itu.
"Iya iya, yaelah bar-bar amat jadi cewek," sahut Pras, "gini loh, Gaes. Kita boleh sibuk ngurusin acara, tapi kita juga gak boleh lupa buat minta traktiran ke Kunir. Dia juara dua lomba MTQ Nasional woey, kagak pada liat tayangan di tv apa? Parah lo semua," lanjutnya.
Shela menepuk dahi, "Astaga! Iya, Nir, gue sampek lupa ngucapin selamat. Sumpah, lo keren banget. Selamat ya, bangga gue punya temen kayak lo."
Kunir tersenyum masam. Ia kembali teringat bapaknya. Teringat ucapan menyakitkan yang lelaki itu lontarkan. Ah, padahal semua teman bangga padanya. Mengapa bapaknya justru membuat kecewa?
"Nir, ah elah. Lo ngapa jadi ngelamun deh. Tuh, pada ngantri mau salaman sambil minta santunan," tegur Pras.
Shela sontak memukul keras punggung lelaki itu, "Mulut lo emang minta dicabein ya, Pras."
Kunir terbahak, berkumpul bersama teman-teman BEMnya memang selalu mengundang tawa sampai ia lupa pada seluruh luka. Ia membalas ucapan temannya satu-persatu, sembari mengaminkan doa-doa yang mereka berikan.
"Btw, lo dapet pesangon berapa juta kemaren? Lupa gue," tanya Pras.
"Pesangon? Mbok kira aku pegawai pabrik yang kena PHK-nan?" jawab Kunir sembari mengerucutkan bibir.
Pras terbahak, "Lah, apa emang namanya?"
"Uang pembinaan, Pras. Ya Allah, kamu wakil presiden BEM tapi kok kayak ginian aja ndak tahu. Lek Ujik kerasukan apa pas milih kamu jadi partnernya?" Kunir menggeleng bingung.
"Sarap emang nih anak," sambar Karina.
"Nyamber aja kayak geledek," ledek Pras, "iya udah, jadi lo dapet uang pembinaan berapa juta kemaren?" lanjutnya.
"Kepo banget deh," cibir Kunir.
"Biar gue bantu ngitungin jumlah anak BEM sekalian pilihin resto yang sesuai budget, Nir. Kurang baik apa gue?"
"Dih, pede! Emang aku udah bilang kalau mau traktiran?" tanya Kunir.
"Lah? Lo seriusan kagak mau nraktir anak-anak BEM? Kualat lo ntar," jawab Pras.
"Aku mau nraktir tapi minus kamu. Ndak mau!" tegas Kunir.
"Tega lo, Nir. Gue nih juru kuncinya BEM, seriusan kualat lo ntar," sungut Pras.
"Nir, lo mau balik sekarang apa masih mau lanjut debat ama makhluk astral satu itu?" sela Shela.
"Balik lah, Shel. Amit-amit kumpul sama Pras lama-lama, bisa ketularan ndak lurus aku." Kunir mencangklongkan tas, kemudian berjalan keluar ruang BEM, menyusul Shela yang telah lebih dulu keluar.
Sebelum benar-benar meninggalkan kantor, Kunir kembali melongokkan kepala sejenak, "Besok siang jam 2 kumpul di kantor ya, Gaes. Aku bawain makanan."
"Mantap, siap, Nir," sahut beberapa orang yang masih ada di dalam.
Setelah mengucap salam, Kunir segera berlari menyusul Shela yang telah berjalan dengan Karina.
"Ngaco lo, Shel. Dia sukanya ama Kunir kali," kekeh Karina.
Kunir mengernyitkan dahi, "Aku? Suka sama aku? Siapa?"
"Nah, panjang leher anaknya." Karina tertawa.
"Kalian lagi ngomongin siapa, to?" Kunir menatap Karina dan Shela dengan raut bingung.
"Gue lagi nebak, kayaknya si Ujik suka deh ama Karina. Secara, dia mau-maunya bolak-balik dari panti ke kampus cuma buat jemput Karina. Mereka juga sering ke mana-mana bareng kan pas pra-acara? Ngurus ini-itu berdua. Cinta karena terbiasa bisa berlaku di kasus ini kayaknya," jelas Shela sembari tertawa.
Kunir menjentikkan jari, "Nah, iya! Setuju aku. Kayaknya yang dibilang Shela bener deh, Kar."
Karina tertawa, "Udah gue bilang Ujik sukanya ama lo, Nir."
Kunir kembali mengernyitkan dahi, "Lah? Kok malah aku?"
"Ujik mau bolak-balik dari panti ke kampus buat jemput gue ya karena profesionalitas pemimpin aja. Kalo jauh-jauh ke Depok demi nengokin ama nyemangatin lo yang mau lomba, padahal dia barusan balik dari ngurus pemesanan tenda ama sound buat acara, itu baru bisa disebut pengorbanan," jelas Karina.
Shela menganga takjub, "Sumpah demi apa? Seriusan lo, Kar? Ujik bisa se-sweet itu? Gue kira di otak dia cuma ada organisasi doang. Btw, kok gue gak tau sih?"
"Rahasia gue ama Ujik doang ini mah," kekeh Karina.
"Kok lo juga gak cerita ke gue, Nir?" tuntut Shela.
"Bentar bentar, kamu ngarang cerita dari mana deh, Kar," sahut Kunir bingung.
"Kok ngarang sih, emang iya kan Ujik nyamperin lo ke Depok? Orang dia pamit ke gue kok. Kan, ngurus peminjaman tenda sound ama gue. Pas abis nganterin gue ke kos, dia bilang mau ke Depok, pengen nyamperin lo katanya. Gilak sih tu anak, kalo udah suka ama orang pengorbanannya gak maen-maen." Karina menggeleng heran, "lagian udah keliatan jelas kali kalo Ujik suka ama lo, Nir," lanjutnya.
"Serius ya, Kar. Demi Allah! Aku ndak ketemu Lek Ujik selama di Depok. Jangankan ketemu, lihat sekedipan mata aja ndak," sahut Kunir.
"Loh? Tapi dia beneran ke Depok kok. Orang pas paginya gue tanya, dia bilang kalo jadi ke sana. Cuma emang wajahnya kayak lesu banget. Apa karena dia udah jauh-jauh ke sana tapi gak ketemu ama lo, ya? Jadi lesu gitu. Lo sibuk banget ya pas di Depok kemaren?" tanya Karina.
Shela menggeleng-geleng, "Gilak gilak, gue gak nyangka bakal nemuin drama romansa yang se-sweet ini di BEM. Astaga, bisa-bisanya."
"Lo seriusan gak ketemu Ujik selama di Depok, Nir?" Karina kembali memastikan.
Kunir menggeleng. Mendadak, ingatannya kembali pada pesan yang Fauzi tarik beberapa waktu lalu. Ia baru sadar jika pertanyaan 'ada apa, Lek?' yang ia kirimkan tak mendapat balasan. Ia juga tersadar jika sepanjang acara tadi, lelaki itu sama sekali tak mengajaknya berbicara, apalagi bercanda seperti biasanya. Bahkan, lelaki itu tak mengucapkan selamat atas kemenangannya. Ia benar-benar tak menyadari banyak hal. Kini, ketika mendengar penjelasan Karina, mendadak otaknya sibuk mengait-ngaitkan banyak kejadian.
Kunir terhenyak ketika memori otaknya sampai di sebuah titik. Jangan-jangan Fauzi datang ketika....
Kunir segera menepuk dahi sembari memekik, "Ya Allah, Lek Ujik salah momen ini kayaknya!"
*****
Udah lama ya Naya gak update ceritanya Mbak Kunyit? Hehe, maaf ya. Ramadan kegiatan full banget, alhamdulillah.
Ada yang kangen Mbak Rempah satu ini, gak?
Btw, boleh baca wattpad, tapi tetap perbanyak baca Qur'an. Mumpung Ramadan, segala amalan baik pahalanya dilipatgandakan. Semangat puasanya, Sayang-sayangku semua 😘.
Oh iya, lagi ada diskon buku-buku Naya, nih. Tapi terakhir besok, hehe. Siapa tahu yang sedang ada kelebihan rejeki, bisa meminangnya.
Selamat membaca dengan penuh cinta. Tetap jadikan Allah sebaik-baiknya tempat bersandar, ya!
Ah iya, mau ramaikan kolom vote dan komentar juga bikin Naya bahagia.
Sabtu, 17 April 2021
Naya Zayyin
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top