Epiphany
Epiphany adalah momen di mana kamu sadar akan sesuatu yang amat berarti di hidupmu.
****
Arinka menopang dagunya dengan dua tangan. Matanya terus mengawasi cowok yang tengah bermain basket di lapangan. Tak lupa senyum ceria dia pasang sepanjang pertandingan berlangsung. Dengan harapan cowok tampan berwajah blasteran di depan sana akan memberi perhatian padanya.
Sesekali teriakan histeris terdengar dari bibir Arinka begitu cowok pujaan hatinya berhasil memasukkan bola ke ring basket.
"Yeee ... Ganin ... Ganin ... Ganin! Yeee!" teriak Arinka saat peluit panjang dibunyikan dengan hasil akhir tim Ganindra lah yang menang.
Terlalu kencangnya teriakan Arin hingga menimbulkan perhatian beberapa murid lain yang ikut menyaksikan.
Mereka semua menatap Arin aneh. Kasak-kusuk dan ejekan terus terdengar dari beberapa murid perempuan. Yang tak lain adalah para barisan penggemar Ganindra.
Bagi Arin tatapan aneh seperti tadi adalah makanan sehari-harinya. Cewek bertubuh mungil itu tak pernah ambil peduli, dia tak ingin memusingkan hal lain selain Ganindra di dunia ini. Ya, sebegitu bucinnya Arin pada Ganindra seolah menjadikan cowok paling popular di SMA Garuda itu sebagai pusat dunianya.
Dengan langkah pasti Arin berjalan menghampiri Ganindra. Tak lupa pula satu botol air mineral dia bawa untuk diberikan pada si empunya rambut coklat gelap itu.
"Ganin!" seru Arinka girang sembari berlari kecil menghampiri Ganindra yang tengah menyeka peluh di dahi.
Ganindra memutar mata jengah begitu melihat Arinka. Sedang semua anggota tim basket yang melihat cewek itu mendekat hanya tersenyum dan menggoda Ganindra.
Ganindra menyugar rambutnya ke belakang. Peluh yang membasahi tubuh membuat ketampanannya meningkat mejadi berkali lipat. Dan Arinka suka sekali melihatnya. Dasar Arinka mesum!
"Buat kamu," ujar Arinka mengulurkan botol air mineral ke hadapan Ganindra.
Ganindra berdecak kesal. Cowok itu memutar mata bosan. "Lo bisa nggak, sih berhenti menguntit gue terus? Nggak bosen apa dari kecil ngintilin mulu," ujar Ganindra kesal.
Arinka bukannya tersinggung atau marah dengan ucapan ketus pujaan hatinya, justru menggeleng pasti dengan senyum lebar di bibir. Tak ayal sikap Arinka yang seperti itu justru membuat Ganindra jengah.
Cowok itu mendengkus. Ganindra sungguh sudah kehabisan akal untuk membuat cewek di depannya menyerah. Ganin muak sekali rasanya terus-terusan dikuntit gadis bodoh itu. Arinka bahkan tak pernah mempan dengan sikap dingin dan jutek yang selalu Ganin perlihatkan padanya.
Namanya Arinka wijaya, cewek bodoh yang menyukai Ganindra setengah mati sekaligus tetangganya. Sejak kecil cewek berrambut hitam sebahu itu sudah menjadi bucinnya. Bahkan mengikuti Ganindra kemanapun cowok itu sekolah. Membual pada semua orang kalau mereka sudah dijodohkan dari kecil. Alhasil Ganindra selalu dibuat malu dengan tingkah Arinka.
"Indra!" Suara panggilan itu mengalihkan perhatian Arinka dan Ganin.
Seorang cewek bertubuh semampai dengan seragam ceears-nya berjalan mendekat. Dialah Salma Wicaksana. Cewek paling popular di SMA garuda. Saingan berat Arinka. Cewek ini lah yang membuat Arinka setengah mati uring-uringan setiap hari.
Jika boleh jujur Arinka benci sekali melihat mereka berdua bersama. Karena Ganindra dan Salma sangat serasi sekali untuk jadi sepasang kekasih. Bukan hanya Arinka yang mengakui itu, tapi satu sekolah. Mereka bahkan disebut-sebut sebagai King and Queen of the years di SMA Garuda. Salma yang seorang kapten ceears lebih cocok bersanding dengan Ganindra dibanding dirinya.
Arinka mengerucutkan bibir sebal ketika mengingat beberapa ejekan teman-temannya. Yang membandingkan dia dengan Salma.
"Nanti jadi, kan, kita jenguk Sinta bareng?" tanya Salma dengan suara lembut nan merdunya.
Ganindra hanya mengangguk sebagai jawaban. Cowok itu tak memperlihatkan perubahan ekspresi wajah yang berarti. Tetap datar seperti biasa.
"Gue ikut nebeng lo, ya. Kebetulan lagi nggak bawa mobil," sambung Salma.
Ganindra terlihat bingung harus menjawab apa. Cowok itu menatap Salma dan Arinka sejenak.
Arinka yang mendengar itu membuka mata lebar-lebar bersiap menjawab permintaan Salma.
"Mm ... boleh."
"Nggak boleh!" ujar Arinka dan Ganin bersamaan. Arinka bahkan merangsak ke depan Ganin agar cowok itu tak dekat-dekat dengan Salma.
"Apaan, sih, lo. bocah! Pergi sana!" ujar Ganin mendorong bahu Arinka pelan, berharap cewek itu bersedia pergi.
"Tapi ... kamu, kan, udah janji bakal bantuin aku ngerjain tugas," ucap Arinka dengan wajah memelas.
Salma menatap Arinka dengan senyum mengejek. Mengarahkan tatapan meremehkan pada cewek yang tengah diseret pergi oleh Ganin.
"Kamu nggak bakal pergi bareng Kak Salma, kan?" tanya Arinka memastikan begitu Ganin berhasil menyeret cewek itu keluar gedung olah raga.
"Bukan urusan lo. Pergi sana. Bel pelajaran udah bunyi."
"Tapi ... Aku-" kata-kata Arinka terputus karena Ganin sudah lebih dulu meninggalkannya menuju arah berlawanan. Di mana kelas XII MIPA 1 berada.
Arinka menatap punggung Ganindra yang menjauh. Cewek itu mengembuskan napas berat. "Sampai kapan aku harus mengejar dia Tuhan? Rasanya lelah sekali mencintai sebesar ini tanpa dibalas," gumam Arinka sebelum melangkah pergi dengan wajah ditekuk.
****
"As'salamualaikum, Tante!" Suara Arin menggema ke penjuru rumah keluarga Hafiz. Mengalihkan perhatian sepasang suami istri yang tengah asyik mengobrol di ruang tengah.
"Wa'alaikum salam," jawab suara di dalam.
Tanpa menunggu si empunya rumah mengizinkan masuk Arinka nyelonong ke dalam. Tentu saja hal itu sudah biasa terjadi. Mengingat Arinka sering sekali bersliweran di rumah Ganindra.
"Ganindra mana, Tante?"
"Ganindra belum pulang, Sayang. Emang dia nggak kasih tahu kamu pergi ke mana?"
Mendengar jawaban itu wajah Arinka berubah murung.
"Gitu, ya, Tante," lirih Arinka sarat kekecewaan.
Nadia dan Fariz saling melempar tatapan. Mereka begitu kasihan melihat Arinka. Nadia tahu sekali gadis yang berdiri depannya saat ini begitu menyukai putra ke duanya. Nadia kadang tak habis pikir dengan sikap Ganindra yang begitu dingin pada Arinka. Padahal jika dipikir Arinka itu gadis yang sangat manis. Selain ceria dia juga memiliki aura yang bisa membuat orang di sekitarnya ikut tertular bahagia.
Nadia mengembuskan napas lalu menghampiri Arinka yang masih menunduk sedih.
"Gimana kalau kamu minta temenin bang Rendra aja? Sambil nunggu Ganin pulang."
Mendengar tawaran itu mata Arinka kembali berbinar. "Boleh, Tante?" tanya Arinka semangat dengan senyum lebar.
"Boleh dong. Masa nggak boleh. Ya, Pa?" ujar Nadia meminta persetujuan suaminya. Fariz mengangguk dengan senyum.
Nadia sebenarnya begitu menyukai Arinka. Gadis yang suka sekali berpenampilan cute itu memiliki kepribadian yang menyenangkan. Dia bahkan sering sekali menemaninya memasak jika libur akhir pekan.
Jika ada Arinka datang rumahnya jadi tak sepi lagi. Karena dua anak laki-lakinya memiliki sifat yang sama. Sama-sama dingin dan tak banyak bicara. Meski dibanding Ganindra, Rendra jauh lebih ramah dan murah senyum.
"Gih temui bang Rendra di kamarnya. Dia pasti lagi gabut juga."
Arinka mengangguk semangat, lalu melesat pergi ke lantai dua. Di mana kamar Rendra berada.
Arinka terlebih dulu mengetuk pintu.
"Bang Rendra, ini Arin. Boleh masuk nggak?"
"Ya, masuk aja!"
Begitu membuka pintu, laki-laki berkacamata itu tengah memainkan gitar di tangannya dengan asal. Arinka memutuskan duduk di pinggir tempat tidur. Menonton Rendra yang kini tengah menyanyikan lagu Epiphany punya Jin BTS, sambil bermain gitar.
Sedang di sampingnya Arinka mulai ikut terhanyut dalam melodi. Cewek itu meraih buku note di samping Rendra agar bisa mengikuti Rendra menyanyi.
cham isanghae
bunmyeong na neoleul neomu salanghaessneunde
mwodeun neoege majchugo
neol wihae salgo sipeossneunde
Arinka mulai membaca arti lagu itu dengan seksama. Suara nyanyianya mulai memelan.
Ketika beberapa baris lirik membuat dia tersadar akan kebodohannya selama ini.
geuleolsulog nae mamsogui
pogpungeul gamdanghal su eobsge dwae
usgo issneun gamyeon sogui
jinjja nae moseubeul da deuleonae
Ya, Arinka mulai merasa lelah. Dia ingin melepas semua topek pura-pura tegarnya.
I’m the one I should love in this world
bichnaneun naleul sojunghan nae yeonghoneul
ijeya kkaedala so I love me
jom bujoghaedo neomu aleumdaun geol
Kini dia sadar, tak seharusnya dia mencintai Ganin sebesar ini hingg lupa mencintai dirinya sendiri. Bahkan sering kali Arinka mengabaikan semua cacian dan hinaan orang hanya demi mendapat cinta Ganindra.
I’m the one I should love
(heundeulligo dulyeowodo apeulo geoleoga)
(pogpung soge sumgyeodwossdeon jinjja neowa manna)
wae nan ileohge
sojunghan nal sumgyeodugo sipeossneunji
mwoga geuli dulyeowo
nae jinjja moseubeul sumgyeossneunji
I’m the one I should love in this world
bichnaneun naleul sojunghan nae yeonghoneul
ijeya kkaedala so I love me
jom bujoghaedo neomu aleumdaun geol
I’m the one I should love
Semakin hanyut dalam melodi, tangis Arinka mulai terdengar. Hingga membuat Rendra pada akhirnya memilih menyudahi nyanyiannya.
jogeumeun mungtughago bujoghalji molla
sujubeun gwangchae ttawin an boilji molla
hajiman idaeloui naega god nain geol
jigeumkkeos salaon nae palgwa dali simjang yeonghoneul.
Rendra meletakan gitar ke sisi sebelah kanan, lalu dia mngusap bahu Arinka yang bergetar.
"Gue sebenernya bukan k-popers kayak lo. Tapi entah kenapa gue suka banget lagu ini. Karena berkat lagu ini gue sadar, bahwa di dunia ini untuk bahagia itu nggak perlu rumit. Cukup lo cintai diri lo sendiri. Kalau lo merasa ini semua melelahkan berhentilah dan mulai cintai diri lo. Nggak selamanya apa yang lo inginkan harus lo dapatkan."
Arinka masih diam. Dia memilih mendengarkan segala nasihat Rendra untuk sekarang ini.
"Kamu sebagai penggemar BTS pasti tahu, kan, apa artinya epiphany?" sambung Rendra yang hanya dijawab anggukan Arinka.
"Jadi, anggapa aja hari ini adalah epihpany lo. Gue pernah baca novel karya Kak Nur Muslimah yang berjudul Dimas dan Adiba. Lo kenal dia kan, Rin? Author wattpad yang katanya ngaku sebagai calon penulis pemes?" Arinka kembali mengangguk.
"kira-kira kutipannya gini. 'Membenci sewajarnya, jatuh cinta sekedarnya. Sebab segala sesuatu yang berlebihan itu nggak baik akibatny' baca deh bagus tahu novelnya."
"Iya, Bang. Makasih buat nasihatnya. Arinka janji setelah ini Arinka akan lebih peduli sama diri Arinka sendiri."
"Nah, itu baru Arinka yang gue kena," ujar Rendra menepuk pelan kepala Arinka.
****
Hai hai Assalamualaikuuum. Selamat malam. Aku balik lagi dengan tantangan baru dari gen 3. Ya itu membuat songficsion. Maafkan kalau nggak sesuai ekspektasi. Sebener masih panjang tapi kaerena ini udah mendekati DL up cetpennya jadilah kuup segitu aja. Se yaa.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top