Little Bit Quickly
~~~~~~~~~
Request: BijinYasahiko
Pair: Ozora x Reiko (OC Bijin)
Genre: Komedi, family, Shounen-ai, hurt
By: SinSanSen
~~~~~~~~
Selamat membaca!
( ˘ ³˘)♥
Pagi ini adalah pagi yang sangat cerah. Sinar matahari amat menyilaukan dan langit bersih tanpa setitik awan. Di sanalah keluarga inu Yasahiko memulai paginya dengan tentram.
Ya, amat sangat tenang.
"REEEIII!!! SARAPAN WOII! " Teriakan melengking itu membuat seorang pemuda yang tengah tertidur pulas di lantai dua terjatuh dengan keras ke lantai.
"WOI! BISA DENGER KALI! EMANGNYA AKU DAH TULI GITU?! " balas pemuda itu tidak santuy. Dengan langkah berat dan kesal karena terjatuh dari ranjang, pemuda bersurai merah muda itu turun menuju dapur untuk sarapan.
"Rei sialan! Tuh ketek masih numpuk ampe kagak keliatan tuh jalan ato gimana sih?! Lama amat kek jalanan lagi macet aja. " Gerutu seorang gadis dengan apron putih. Surai merah darahnya dan manik heterocome sangatlah unik dan jarang diantara ras inu.
"Bijin-neesan, ohayou. " Sapa pemuda bernama Rei tadi sebelum duduk di kursi untuk sarapan.
"Rei? Masih idup? " tanya gadis itu-Bijin dengan wajah innocent.
"Sialan nih anak. " Bisik Rei pelan. "Sarapan apaan kita? Jangan sampe nasi kucing lagi. Bijin-neesan, plis lah! Kita ini anjing. Setidaknya wiskas gituloh, berkelas dikit. " Rei mengernyitkan matanya saat mengingat menu sarapan mereka kemarin.
"Iya, ini juga lagi dibuatin yang lain kok. Cocok buat lidah berkelasmu. " Bijin menyajikan makanan di atas piring. Ia mematikan kompor dan membawa masakannya ke atas meja. "Lemper untuk sarapan pagi :) berkelas banget kan, Rei? "
"....dasartemenmakantemen... "
Dengan perasaan campur aduk, Rei memakan sarapannya seraya memikirkan untuk apa kakaknya menyalakan kompor tadi.
"Belajar pinter-pinter. Nanti kamu di pat-pat sama guru. Seru lho! " Ujar Bijin sesaat sebelum bis TK tetangganya datang. TK nya sebelahan sama SMA nya Rei, jadi sekalian aja :3
"Sekarang gak jaman orang seneng di pat-pat sama orang lain, Samle-"
"Salam yang bener, Rei sialan. "
"... Itekimasu. " Rei segera masuk ke dalam bus. Bijin melambai sebentar sebelum masuk kembali ke dalam rumah.
'Kakak sialaaan! Jawabannya mana coba?!'
***
Reiko Yasahiko atau yang biasa di panggil Rei adalah seorang pelajar jenis inu biasa yang berasal dari keluarga biasa dengan kepribadian yang luar biasa, untung saja Rei berhasil masuk sekolah biasa tanpa mendaftar di sekolah luar biasa. Sungguh luar biasa.
"Kak Rei, sekolahnya kelewatan. " Ujar seorang anak berseragam TK. Rei segera menoleh untuk melihat ke luar jendela.
"Pak! Kelewatan! Kelewatan! Setoopp! Setoop woyy! " Seketika itu aksi ngedrive sopir bus TK itu membuat isi di dalamnya kocar-kacir. "Gila! Pak sopirnya dah gila! " Rei berpegangan pada bangku di depannya.
"Udah numpang maunya diutamakan. Gimana kalau udah teken coba?! Pasti dah ditendang keluar gegara tuh mulut!" Pak sopir mengomel keras-keras. Rei dengan kesal turun dari bus dan menutupnya keras. "Woy! Baru nyicil itu! "
Rei hanya berlalu seraya menutup telingganya yang besar. Ia berjalan santai menuju ruang kelasnya.
"Eh? Mytie? Sudah masuk ya? Ohayou. " Rei melihat salah satu teman sekelasnya. Ia menepuk punggungnya seraya mengucapkan selamat pagi.
"Eh-em, ohayou Rei-kun. " Jawab pemuda feminim bernama Mytie. Penampilannya amat feminim, baik itu cara berbicaranya maupun wajahnya yang manis.
"Aku khawatir kau tidak masuk beberapa hari. Ada apa sebenarnya? Apa kau dibully lagi? " Tanya Rei pada Mytie.
"... Sebenarnya kakakku-"
Ting-tong! Nak inu, nak kocheng, nak bebek, dan sebangsanya silahkan masuk ke kelas! PELAJARAN WOY!
Bel sudah berbunyi, membuat kedua orang berbeda sifat itu menghentikan obrolannya.
"Ah! Hari ini aku lupa ngerjakan PR! Mana soalnya 1-100 ujian kehidupan lagi! Mytie, aku duluan ya! Kita ngobrolnya waktu istirahat aja! " Rei segera melesat pergi. Mytie hanya menatapnya khawatir.
"Rei-kun, kamu masih pake sepatu luar ruangan... "
***
Sepulang dari sekolah, Rei merasa tubuhnya amat remuk. Kesibukannya di sekolah benar-benar membuatnya lelah. Walau di rumah ia selalu tampak seperti remaja begundalan yang tiap hari bertengkar dengan kakaknya, sebenarnya ia adalah orang yang suka kegiatan kemanusiaan(?)
"Capek banget. Aku ingin segera berendam di bak mandi dan tidur cepat. " Ucap Rei pada dirinya sendiri. "Ngomong-ngomong kasihan sekali ya kakaknya Mytie... Aku tidak menyangka ia akan-huh? "
Wuuush~
Bulu kuduk Rei berdiri. Entah mengapa ia merasa diikuti. Ia pulang cukup larut, dan jalanan sedang kosong. Rei mencoba mengendus bau di sekitarnya. Sialnya WC umum dari anyaman bambu dan teknologi flush cebok air sungai mengganggu indranya.
"Huweek, mending cepet pulang aja deh! " Rei mempercepat langkahnya hingga ia sampai di rumah.
"Tadaima.
Okaeri. " Rei masuk ke dalam rumah.
"Gimana sih? Salam kok malah dijawab sendiri? " Tanya kakaknya heran.
"Ketimbang kagak dijawab? " Rei mengendikkan bahunya acuh. Ia naik ke kamarnya untuk menaruh tas dan berendam sebentar.
Beberapa menit kemudian Rei menuju ruang makan untuk makan malam. Bijin sudah menunggunya untuk makan bersama.
"Masak apa? " Tanya Rei pada kakaknya.
"Bubur dan sejumput air. " Balas Bijin tenang. Ia benar-benar menghidangkan semangkok bubur dan air sejumput(?)
"Iih! Kok itu menunya? " Kata Rei protes.
"Kamu itu ya, kayak cewe aja! Kalau ditawarin mau apa jawabnya 'terserah' tapi kalau dah dimasakin malah gak suka. Repot! " Bijin menggebrak meja dengan keras.
"... Emangnya Bijin-neesan pernah nawarin? "
"Kagak. "
"DASAR GAK PERHATIAN! SOK TSUNDERE! PEMARAH! CEBOL! " Rei mengeluarkan semua kata-kata mutiara untuk kakaknya.
"ADEK DURHAKA! SOK COOL! UKEABLE! CANTIK BANGET SIH SIALAN! "
"Ja-Jadi itu muji ato gimana? "
"KAKAKMU INI UDAH KERJA BANTING MEJA SALTO AMPE GULING-GULING DI LANGIT-LANGIT CUMA BUAT KAMU! LALU APA BALASANNYA?! INI?! DASAR ADEK DURHAKA! " bijin benar-benar marah pada adiknya. Rei sebenarnya agak mulai takut, tapi harga dirinya membuatnya semakin melawan.
"UDAHLAH! MEMANG SELALU REI YANG SALAH! WANITA MAH SELALU BENAR! AKU PERGI DARI SINI! " Rei berlari dengan cepat keluar rumah. Bijin yang masih termakan emosi enggan menyusul adiknya.
"KELUAR AJA! JANGAN KEMBALI KESINI! REI BODOH! "
***
Rei terus berlari tanpa tujuan. Ia merasa akan baik-baik saja meskipun jauh dari kakaknya. Dia sudah dewasa, jadi segalanya akan menjadi lebih mudah... Bukan?
"Humph-apa yang-"
Sebuah tangan besar dan asing membekap mulut Rei dari belakang dengan sapu tangan. Rei memberontak keras. Tapi semakin lama tenaga tangan itu semakin besar, dan Rei melemah karena pengaruh obat yang ada di sapu tangan itu.
Kluk!
Rei terkulai lemas. Pria asing itu menggendongnya seperti karung beras dan memasukan Rei ke dalam mobil hitam. Di ambang kesadarannya Rei memikirkan satu orang.
'Bijin-neesan, tolong aku! '
Entah sudah berapa lama perjalanan mereka. Mobil hitam itu berhenti di sebuah gudang tua di tengah hutan pribadi seseorang. Tubuh Rei kembali diangkat dan dibawa ke salah satu ruangan disana.
Bruk.
Kemudian pintu itu dikunci dari luar. Rei awalnya masih tertidur karena pengaruh obat, akan tetapi seseorang mencolek pipinya yang lembut dan membuatnya terbangun.
"Uuummm.... Dimana ini? " Rei perlahan membuka matanya. Kepalanya masih terasa pusing, ia memperhatikan sekelilingnya. Ruangan itu lumayan gelap, dan hanya ada tumpukan karung yang mungkin di maksudkan untuk tempat tidurnya. Dan... Ada seseorang di ujung sana.
"Hey! Dimana ini sebenarnya?! Kenapa aku bisa ada disini?! " Teriak Rei pada sosok tersebut.
"... Apa kau berbicara denganku? " Tanyanya aneh. Rei mengangguk cepat. "Ini adalah gudang untuk mengumpulkan manusia setengah hewan untuk pemujaan dewa manusia. " Jelas sosok itu tenang.
"Eh?! Jadi pemilik tempat ini manusia?! Bagaimana bisa? Bukannya portal menuju dunia manusia aneh yang suka nari-nari aneh di depan ponsel, suka sama manusia berwajah sama, dan suka gambar 2D udah ditutup selamanya ya? " Rei semakin kebingungan.
"Memang begitu, tapi mereka adalah manusia yang masuk secara ilegal. Sudah berapa banyak pemuda sepertimu yang mati ditangan mereka. " Sosok itu berkata dengan sedih.
"Bisakah kau kemari? Aku tidak bisa melihat wajahmu dan aku takut sendirian... Aku ingin pulang... Aku rindu kakakku yang menyebalkan, cebol, dan payah memasak..."
Sosok itu mendekat. Rei dapat melihat wajah dari sosok itu lebih jelas. Rambutnya berwarna silver, matanya tajam dan dingin, telinga anjingnya lebar dan runcing, tapi suaranya sangat lembut. Seperti seorang kakak yang penyayang.
"Siapa namamu? Aku Rei Yasahiko. " Tanya Rei. Ia masih terpaku dengan sosok indah dihadapannya, tangannya menggapai pria itu.
"Namaku Ozora. Senang berkenalan denganmu, Rei. " Ozora menyambut uluran tangan Rei. Ia membolak-baliknya sebentar. Rei kebingungan, tangan Ozora sangat dingin. Seperti dia adalah manusia es... Tidak, lebih tepatnya pangeran es.
"Ada apa? "
"Tanganmu tergores, dan keluar darah. " Ozora memperlihatkan tangan Rei yang tergores. Rei merasa aneh karena ia tak merasakannya dari tadi. Ozora dengan cepat mengambil kain bersih yang ada disana dan membungkus tangan Rei.
"Te-terimakasih... " Ucap Rei pelan. Ozora hanya mengangguk dan kembali bersandar di dinding. Suasana kembali hening. Rei merasa canggung.
"Ozora, apa aku akan dikorbankan? "
Ozora mengangguk enggan. "Kapan itu terjadi? "
"Ritual akan berlangsung selama 3 hari. Ada seorang anak kecil yang dikorbankan hari ini. Itu artinya kamu masih punya waktu 3 hari. " Ozora menunjuk tiga jarinya. Rei menunduk dalam, tanpa sadar air matanya mengalir.
'Bijin-neesan, 3 hari lagi aku akan pergi dari dunia ini. Apa nee-san senang? Tidak ada lagi adik merepotkan dan pemarah... Ya, pasti nee-san senang. ' Isakan itu membuat Ozora melunak. Perlahan, ia membawa Rei kedalam pelukannya. Tubuh Ozora yang seperti es perlahan menghangat oleh suhu tubuh Rei. Sedangkan Rei merasa nyaman dan terlindung di dalam pelukan Ozora.
"Tenang saja, aku ada disini. Tidak akan kubiarkan mereka menyentuhmu. " Perlahan, kelopak mata Rei tertutup karena lelah.
***
Sementara itu, di kediaman Yasahiko, Bijin semakin khawatir karena adiknya belum juga kembali. Ia berjalan bolak-balik di depan pintu rumahnya. Sesekali ia mengecek ponselnya dan menelpon seseorang untuk menanyakan keberadaan adiknya. Tapi tidak ada hasil, Rei tidak ada dimanapun.
"Rei sialan, dimana kamu sebenarnya?" Bijin menggigit kukunya. Ia ingin memanggil polisi, tapi masih terlalu awal untuk melaporkan. Bijin cuma bisa berharap adiknya yang begundalan itu selamat dan ada di tempat yang aman.
"Oh ya, aku kan anjing! Kenapa tidak coba cari baunya saja? " Kasus lupa diri Bijin sudah mendarah daging. Ia segera mengambil mantel dan berlari ke luar rumah. "Baunya... Nasi goreng pak Udin. Mampir dulu ah! " Bijin segera duduk di dekat gerobak nasi goreng pak Udin. "Satu pak! Dimakan disini, yang cepet yak. "
Oke, kita tinggalkan kakak bodoamat itu.
"Eeeh! Kagak jadi deh pak! Aku mau cari adikku yang ngilang dulu ya pak! " Bijin berlari mengikuti bau adiknya. Ia terus menyusuri jalan dengan menempelkan hidungnya ke aspal.
"Ini bau Rei yang terakhir! Sial, sangat kuat dan masih belum lama! Tapi kenapa hilang disini?! Apa jangan-jangan Rei diculik?! Aaaahh!! Reeeii! " Bijin menggonggong sedih. "Aaauuuuww, Reiii!!! Dimana kamuuu?? Aaauuuuuww!!"
***
Keesokan paginya Rei terbangun. Matanya tertuju pada Ozora yang memandangnya datar. Rei baru ingat dia tertidur di dada Ozora. Ia segera mundur ke belakang.
"Ma-Maaf! Aku membuatmu tidak nyaman... "
"Tidak juga, aku senang aku membantumu tenang. "
Keduanya berbalik untuk saling menyembunyikan rona di pipi mereka. Suara keroncongan itu membuat perhatian keduanya tertuju pada perut Rei. Rei memerah padam.
"A-ku... Kemarin belum makan malam... Seharusnya aku makan saja bubur dan sejumput air putih itu... " Rei menekuk lututnya ke dada. Hanya karena pertengkaran kecil dengan kakaknya ia sampai berada di situasi hidup dan mati seperti ini.
"Maaf, aku juga tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka tidak pernah memberi makan pada orang-orang yang mereka culik. Jadi mereka biasanya akan lemas saat menjalani ritual panjang. Lalu mereka mati. " Ucap Ozora dingin.
"..."
"Tapi aku tidak akan biarkan hal itu terjadi padamu. Kau akan keluar dari tempat ini dengan selamat. "
Rei tidak terlalu mengerti dengan perkataan Ozora. Tapi ia hanya bisa mengangguk dan percaya.
***
Bijin segera melaporkan adiknya yang hilang ke polisi begitu ia membuka mata. Bahkan ia masih menggunakan piyama dan bertelanjang kaki. Bau mulut membuat polisi itu mengernyit.
"Pak! Adikku ilang dari kemarin! Kayaknya diculik deh! Cepet temuin adikku pak! Reei! Reeiii!!! " Bijin mengguncang polisi itu dengan brutal.
"To-Tolong beritahu ciri-ciri adikmu dan dimana terakhir kali kau mencium baunya. " Tanya polisi itu Pada Bijin.
"Di pengkolan ojek lembu. Kemarin baunya benar-benar kuat! Tapi terputus begitu saja disana! Sepertinya dia dimasukan ke dalam mobil penetralisir bau. " Terang Bijin pada polisi itu.
"Baiklah, kami akan mencari melalui CCTV kota. Sebenarnya kasus hilangnya anak-anak muda di sekitaran sini sudah marak,nona. Seharusnya anda lebih memperhatikan keluarga anda. Terakhir kali keluarga Yosano kehilangan anak tertua mereka. " Polisi itu berucap sedih.
"Benarkah?! Kalau tidak salah Rei punya teman bernama Mytie Yosano! Apa maksudmu kakak Mytie hilang juga?" Tanya Bijin khawatir.
"Ya... Keadaannya mengenaskan. Ozora Yosano. Kami menemukannya dalam keadaan tak bernyawa dan kekurangan nutrisi terbuang di pinggir sungai Katagawa. "
"TIDAK! REI! " seketika itu Bijin melanjutkan tidurnya di kantor polisi.
***
"Ozora, apa sudah malam lagi? " Tanya Rei pada Ozora. Bulan bersinar dari celah langit-langit yang berlubang, air menetes membasahi lantai. Membuat Rei menggigil kedinginan.
"Ya, itu artinya besok malam adalah ritualnya. " Ucap Ozora dingin. Rei tidak bisa menjawabnya. Ia merasa lemas karena tidak makan, dan minum. "Rei, tadahkan tanganmu pada air yang jatuh. Syukurlah hujan turun, dengan begitu kau bisa minum sedikit. Kau perlu kekuatan untuk pergi dari sini. "
Rei mengangguk pelan, ia menadahkan tangannya. Setelah terkumpul cukup banyak, Rei segera meminumnya dengan rakus. Air matanya mengalir, biasanya ia tak akan merasa sebersyukur ini hanya karena air hujan.
"Ozora, apa kau tidak mau minum? Kita akan keluar bersama-sama bukan? " Rei menoleh ke arah Ozora.
Ozora tersenyum lembut untuk pertama kalinya dihadapan Rei. "Aku sudah minum tadi. " Rei mengangguk dan melanjutkan minum.
***
Bijin membuka matanya pelan. Kepalannya serasa dipukul oleh palu saat ia ingat adiknya masih menghilang.
"Rei! "
"Tenang nona. Kami sedang berusaha sebisa kami. Ada CCTV yang menangkap gambar seorang pria yang memasukkan seorang pemuda yang pingsan. Apa dia adikmu?" Tanya polisi itu pada Bijin.
"Itu Rei! Reeeiii! Aaauuuwww!!!"
"Hey! Jangan pingsan lagi napa?! "
"Eh... Tapi kan biar dramatis gitu. Yaudah enggak, pak! apa CCTV itu bisa mengikuti gerakan mobil itu pergi? " Bijin memperhatikan semua CCTV yang ada disana.
"Mereka menuju kota sebelah. Kami masih melacaknya. Nona harus bersabar sedikit lagi. " Polisi itu terus menatap CCTV tanpa beristirahat. Lama-kelamaan CCTV itu memerah karena terus diperhatikan. Barang kali itu jodohnya pak polisi, ya enggak? :v
***
Ruangan itu semakin mendingin setelah mapam kemarin. Ozora bersyukur hujan datang, tapi ia juga khawatir kalau akan terjadi seperti ini.
"Panas sekali... " Ozora memperhatikan lekat-lekat wajah Rei yang memerah,sepertinya ia demam. Terang saja, kekebalan tubuhnya menurun karena kurang gizi dan kedinginan. Manusia-manusia itu benar-benar hanya peduli pada diri mereka tanpa memperhatikan makhluk lain.
"Rei! Bangunlah! Rei! " Ozora terus mengguncang tubuh Rei. Kalau dibiarkan seperti ini, Rei bisa mati!
"Ozo...ra. Rasanya sangat dingin, apa hujan masih turun? " Tanya Rei lemah. Ozora menggeleng cepat.
"Kau demam! Dan tubuhmu sangat panas. Jangan tidur, Rei! Malam ini adalah malam ritual! Kalau kau tidur sekarang, semua akan berakhir! Aku tidak bisa membawamu keluar kalau kau tidur! " Ozora berteriak. Rei mencoba tetap sadar dan tidak pingsan ataupun tertidur. Ia masih ingin hidup! Bertemu kakaknya, dan keluar dari sini bersama Ozora!
"Rei... Aku ingin memberimu pengakuan. Sebenarnya... Aku menyukaimu sejak pandangan pertama kita. " Ucap Ozora serius. Rei melebarkan maniknya, ia tidak tahu harus berkata apa.
"Seharusnya... Kita bertemu lebih cepat dan dalam keadaan lain. Aku menyesal kita baru bertemu disaat aku sudah seperti ini. Aku... Benar-benar mencintaimu... Rei! " Ozora mendekatkan bibirnya pada bibir Rei. Rei terkejut saat sadar bahwa mereka sedang berciuman! Tapi kenapa... Ciuman ini terasa kosong?
"Maafkan aku, Rei. Sebenarnya... Aku sudah--"
Brak!
"Benar-benar sulit mencari tumbal yang benar! Tapi bisa saja kali ini aku memilih pemuda yang benar! " Seorang pria bertubuh kekar membuka pintu dengan kencang. Ozora menoleh dan menadang sengit kepada pria itu. Rei kembali terkejut saat pria mengerikan itu membuka pintu.
"Sekarang giliranmu anak muda! Semoga kali ini yang benar! Maka kau akan berjasa untuk kami para manusia. " Pria itu menyeringai lebar pada Rei. Rei gemetar, namun genggaman Ozora membuatnya sedikit lebih tenang.
"Aku akan menahannya, kau segera lari sekencang mungkin dari sini, Rei! Lari terus ke utara tanpa berhenti! Itu adalah ujung dari hutan ini. " Kata Ozora pada Rei.
"Tapi kau?! "
"Aku... Sudah terlambat untuk melakukannya... " Ozora tersenyum kecut. Ia mengambil karung dan membekap pria itu dengan cepat.
"A-APA YANG TERJADI?! " segera Rei menyelinap antara pria itu untuk berlari keluar. Ozora melompati pria itu dan menutup pintu keras.
"Ayo lari, Ozora! " Rei menyusuri lorong-lorong sempit gudang itu sebelum menemukan pintu keluar. Ia berbalik, tapi Ozora tidak mengikutinya. "Eh? "
'Rei, larilah!' Suara Ozora tiba-tiba bergema dalam pikiran Rei.
"Ozora?! Kenapa aku bisa mendengarmu?! Ayo kita lari bersama! " Kata Rei panik.
'Ada satu hal yang tak pernah kukatakan padamu. Sebenarnya... Aku sudah keluar dari tempat ini 3 hari yang lalu. Yah, walau itu hanya tubuhku. Haha. ' Suara Ozora terdengar sangat jelas. Tapi Rei tidak melihat Ozora.
"Apa maksudmu?! Jangan bercanda, Ozora! " Rei semakin panik. Rei tersentak ketika pintu gudang terbuka dengan keras.
'Larilah, dan sampaikan salamku pada Mytie... Adikku. ' Ozora tiba-tiba berada di ambang pintu, cahaya matahari menerangi sosoknya yang buram dan tembus pandang.
"Jadi... Selama ini kau... " Air mata Rei mengalir. Ia kemudian berlari menjauh dari gudang itu. Pikiran Rei sangat kacau. Ia ingat pembicaraannya dengan Mytie 3 hari yang lalu. Bahwa kakaknya telah menghilang dan ditemukan tak bernyawa. Rei tidak pernah tahu nama kakak Mytie karena Mytie cukup tertutup mengenai hal pribadinya. Akan tetapi ia tidak pernah menduga bahwa Ozora adalah kakak Mytie... Yang sudah mati.
"Ozora... Kau benar. Seharusnya kita bertemu lebih cepat... " Tiap langkah menjadi lebih berat. Air mata membasahi setiap jalan yang ia lewati. Meninggalkan kenangan selama 3 hari yang singkat. "Aku... Juga mencintaimu... "
'Terimakasih, Rei. '
Baru saja Rei hendak terjatuh, suara yang amat familiar menyapa pendengarannya.
"REI! "
"Bijin... Nee-san... "
Bruk!
The end.
Jin-san! Semoga tidak mengecewakan yak! :'3 semoga OC mu tidak OOC dan semoga suka! Gomenne, ceritanya charadeath :'3
Kedua cerita ini San tulis sendiri, dan besok (maybe) kakak akan update UraSaka, dan San bakal tulis SakaUra
'-')////
(Jadi intinya San nulis 3, kakak cuman satu hiks! :'3)
Jangan lupa vote dan komennya! Arigatouu!!!
\(-ㅂ-)/ ♥ ♥ ♥
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top