Dungeon

~~~~~~~~~~~~
Request: Rxnyyz
Pair: Shoose x Senra x Luz
Genre: Fantasi, Hurt, Shounen-ai
By: SinSanSen
~~~~~~~~~~~~

Selamat membaca
(。’▽’。)♡

***

Di dunia ini, terdapat sebuah dungeon raksasa dimana berbagai jenis monster dan raksasa tinggal dan menghalangi orang-orang untuk menahlukkan dungeon itu. Tidak ada seorang pun yang mengetahui siapa dan mengapa seseorang membangun bangunan megah tinggi dan menakutkan itu di beberapa tempat.

Setelah perjuangan panjang, ada seseorang yang berhasil menuju puncak dungeon dan mendapatkan sesuatu yang bahkan tidak bisa dipikirkan oleh orang lain.

Kekuasaan, kekuatan, dan tubuh yang abadi.

Semenjak saat itulah, banyak kaum muda yang mencoba menahlukkan dungeon dengan cara apapun. Semangat yang membara dimasa muda membuat mereka tanpa menghiraukan resiko berlomba-lomba memasuki sarang ular itu.

"Kita tidak punya banyak waktu lagi. Ayo kita berangkat sekarang. " Seorang pria tinggi dengan kacamata berkata pada beberapa orang di belakangnya.

"Tapi kita masih kelelahan... Bisakah kita istirahat sebentar? " Tanya seorang pemuda manis bersurai pirang. Semua orang menggangguki permintaanya. Mereka lelah, dan butuh istirahat setidaknya beberapa menit.

"Maafkan aku, kau baik-baik saja? " Pria berkacamata itu merasa bersalah dan memilih duduk di sebelah pemuda tadi.

"Aku baik, tapi kurasa Mafu dan teman-teman lain kelelahan. " Katanya seraya tersenyum kecil.

"Senra-kun, mau minum? " Seorang pemuda tinggi dengan manik violet memberikan botol minumnya pada pemuda pirang.

"Terimakasih, Luz. Shoose-san juga tidak mau istirahat dulu? Perjalanan kita masih jauh. "
"Baiklah. "

Ketiga orang itu mulai bersandar di dinding gua yang gelap. Beberapa pemuda yang beristirahat disana juga beristirahat setelah perjalanan melelahkan dengan berbagai monster.

"Soraru-san, sebenarnya berapa lama lagi kita akan mencapai menara tertinggi? " Tanya seorang pemuda albino. Pria yang dipanggil Soraru itu menatap menerawang.

"Walau dikatakan menara tertinggi, sebenarnya dungeon ini memiliki dimensi tersendiri. Tidak bisa dikatakan bahwa puncaknya adalah menara paling atas, oleh karena itu tidak bisa didaki dari luar. " Soraru mengayunkan tongkat sihirnya dan menimbulkan cahaya kecil.

"Di ujung sana, terdapat monster-monster paling mengerikan yang bisa kau bayangkan, lalu medan yang sulit, serta raksasa batu yang amat kuat. Kita hanya bisa menggunakan monster-monster elang agar kita bisa mengambil cahaya suci, tidak ada jalan disana, yang ada hanyalah tebing curam." Lanjutnya kemudian.

"Dari mana Soraru-san tahu semua itu? " Tanya pemuda albino—Mafumafu pada rekannya.

"Semua penyihir tingkat atas mempelajarinya, kau juga akan mempelajarinya begitu menjadi penyihir tinggat atas. " Kata Soraru.

"Aku hanya penyihir penyembuh tingkat 3 dan lagi aku bisa masuk bersama Soraru-san hanya karena kita terikat takdir. Aku sama sekali tidak hebat. " Geleng Mafumafu. "Aku ingin sekali menyembuhkan Shima-kun dan Sakata-kun... Hanya cahaya suci yang bisa melakukannya. "

Mendengar dari kejauhan, Senra menjadi murung. Tujuan mereka semua berada disini adalah untuk menyembuhkan wabah penyakit mematikan yang tengah terjadi di desanya. Ia hanyalah pengguna dua pedang dengan keahlian rata-rata. Dibanding anggota party-nya, ia bisa dibilang lemah. Bahkan dari Mafumafu yang hanya penyihir penyembuh.

"Shoose-san, untuk yang selanjutnya tolong jangan lindungi aku. Karena aku, kau jadi terluka. " Kara Senra sedih.

"Apa yang kau katakan?! Aku melakukannya karena aku pemimpin grup ini. Sudah menjadi tugasku untuk melindungi anggotaku! " Elak Shoose cepat. Pandangannya kemudian melunak. "Selain itu melindungi Senra-kun adalah keinginanku sendiri... Kau adalah orang yang berharga bagiku. "

Mendengar hal itu membuat Senra memerah. Ia mengalihkan perhatiannya dari wajah tampan Shoose. Tiba-tiba dirasakannya pelukan erat dari sebelah kanan.

"Shoose-san curang! Senra-kun bukan hanya milikmu! " Ujar Luz cemburu. Pria maskulin itu tertawa kecil.

"Coba ingat siapa yang mencuri start terlebih dahulu? Bukannya botol yang kau berikan pada Senra-kun adalah bekasmu? Tidakkah itu berarti kau telah mencuri ciuman tidak langsung dengan Senra-kun? "

Senra memerah, lantas ia menoleh kepada Luz. "Luz! "

"Cih! Rupanya ia melihatnya. Lupakan saja ciuman tidak langsung itu, aku ingin langsung merasakannya dari bibirmu. " Luz mendekatkan bibirnya pada Senra. Senra yang terkejut tidak bisa bergerak.

Cup!

Baru saja Senra dilepaskan dari cekalan Luz, tangannya tiba-tiba ditarik oleh Shoose dan terjadilah sesi ciuman kedua.

Cup!

"Ka-Kalian berdua! Kita sedang ditempat umum lho! " Senra melepaskan diri dari keduanya. Ia berlari mendekati Mafumafu yang tengah mengobrol dengan pemuda bulan—Amatsuki.

"Yaah... Dia pergi... "
"Biarkan saja. Urata, berapa lama lagi kita akan sampai di sarang elang? " Tanya Shoose pada seorang pemuda pendek berambut coklat.

"Yamadanuki bilang sekitar 1km lagi. " Kata Urata singkat. Shoose berdiri dan menepuk kedua tangannya—meminta perhatian.

"Kita harus berangkat sekarang! Semua, persiapkan diri kalian! " Perintah Shoose tegas. Semua lalu kembali berjalan menuju tujuan.

***

Sebuah letusan-letusan magma kecil membuat semua orang was-was. Tempat mengerikan ini adalah sarang dari elang yang harus mereka takhlukkan untuk sampai ke cahaya suci.

Menjinakan hewan raksasa adalah ke ahlian dari Urata. Ia adalah pengendali hewan. Meskipun besar dan buas, elang masih bisa dijinakan oleh Urata. Berbeda dari monster-monster mengerikan yang ada di dungeon.

Shoose sebagai ahli pedang bersama dengan tangker Urata berada di depan. Urata memang bertubuh pendek, tapi dengan tanuki yang berada di pundaknya, ia menjadi kuat.

"Yamadanuki! " tanuki kecil itu melompat ke depan, tak lama tubuhnya berubah menjadi semakin besar. Saat itulah terdengar suara tanah retak dari belakang party.

"Cacing lava! Itu adalah cacing lava! " Suara teriakan Amatsuki membuat semua menoleh ke belakang.

Grooaaar!!!

Cacing raksasa itu menembus lava yang amat panas dan bergerak mendekat ke arah party dengan kecepatan penuh.

"Soraru! Mafumafu! Rapal mantra dan beri kami kekuatan penuh! " Shoose memberi perintah. Dengan segera, Soraru dan Mafumafu merapalkan mantra.

Setelah merasakan efek mantra, Shoose maju diikuti oleh teman-temannya. "Hiat! Rasakan ini! " Shoose berhasil melukai kulit cacing raksasa itu cukup parah.

Kriiieeeet!!!

"Terbanglah menuju tujuanmu! Star arrow! " Amatsuki melesatkan panahnya menuju mulut cacing raksasa yang berteriak itu.

"Heeeeyaaaah!" Senra melompat dengan kedua pisaunya. Berputar-putar dengan cepat hingga meninggalkan bekas menyakitkan di tubuh cacing lava itu.

"Mati! " Luz berubah menjadi iblis dengan satu tanduk. Ditangannya terdapat api hitam yang membakar sebagian tubuh cacing lava.

Cacing itu menggeliat-geliat sebelum berteriak keras, dan menerjang kedepan.

"SEMUANYA MENYINGKIR! "

BRAAK!!!

Udara yang semula panas, tiba-tiba terasa dingin membeku. Semua orang terkejut saat dinding es raksasa hampir hancur berada di depan mereka.

"Soraru-san! " Mafumafu berteriak saat Soraru terjatuh dengan darah menyembur dari mulutnya.

"Uhuk-uhuk!... Haah... Kurasa aku sedikit keterlaluan. " Katanya seraya tersenyum kecut. Mafumafu segera mengobati tubuh Soraru.

"Jangan berhenti! Terus menyerang! " Shoose kembali mengkomando. Tanpa banyak basa-basi lagi, mereka segera menghabisi cacing yang terhenti karena dinding es.

Saat cacing itu melemah, dengan kekuatan Luz cacing itu dibakar sampai menjadi abu. Api Luz hanya membakar objek tanpa mengenai yang lainnya.

Kyaaaaak!

"Shoose! Tunggangan kita sudah siap! " Urata berteriak kepada teman-temannya. Serentak, beberapa elang terbang melewati kepala mereka. Yamadanuki kembali mengecil dan mendarat di pundak Urata.

"Segera naiki elang! Tujuan kita berikutnya adalah lantai teratas! " Shoose menaiki seekor elang diikuti yang lain.

Senra memandangi Luz khawatir. Kekuatan Luz adalah hasil dari persilangan manusia dan monster. Saat masih kecil Luz sering dicaci maki oleh para warga desa karena asal-usulnya. Namun saat ini Luz sudah mempunyai banyak teman yang tak menganggapnya berbeda. Salah satunya adalah dirinya, akan tetapi jika Luz melewati batas ia bisa tak terkendali bahkan melukai dirinya sendiri dna orang lain.

"Senra-kun, aku baik-baik saja. " Seolah-olah bisa membaca pikiran Senra, Luz mendekati pemuda manis itu dan menepuk pundaknya pelan.

"Luz... Jangan memaksakan diri. " Kata Senra pelan. Luz hanya mengangguk dan segera menaiki elang menyusul yang lainnya.

***

"Berikutnya adalah jalan satu-satunya menuju cahaya suci. Jangan terlalu bersuara karena—" Shoose menghentikan perkataannya saat melihat ke depan. Tempat itu adalah tanah bebatuan tak rata dengan berbagai bentuk monster mengerikan. Di ujung terdapat gua kecil yang harus mereka masuki.

"Mereka sudah mengetahui kedatangan kita! Apa yang harus kita lakukan?! " Senra dengan ngeri melihat monster menyerupai komodo memakan sesamanya dengan rakus.

"Aku akan memanggil elang lainnya untuk menjadi umpan! Kalian harus masuk ke dalam apapun caranya! " Urata berteriak sebelum bersiul panjang.

"Urata-san sendiri bagaimana?! " Tanya Mafumafu khawatir.

"Haha... Aku harus menyelamatkan si Aho itu bagaimana pun caranya. Kalau aku harus gugur disini, semua akan kupercayakan pada kalian. Ayo! Yamadanuki! " Urata melompat dari elangnya dan mendarat di antara monster-monster raksasa itu. Yamadanuki perlahan menjadi sangat besar dan menyerang komodo-komodo itu.

Berpuluh-puluh elang terbang di udara, menyebabkan kekacauan yang membuat para monster itu teralihkan perhatiannya. Ini adalah kesempatan bagi orang-orang untuk melanjutkan perjalanan.

"Urata-san! "
"Pergi! Dan segera selamatkan si Aho itu demi diriku! "

Dengan enggan, semua orang memasuki gua.

***

Di dalam gua bukanlah tempat gelap seperti yang dipikirkan. Melainkan tempat yang sangat terang, karena inti dari gua itu adalah sebuah bola bercahaya. Saat mereka masih terpaku oleh cahaya itu, Amatsuki secara tiba-tiba ditangkap oleh sebuah tangan raksasa.

"ARGH! "
"AMA-CHAN! "

Swing!

Amatsuki terlempar jauh bersama dengan elangnya menuju sebuah sarang laba-laba raksasa. Amatsuki menggeliat-geliat ketakutan saat serangga raksasa berwarna hitam kelam bermata merah itu mendekatinya.

"Amatsuki! " Shoose menyerang laba-laba yang hendak mendekati Amatsuki. Mafumafu dan Soraru sekali lagi merapal mantra. Mereka harus ekstra hati-hati karena dibawah adalah danau dengan banyak monster air berputar-putar disana. Danau itu diapit oleh tebing curam dan tajam.

Senra hampir saja terjatuh dari elang karena tersangkut jaring laba-laba. Senra mencoba memotong jaring laba-laba menggunakan pisaunya sebelum api hitam memutuskannya.

"Luz! Terimakasih! " Senra menoleh ke arah Luz yang telah berubah.

"Senra-kun... Bagaimana kalau aku kehilangan kendaliku saat ini? " Tanya Luz tiba-tiba. Senra tertegun.

"Apa maksudmu? Kau masih mengenaliku bukan?" Senra semakin khawatir saat mata violet Luz berubah menjadi menjadi hitam seluruhnya.

"... Aku tidak tahu. Mungkin sudah batas tubuhku untuk menahan kekuatan terkutuk ini. " Luz tersenyum lemah. "Dari pada melukaimu aku lebih memilih mati saja. Oleh karena itu—" Luz memberikan sebuah cincin dengan permata violet. ''Tolong jaga dirimu baik-baik untukku. Sampai jumpa! "

"Tunggu! Luz! " Luz melompat dari elang, seketika itu tubuhnya melayang di udara. Hal ini hanya bisa dilakukan saat ia tidak terkendali, tapi bukannya menyerang teman-temannya, Luz hanya menyerang monster disana.

Raksasa batu. Itu adalah monster yang melempar Amatsuki menuju sarang laba-laba. Raksasa itu juga melempar elang-elang yang melintas di depannya. Luz menghadapi raksasa itu dan menyerangnya dengan tangannya yang kini seperti tangan monster.

"Jangan pernah menyakiti orang yang kusayangi! " Luz memukul-mukul raksasa batu itu hingga hancur dibeberapa tempat.
"Uhuk-uhuk! " Soraru yang masih belum sepenuhnya pulih dari kerusakan internalnya oleng dan terjatuh dari elangnya. "Sialan! " Soraru menciptakan bongkahan es raksasa agar ia tak jatuh langsung ke dalam air. Ia terkepung oleh monster air.

"Soraru-san! " Mafumafu menoleh ke arah Senra. Elang Senra sedikit oleh setelah terperangkap jaring laba-laba tadi. "Senra-kun, pakailah elangku! Aku akan menolong Soraru-san! "

"Ta-Tapi Mafu! Di bawah sana sangat berbahaya! Kau bisa mati! "
"Jangan hentikan aku! Ka-Karena... Aku dan Soraru-san telah terikat takdir. Mati pun aku akan bersama Soraru-san! "

Mafumafu segera terjun ke bawah. Soraru awalnya terlihat amat marah, namun setelah beberapa kata. Soraru mengangguk dan berpelukan sebelum menyerang monster-monster yang mendekat.

Senra yang melihat semua itu benar-benar takut. Bukan takut menghadapi monster-monster itu, melainkan kehilangan semua teman-temannya dan orang yang disayanginya. Namun, jika ia kalah disini semuanya akan berakhir.

"Shoose-san, lupakan aku dan pergilah! Kau dan Senra masih bisa melanjutkannya! " Amatsuki berurai air mata. Tiba-tiba sebuah mata merah besar muncul di belakangnya. Shoose bahkam belum melakukan apa-apa sebelum monster itu menggigit pundak Amatsuki dan mengoyaknya. "AAARRGGGHHH!! "

"Shoose-san, bahaya! " Senra menyerang laba-laba yang hendak memakan Shoose yang membeku. Elang yang dinaiki Shoose telah kehilangan kepalanya. Senra menarik Shoose agar tidak jatuh.

"Se-Senra-kun! Kau terluka! " Shoose yang tersadar menyentuh luka menganga di tangan kiri Senra.

"Ukh—" Senra merasakan lengannya yang lumpuh oleh racun yang dimiliki monster laba-laba tadi.

"Senra-kun awas!!! "

JLEB!

Senra terpaku saat Shoose menghalanginya dari serangan mematikan yang bisa saja langsung membunuhnya. Tubuh Shoose tertusuk oleh kaki-kaki tajam monster laba-laba.

"Shoo-se...-san? Kenapa? " Suara Senra bergetar. Shoose tersenyum lembut, ia menghapus darah dari pipi lembut Senra.

"Ini adalah kewajibanku. Karena aku mencintaimu... Senra-kun. " Shoose memeluk Senra ringan. "Aku titip kacamataku ya, aku tidak bisa melihat tanpa ini. Jadi jagalah baik-baik. Sekarang... Pergilah! " Shoose secara tiba-tiba melempar Senra jauh dari dirinya. Mulut laba-laba itu seketika menerkamnya dan meninggalkan darah yang sangat banyak ke udara.

"SHOOSE-SAN!!!" Senra jatuh bebas sebelum sesuatu mengangkatnya naik. "Luz?! "

Luz kini berubah sepenuhnya menjadi monster. Tanduknya panjang, matanya hitam kelam, dan tubuhnya penuh luka menganga.

"Senra... Aku—harus mengantarmu menuju cahaya suci... Terimakasih untuk selama ini. Aku mencintaimu. "

"TIDAAAAKKK!! " Tubuh Senra dilempar menuju cahaya suci. Sebelum masuk, Senra dapat melihat kegelapan di sekitar Luz mulai menghilang, dan dia jatuh bebas ke bawah.

***

Urata telah mati oleh monster-monster yang menyerbunya. Soraru dan Mafumafu kehabisan tenaga sihir dan mati seraya berpegangan tangan, Amatsuki telah diterkam bersama dengan Shoose oleh laba-laba raksasa, dan Luz hancur tubuhnya oleh tebing curam. Semua teman-temannya meninggalkannya, namun Senra tidak bisa mundur.

"Siapa kau? Apakah kau ingin mendapat keabadian dan permintaanmu dikabulkan? " Tanya sesorang yang entah bagaimana terdengar oleh Senra.

"Aku Senra! Aku ingin kau menyembuhkan wabah penyakit yang tengah terjadi di desaku! Dan juga... KUMOHON KEMBALIKAN TEMAN-TEMANKU! " Senra berteriak keras. Air matanya mengalir deras begitu mengingat akhir dari teman-temannya.

"Seseorang yang sudah mati tidak bisa kembali. Tapi kau masih bisa menemuinya. "

Seketika itu, semua tampak sangatlah menyilaukan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Senra-kun! Sebentar lagi sensei akan datang lho! Jangan tidur mulu! " Seorang pemuda berseragam sekolah mencubit pipi temannya.

"Uumm~ ah, Mafumafu... " Senra membuka matanya pelan, lalu menguap lebar.

"Aku yakin aku bisa memasukkan pesawat terbang kedalamnya. "

Senra menutup mulutnya dan memerah. "Tidak mungkin itu muat! Luz bodoh. "

"Senra-kun, apakah kamu sudah mengerjakan PR-nya pak Shoose? " pemuda berkacamata merah menoleh ke belakang.

"Apa?! Sial, aku lupa sekali! Aku pinjam buku PR mu dong Soraru! " Senra memohon kepada pemuda bersurai kelam.
"Seharusnya kau kerjakan saat malam! " Omel Soraru, Mafumafu hanya tertawa kecil.

"Luz, kau sudah?! " Senra menoleh ke arah Luz. Ternyata Luz baru saja menyalin milik Amatsuki, dan itu masih sangat sedikit. Alhasil, mereka berdua buru-buru menyalin... Tapi...

"Woi! Pak Shoose dah dateng! "

Luz dan Senra panik. Begitu semua orang disuruh untuk mengumpulkan PR, Luz dan Senra hanya tersenyum kecut.

"Luz-kun dan Senra-kun, menghadapku sepulang sekolah. " Ucap pria dewasa itu tegas.

"Hehe, baik. "
"Baik. "

Semua murid melanjutkan pelajaran dengan khidmat. Sedangkan Senra mengadap ke jendela dengan pemandangan langit biru.

'Sudah ke-100 kalinya kita semua bertemu ya, Shoose-san, Luz. Mungkin aku tidak bisa menghidupkan kalian lagi, tapi aku akan selalu mencari reinkarnasi kalian berdua. Setiap pertemuan kita selalu berakhir dengan perpisahan. Tapi aku senang dengan waktu yang singkat ini. '

Senra tersenyum tipis saat melihat gurunya—Shoose dan Luz berada di dekatnya.

"Aku akan tetap mencintai untuk kalian selamanya. " Bisiknya pelan. Di loker mejanya, terdapat kotak kacamata usang, dan cincin bermata violet.

The End.

Terimakasih sudah membacaa!!! ≧∇≦
Semoga ceritanya tidak mengecewakan ya! :'3

Ini pertama kalinya nulis kayak RPG gitu, dan hasilnya mungkin aneh yak? (•>•)

SinSanSen lagi ingin coba buat cerita yang menantang diri sendiri. Itu melelahkan sekaligus menyenangkan juga UwU

Lain kali akan kulakukan lagi 🔥🔥

Vote dan komennya ditunggu! Arigatou!
\(-ㅂ-)/ ♥ ♥ ♥

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top