Masih aku ingat di pagi ketika sinar mentari menusuk cela mataku.
Menusuk sengatan aneh di perasaanku...
Membuatku semakin aneh saat melihat sekelilingku berbeda.

Membuka perlahan mataku dan semakin lebar saat melihat semuanya berbeda. Hingga cermin di depanku menampakan wajah Sania. Tiupan mata yang sangat menggelikan.

.............

"Pagi, Yah..."

Seorang pria hanya melirik sekilas seolah menganggap aku hal yang sangat menganggu. Pria tua yang masih menawan itu seolah lebih sibuk dengan berkas dan kopi yang masih mengepul. Uapnya bahkan terbang bersama embun pagi yang menetes.

"Ck... Ayah? Kenapa kamu jadi sok peduli, Sania? Dan sejak kapan kamu memanggilku Ayah. Bukan Dad?" Pria itu sedikit berdecih.

Aku hanya bergeming.

Satu hari bangun di tubuh tunangan sahabatmu.
Satu hari setelah aku membaca buku harian Sania.

Bertuliskan

"Wish I Hillary. I know, Bani... kamu mencintai Hillary."

________

"Aku ... Hillary Nathan yang terjebak dalam raga Sania."

Takdir seolah menuntunku untuk membenahi alur hidupku yang baru. Entah untuk Aku, Bani atau Sania.

💫💫💫💫💫💫